Zhiro menghela nafasnya lagi.
"Kami..."
"Kami yang tetep bakalan menang," potong Lidya dengan percaya diri. Zhiro melirik sekilas ke arah sumber suara yang memotong pembicaraannya.
"Gimana bisa?!" kaget Damar merutuki sikap Lidya, Lidya kini menyunggingkan senyumnya.
"Kalian masih punya nyali buat ngelawan perempuan? Pengecut!" ujar Haidir tak kalah kaget.
"Kita bakal buktiin siapa yang lebih pengecut!" tukas Lidya. Matanya terisi semangat yang membara, ia kini menganggappnya sedang bersenang-senang. Ia tersenyum singkat.
"Lid, lo serius?" heran Cakta agar Lidya menarik lagi kata-katanya.
"Kalo kalian mau cabut silahkan. Tapi, pantang bagi gue buat ngalah kalo gue udah turun apalagi soal ginian." Lidya menyisingkan lengan jaketnya untuk sedikit naik, memperlihatkan sedikit kulit putih yang telah menutupi Hastanya.
"Lid! Tunggu gue!" teriak Revi saat Lidya melangkah pelan dengan segala kemantapannya lebih mendekati Caca cs.
"Rev!" panggil Dhika agar Revi mengurungkan niatnya. Mereka tau seperti apa Caca, kelicikannya seperti Rossa. Geng yang disegani karena mereka sangatlah anarkis, tidak ada yang berani membuat masalah ataupun melanjutkan masalah ke mereka selama ini. Kecuali seorang perempuan yang kini melangkah dengan mantap mendekati mereka.
"Gue bakal ada buat lo," bisik Revi di telinga kecil Lidya. Tubuh Lidya terasa lebih gerah, emosinya tertahan di dalam tubuhnya. Emosi mengendalikan pikirannya, ia telah berusaha untuk meredamnya. Namun, semakin kuat ia berusaha, emosi tersebut semakin memuncak dan membakar semangatnya. Keinginannya saat ini agar menjatuhkan mereka berlima belas dan menarik Haidir ke hadapannya lalu memukulnya dengan puas.
Ia tidak memikirkan nama 'Groye' lagi, ketika ia teringat tendangan keras menancap ke perut Cakra, kesombongan, dan perlakuan kasarnya ke Revi. Ia sangat membenci orang yang sombong dan menyalahgunakan kekuasaannya, sepertu Haidir dan Nana. Terlebih lagi jika mereka sepengecut ini.
"Apa Lidya mewarisi kekuatan Emak-emak yang tinggal di sekitaran Villa Azka ?" ngawur Kevin yang semakin tidak mengerti jalan pikiran Lidya, semua terhipnotis untuk mengangguk dan kembali mengamati mereka.
Dua berbanding lima belas, rasanya tidak seimbang tapi Lidya telah terbakar semangatnya. Dan Revi ia kian merunduk memikirkan nasibnya, ketakutan menyelimuti mentalnya saat ini. Caca, gadis berkulit putih dan ramping dengan kaca mata hitam menutupi matanya. Dia dan teman-temannya yang lain juga ikut maju beberapa langkah, hingga jarak Lidya dan Caca tidak terlalu jauh.
"Masih punya nyali lo buat ngelawan kita?" ujar Caca meremehkan. Lidya tersenyum sinis.
"Lid, lo yakin?" tanya Revi ragu.
"Mundur lo sekarang! Ini bahaya buat lo!" Lidya mempertegas perkataannya. Tatapan tajam di sudut mata Lidya, Revi terhipnotis untuk takluk.
Revi memundurkan langkahnya, kembali ke barisan The~D. Zhiro mengerenyitkan dahi dengan sikap Revi yang telah meninggalkan Lidya seorang di depan lima belas lawannya. "Lo kenapa ninggalin Lidya disana?"
"Gimana pun gue takut Zhir, mereka anarkis. Lidya bentak gue tadi buat mundur," jelas Revi melirih.
"Gimana dengan nasib Lidya?" khawatir mereka serentak. Mata Zhiro memperkirakan jaraknya dengan Lidya, jika ada hal yang tidak diinginkan terjadi dengan Lidya ia bisa menariknya lekas dan melindunginya, jaraknya bisa dibilang dekat, sepuluh langkah besar bisa menggapai Lidya kini.
"Lo juga gak ikut mundur? Nyali Revi udah ciut. Saran gue, lo balik sana dan akuin kekalahan lo agar lo gak babak belur sama mereka," remeh Nana.
"Gak, gue yakin gue bisa nyapai lo dan ngerobek kesombongan lo," tukas Lidya sambil tersenyum sinis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Cause You, Just For You [Lathfierg Series] ✔ [TAHAP REVISI]
Teen FictionHigh rank: #1 Fiksiremaja (24-6-19) Book-1 Lidya Vanessa, seorang gadis yang memiliki masa sekolah penuh dengan warna. Di setiap harinya ia jalani dengan keterlambatan, masalah, dan mencatat rekor sebagai siswi dengan masalah terbanyak di sekolah te...