"Capek gak?" tanya Devan setelah Lidya membersihkan setengah lantai di kelas.
"Enggak. Gue masih kuat" tegas Lidya dengan sekuat tenaga membersihkan noda yang bandel.
"Yakin?" tanya Devan memastikan.
"Gue ya..kin" jawab Lidya setelah mengeluarkan tenaga maksimal.
"Astaga berat banget tuh lumpur, kebanyakan dosa kali ya?" tanya Lidya asal
"Ya udah gue aja sini" ujar Devan langsung merebut alat pel dari genggaman Lidya.
"Biarin gue aja" tolak Lidya berusaha merebut kembali alat pel dari tangan Devan.
"Hu.. Enggak bisa ngambil. Udah lo duduk aja sana" ujar Devan sambil menjauhkan alat pel dari tangan Lidya. Lidya langsung menyipitkan mata menatap Devan dengan tatapan sinis, Lidya melangkah ke kursi terdekat.
"Nah gitu, nurut aja sama gue. Duduk manis disana" tutur Devan dengan senyuman. Lidya hanya mendengus kesal.
"Lo haus gak? Tuh ada air mineral minum gih" pinta Devan menunjuk ke dua botol air mineral yang bersebelahan. Lidya hanya diam tidak berkutik memandangi 2 botol itu.
"Minum aja yang masih ada segel, yang tinggal 4/5 itu bekas gue, lo mau?" tanya Devan menggoda
"Ga gue kasih racun kok" ujar Devan menimpali.
Lidya mengambil sebuah botol air mineral yang masih terisi penuh lalu membuka segelnya.
"Bisa gak bukanya?" ledek Devan sambil terkekeh kecil. Lidya hanya menatap Devan dengan sinis.
Devan sangat bersemangat untuk membantu Lidya kali ini, dia telah membersihkan setengah dari bagiannya, tinggal setengah bagian lagi. Dia mengangkat alat pel ke arah ember untuk dibilas.
"Sini gue aja yang bilas." Lidya langsung beranjak dari kursinya dan melangkah ke arah ember. Lidya mengambil posisi untuk jongkok.
"Lo mau ngapain? Ngga usah" cegah Devan melihat pergerakan Lidya
"Bilas tuh kain pel lah" jawab Lidya enteng.
"Ngga usah, entar tangan lo kotor" cegah Devan
"Lalu? Gimana cara lo buat ngebilas nih alat pel?" tanya Lidya sambil mengangkat satu alisnya.
"Ya bisalah, nih pegang" ujar Devan lalu memberikan pegangan alat pel tersebut lalu berjongkok membilas alat pel itu lagi. Air itu kembali terciprat dengan warna yang lebih gelap.
"Kan, udah kena celana lo malah kena baju lo, udah gue bilang gue aja yang ngebilas tij udah kena seragam lo mana lagi tuh baju putih keliatan banget nodanya" ujar Lidya geram dengan tingkah Devan.
"Shutttt... Diem ya, terus duduk manis disana. Gue mau ngepel lagi" ujar Devan lalu kembali mengepel bagian yang belum dipel. Lidya hanya mendengus kesal lalu duduk di salah satu kursi.
Setelah 3 menit berlalu kelas itu menjadi bersih tentu saja karena Lidya dan teman barunya, Devan. "Akhirnya" lirih Devan yang sekarang berada di dekat pintu.
"Terima kasih banyak, lo udah bantu gue" ujar Lidya sambil memukul pelan pundak Devan
"Santai aja sama gue. Lo haus banget ya" ledek Devan saat melihat air mineral yang semula terisi penuh kini tinggal seperempat bagian lagi.
"Lo ngeledek? Oh, lo ga ikhlas ternyata" duga Lidya sambil berniat mengambil ember dan alat pel tersebut.
"Eh, gue ikhlas kok. Lo mau ngapain?" tanya Devan heran.
"Mau bilas nih alat pel sama ember lah. Lo mau ikut?" tanya Lidya
"Ke mana ?" tanya Devan polos.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Cause You, Just For You [Lathfierg Series] ✔ [TAHAP REVISI]
Teen FictionHigh rank: #1 Fiksiremaja (24-6-19) Book-1 Lidya Vanessa, seorang gadis yang memiliki masa sekolah penuh dengan warna. Di setiap harinya ia jalani dengan keterlambatan, masalah, dan mencatat rekor sebagai siswi dengan masalah terbanyak di sekolah te...