4

6.1K 245 8
                                    

"Kalian kalo masih aja berantem, kalian harus cari sekolah baru. Ibu ga mau tau siapa yang mulai, jika ada yang berantem kalian berdua di DO dari sekolah ini" Teriak Ibu Indah dengan penuh amarah ke Rossa dan Lidya.

"Terutama kamu Lidya, kalo misalnya kamu terlambat lagi maka itu adalah keterlambatan kamu yang terakhir di sekolah ini! Bukan telat aja tapi segala pelanggaran kamu bakal dikeluarin!" ujar Bu indah menimpali.

"Kalian berdua denger ga?" tanya Ibu Indah dengan mata melotot.

"Iya bu" Lidya menatap ke lantai tidak berani menatap mata Bu Indah yang sedang berkobar amarah.

"Kamu Ros?" tanya Bu indah

"Iya bu" jawab Rossa dengan malas.

"Udah, kalian keluar dari ruangan ini! Udah panas nih ruangan" ujar Bu indah dengan mengipas wajahnya memakai kipas yang sering dijadikan Souvenir.

Lidya dan Rossa keluar dari ruangan, mereka saling melirik sinis. Wajah rossa melebam sedikit di bagian pelipisnya.

"Lidya!!" teriak Alif dan Gino yang setengah berlari menuju ruang BK.

Lidya hanya melirik sekilas dan kembali fokus dengan sepatunya.

"Lo gak apa apa?" tanya Gino dengan nafas terengah engah.

"Yang lo lihat? " tanya Lidya balik dengan menaikkan satu alisnya.

"Ya baik baik aja" tanya Gino seraya melihat kondisi Lidya.

"Lo ngeselin no, seenaknya aja ninggalin gue" protes Alif sambil memukul punggung Gino.

"Makanya kempesin tuh badan" ledek Gino seraya mentertawakan ekspresi Alif yang berubah datar.

"Dah ah gue ga mau disini, auranya panas" ujar Lidya seraya melirik ke arah Rossa sekilas dan berlalu kembali ke kelas.

"Eh apaan lo! Woy Lidya!" teriak Rossa yang masih berada di depan ruang BK

"Rossa! Jangan cari gara gara! Atau sekarang ibu bakal urus surat kepindahanmu!" teriak Ibu Indah dari dalam ruang Bk dengan frekuensi suara yang tinggi.

"Eh, enggak kok bu. Tuh Lidya ninggalin Rossa bu. Hehe" jawab Rossa saat Ibu Indah keluar ruangan melihat tingkahnya.

"Jangan cari gara gara!" ancam Ibu indah seraya kembali masuk ke dalam ruangan

"Awas aja Lo Lidya! Lo bakal sengsara" gumam Rossa seraya menatap punggung Lidya yang menjauh darinya.

***

"Lidya, kenapa lo bisa masuk BK sih?" tanya Gino saat langkah kakinya telah sejajar dengan langkah kaki Lidya.

"Iya Lid, tadi ga lama lo keluar si Gino nyariin lo tapi ga ketemu sama lo, sampe dia ke kantin nanyain lo ke gue. Gue lagi asik asik makan 2 mangkok bakso, eh dia dateng" gerutu Alif seraya memegangi perutnya.

"Ga lama gue keluar dari kelas, tuh anak buah Nenek Lampir narik gue ke belakang sekolah. Gue mau dikeroyok, ya gue ga mau langsung aja gue berusaha lepas dari genggaman tuh tangan anak buah Nenek Lampir, terus langsung gue pukul mukanya yang sok sokan itu. Lo liat ga tuh pelipisnya lebam? Iya itu gara gara gue" jelas Lidya panjang lebar.

"Terus apa kata Bu Indah tadi?" tanya Gino penasaran.

"Kalo gue ngelakuin satu pelanggaran aja gue bakal di DO dari sekolah" jawab Lidya menerawang jauh.

"Termasuk telat?" tanya Alif antusias.

"Iya lif, gue takut ga bisa ke pasar pagi pagi" sesal Lidya.

"Ya udahlah jangan dipikirin soal itu Lid, entar gue yang bilang ke papa. Lo santai aja" ujar Alif menenangkan kerisauan Lidya

"Oke, terima kasih sahabat sahabat gue. Kalian terbaik" ujar Lidya seraya mengembangkan senyuman yang lebar.

Lidya, Gino dan Alif memasuki kelas yang gaduh karena masalah Lidya. Semua orang langsung terdiam dan melirik sekilas ke arah Lidya yang baru saja memasuki kelas.

"Kenapa kalian ngeliatin gue segitunya?" tanya Lidya sinis.

"Eh gak apa apa Lid" jawab salah satu orang dari mereka lalu terdiam dan kembali ke aktivitas mereka sebelumnya.

"Geger satu sekolah karena lo" ujar Gino seraya melirik sesekali ke arah Alif dan dijawab dengan anggukan kepalanya menyetujui ucapan Gino.

"Gimana Troublemaker? Masalah apa yang lo buat kali ini selain telat?" tanya Devan dengan menyunggingkan senyuman.

"Gue yang buat masalah, kenapa lo yang pengen tau masalah gue?" jawab Lidya sinis

"Lo tuh ngerusak nama baik sekolah ini troublemaker, lo tau? Sekolah ini punya akreditasi sangat baik dan gue sangat menyayangkan akreditasi itu karena dirusak oleh lo cewek aneh. Apa yang sekolah dapet dari lo? Lo tuh nambahin buku masalah sekolah ini aja, lo sering telat, ga ada yang bisa banggakan dari lo. Orang tua lo ga bakal bangga punya anak kek lo" ujar Devan dengan nasehatnya yang dianggap Lidya sebagai kalimat pemburuk keadaan

"Pintar banget ya lo pidato cowok sok pintar. Lo ga tau siapa gue! Lo bukan pintar, lo tuh orang yang sok pintar!" jawab Lidya dengan sinis. Devan lebih memilih diam dalam hening

Bel sekolah telah berbunyi, Rossa masuk ke kelas dan melihat Lidya dengan tatapan penuh amarah.

"Tuh nenek Lampir liatin lo mulu Lid" ujar Alif seraya melirik sekilas ke arah Rossa

"Dia tuh fans gue yang pengen banget tanda tangan gue" jawab Lidya menyunggingkan senyumnya.

Bu Bella masuk dan membagi soal, hari ini ulangan harian bahasa Inggris. Siap tidak siap harus dijalani. Dan pelajaran ini adalah pelajaran paling lemah bagi otak Lidya

***

Bel pulang sekolah telah berbunyi, ulangan Bahasa Inggris juga telah dibagikan.
Devan mendapatkan nilai terbagus di kelas dengan angka 100. Dia mendapatkan banyak pujian dari Bu bella dan teman satu kelasnya, Devan terlihat biasa biasa saja dengan pujian yang dilontarkan untuknya

"Kenapa troublemaker? Lo mau dapet nilai segini? Gue emang pintar dah gue bilang dari waktu pertama kali kita ketemu. Lo harus coret kata sok di depan kata pintar untuk gue. Makanya belajar! Jangan telat mulu apalagi berantem!" ujar Devan

"Ga penting" jawab Lidya dengan nada dan tatapan sinis.

"Terserah lo Lidya Vanessa si Troublemaker" ujar Devan seraya meninggalkan kelas.

"Lo jangan anggap masalah kita dah kelar Lidya" ancam Rossa.

"Kalo gue nganggep selesai, lo mau apa?" tanya Lidya seraya mengangkat salah satu alisnya

"Ga bakal selesai sebelum lo sengsara" ancam Rossa seraya menunjuk ke arah Lidya

"Terserah lo nenek Lampir" acuh Lidya seraya meninggalkan kelas bersama Gino dan Alif

Just Cause You, Just For You [Lathfierg Series] ✔ [TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang