12

3.9K 176 0
                                    

Devan kembali menuju rumahnya, ia mencari letak posisi mobil dan sopir pribadinya, Mang Dono.

Dia menemukan Mang Dono sedang duduk di pos Satpam.

"Mang," panggil Devan dengan suara beratnya.

Merasa terpanggil, kepala Mang Dono langsung menoleh ke arah sumber suara.

"Aden dah pulang?" tanya Mang Dono berbasa basi melangkah untuk membuka pintu bagi anak majikannya, Ryan Devanartha.

"Udah Mang, barusan" Devan memasuki mobilnya. Tanpa menunggu waktu lama Mang Dono langsung menghantarkan Devan ke istananya.

Mobil Devan melesat jauh meninggalkan pekarangan SMA Bakti Nusa.

"Gimana den sekolahnya?" tanya Mang Dono.

"Baik baik aja Mang" jawab Devan singkat.

"Anak perempuan itu?" tanya Mang Dono memyelidik.

"Anak perempuan mana mang?" tanya Devan heran.

"Yang ganggu pikiran aden kemarin itu," jawab Mang Dono menggoda

"Oh itu? Lidya udah temenan sama Devan, Mang" Devan Mengalihkan matanya menuju Handphonenya, karena tidak ingin mengganggu Mang Dono lebih memilih untuk diam.

Mereka pulang dalam keadaan hening.

***

Devan membuka pintu rumahnya, dia disambut dengan hangat oleh mamanya, Tania.

"Udah pulang Devan?" tanya mamanya.

"Udah ma. Ma nanti jam 8 Devan pamit ke rumah temen," tutur Devan mengharapkan persetujuan mamanya.

"Jam 8 malam?" tanya Tania.

"Iya ma" Devan mengangguk mengiyakan pertanyaan dari mamanya.

"Ngapain disana jam 8 malam? Kenapa nggak sore nanti aja sekitaran jam 4?" tanya Tania heran.

"Kerja kelompok, Ma." Devan menatap mamanya.

"Kenapa semalam itu? " tanya Tania heran.

"Ada temen Devan yang hanya bisa datang sekitaran jam 8," jawab Devan

"Oh tentu saja boleh, baiklah kamu makan terus istirahat di kamarmu " ujar Tania seraya keluar meninggalkan Devan yang sedang berdiri di ruangan besar itu.

"Baiklah ma" jawab Devan singkat lalu melangkah naik ke atas kamarnya

***

Jam  19.45 Devan keluar dari rumahnya.

"Mau kemana Den Devan? Mang Dono antar," tawar Mang Dono ketika melihat bos mudanya keluar melangkahkan kaki dari dalam rumah.

"Ga perlu mang, Devan mau pergi sendiri aja," tolak Devan dengan halus.

"Tapi den..." wajah Mang Dono langsung berubah khawatir.

"Mang Dono tenang aja, Devan udah ngomong sama Papa" Devan tersenyum kecil lalu membuka pintu mobil dan melesat meninggalkan perumahan Elite Air Intan.

Sepanjang perjalanan, Devan hanya fokus ke lokasi yang berada di Handphonenya. Hingga dia menemukan sebuah rumah yang tidak terlalu besar namun diatas sederhana.

seorang wanita tua berlari kecil dan membukakan pagar untuk Devan bergerak masuk.

"Terimakasih Mbok," ujar Devan seraya membuka kaca mobilnya lalu menutupnya lagi. Devan memajukan mobilnya masuk lebih dalam ke pekarangan rumah Alif yang dipagari tembok tinggi

Devan membuka pintu mobilnya, melirik sekilas ke arah pintu rumah yang dia datangi. Dia melihat seorang lelaki, Alif.

"Lo tepet waktu juga, sini duduk." sambut Alif memandangi Devan yang berjalan ke arahnya.

"Gue selalu nanamin dalam diri sendiri untuk disiplin. Dimana Gino sama Lidya?" tanya Devan sembari matanya melirik ke arah pekarangan.

"Udahlah,nanti mereka dateng. Mereka pasti dateng, lo ga usah khawatir."  jawab Alif santai.

"Kita kan mau ngerjain tugas kelompok, mereka belum juga dateng" gerutu Devan menyadari tanggung jawabnya sebagai ketua.

"Yaudah, yang penting gue ada. Lo yang nyaman disini gue mau ambil laptop dulu" Alif meninggalkan Devan yang berada di teras rumahnya.

Tidak beberapa lama wanita tua yang membuka pagar untuk Devan kembali menghampiri Devan dengan membawa tatakan satu gelas jus mangga di atasnya.

Wanita tua itu berlutut meletakkan jus tersebut ke meja kecil yang berada di dekat Devan, "silahkan diminum temennya Den Alif"

Wanita tua itu berdiri lagi  sebelum mendengar respon apapun dari Devan.

"Minum aja Van, ga gue kasih racun kok," kekeh Alif seraya membawa laptop dari dalam rumah.

"Eh iya Lif" Devan terkaget dengan kekehan Alif yang sampai ke telinganya.

Devan meminum jus yang telah disediakan untuknya.

"Dimana mereka?" tanya Devan lagi.

"Udahlah ada baiknya kita ngerjain tugas ini dulu. " jawab Alif sembari duduk dan menunggu instruksi dari ketuanya.

***

"Jadi, kita ambil konsep kek gini aja. Baru nanti kita rancang dengan kalimat kita sendiri yang lebih simple dan mudah dipahami." Devan menjelaskan secara rinci sembari menunjuk layar laptop Alif.

"Baiklah, lo hebat juga" jawab Alif menyetujui saran dari Devan.

"Assalamu'alaikum" salam dari salah satu teman yang mereka tunggu, Gino.

"Wa'alaikumussalam. Kenapa lo baru dateng jam segini? Coba liat ini jam berapa?" tanya Devan menyelidik.

"Baru jam 20.30," jawab Gino polos

"Baru? Kita dah nentuin jam 20.00 di rumah Alif, kenapa lo baru dateng sekarang?" tanya Devan seraya menaikkan satu alisnya.

"Gue ketiduran," jawab Gino cengengesan

"Dimana Lidya?" tanya Devan

"Ya mana gue tau, emang gue emaknya?" tanya Gino heran.

"Yaudah lah,kita balik lagi ke tugas ini" lerai Alif lalu fokus merangkai kalimat.

"Gue kan ga paham, jadi gue mau duduk di ayunan itu aja" ujar Gino sembari melangkah ke ayunan.

***

"Akhirnya selesai" gumam mereka berdua.

"Iya, udah jam 21.15 tapi Lidya ga juga dateng," kesal Devan

"Sabar aja" jawab Alif santai.

"Tuh Gino malah tiduran di ayunan" kesal Devan memuncak

"ALIFF!!!" teriak Lidya dari kejauhan

"Lidya?" heran mereka serentak.

Mereka berdua kompak berdiri melihat ke arah pagar.

"TOLONGIN GUE" teriak Lidya

Just Cause You, Just For You [Lathfierg Series] ✔ [TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang