Kini Devan sendiri sambil memegangi kepalanya yang masih sedikit membuatnya pusing. Ia memilih duduk sedikit menjauh dari keramaian, suara Rossa akan membuat sakit di kepalanya bertambah.
"Lo udah baikan?" tanya Gino sambil menepuk pundak Devan sehingga Devan sontak terkejut lalu melihat penepuk bahunya.
"Oh lo, No. Udah sedikit membaik" jawab Devan sambil cengengesan mengusap kepalanya.
"Aneh-aneh aja Si Lidya. By the way maafin Lidya, Van. Dia pasti beneran ga sengaja" ujar Alif memohon maaf mewakili Lidya.
"Gue tau kok, gue gak apa-apa" jawab Devan sambil tersenyum melihat teman sekelasnya yang lain sedang bermain basket di lapangan.
"Lo ga ikut? Skill basket lo harus gue akuin bagus banget, lo pasti bisa dengan mudah masuk ekskul Basket kebanggaan sekolah ini" ujar Alif seraya menyenggol lengan Devan.
"Ga ah, kondisi gue lagi ga baik. Kenapa lo ga ikut basket juga Lif?" tanya Devan menunggu jawaban.
"Gue? Masuk tim basket, lo bercanda. Tuh senior aja liat badan gue yang sedikit melebar ini aja langsung diusir, miris." Alif mentertawakan nasibnya saat ia mendaftarkan diri menjadi anggota tim basket.
"Miris. Gino kemana?" tanya Devan sambil mencari sosok yang menepuk pundaknya tadi.
"Pasti lagi PDKT sama Tarisa" jawab Alif enteng sambil memperhatikan temannya bermain basket.
"Tarisa? Gue ga pernah denger nama itu." Nada pertanyaan Devan menjadi lebih heran, dia baru saja mendengar nama Tarisa.
"Ya jelas lo ga pernah denger, Tarisa anak kelas X dia juga bukan osis sehingga tidak banyak siswa angkatan kita yang kenal. Cantik sih ga terlalu, tapi apapun keadaannya dia cewek tetep aja cantik" jawab Alif berusaha mencairkan suasana sanbil tertawa renyah.
Devan ikut tertawa walaupun aneh baginya untuk mentertawakan hal itu. "Lidya kemana?" tanya Alif heran.
"Dia dipanggil Bagas, gue denger mereka mau latihan. Lidya memang beneran pemain inti?" tanya Devan penasaran.
"Lidya beneran pemain inti, berkat koordinasi dari dia sekolah ini menjadi sekolah terbaik dalam olahraga Voli di kota ini," jelas Alif sambil menggeleng mengagumi Lidya.
"Seberpengaruh itu?" tanya Devan seakan tidak percaya.
"Iya, sebelum Lidya masuk ke dalam tim Voli sekolah ini jangankan juara 1, juara 3 aja ga dapet," jawab Alif ikhlas menjawab pertanyaan Devan dengan bangga memuji sahabatnya.
"Ternyata prestasi dia sangat bagus di bidang olahraga Voli" gumam Devan kagum
"Iya. Lo mau ikut gue?" tanya Alif hendak meninggalkan Devan seorang diri.
"Kemana?" tanya Devan mempertimbangkan.
"Ke lapangan Voli, liatin Lidya" ajak Alif hendak melangkahkan kaki.
"Boleh?" tanya Devan
"Ya bolehlah, coba aja kalo ada yang ngelarang tuh Lidya bakal ngamuk" jawab Alif sambil terkekeh geli membayangkan tingkah sahabatnya.
"Ya udah gue ikut aja" jawab Devan melangkah ke arah Alif melangkah dan berhasil mensejajarkan langkah mereka.
"Tuh Lidya" tunjuk Alif setelah berjalan beberapa menit ke seorang perempuan yang hendak melakukan servis. Lantas Devan mengikuti arah telunjuk Alif mengarah.
"Keren juga gaya Lidya kalo ngelakuin servis" guman Devan terkagum.
"Dia emang keren, belum lo liat dia pas Smash lo bakal terkagum-kagum" ujar Alif menyanjung sahabatnya lalu duduk di salah satu kursi terdekat dengan pandangan tepat untuk mengamati latihan Lidya hari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Cause You, Just For You [Lathfierg Series] ✔ [TAHAP REVISI]
Teen FictionHigh rank: #1 Fiksiremaja (24-6-19) Book-1 Lidya Vanessa, seorang gadis yang memiliki masa sekolah penuh dengan warna. Di setiap harinya ia jalani dengan keterlambatan, masalah, dan mencatat rekor sebagai siswi dengan masalah terbanyak di sekolah te...