76

2.1K 134 11
                                    

Bagas berusaha mendekat, namun Lidya dan Caca serentak mundur beberapa langkah. Suasana sekarang tidak memihak pada mereka, suasana malah lebih sepi.

"Mau apa lo?!" sergah Caca mengulangi.

Bagas hendak meraih wajah Lidya bagian kirinya, dengan cepat ditangkis Lidya namun itu hanyalah jebakan licik Bagas. Ia meraih lengan kanan Lidya dan menariknya ke belakang.

"Gue bakal matahin tangan lo yang bakal buat kedudukan gue jatuh di depan orang banyak. Udah gue bilang sama lo, kalo gue ga bakal biarin lo lepas dari genggaman gue," bisik Bagas tepat di telinga Lidya.

Bagas menarik dan sedikit menekuk tangan Lidya dengan kuat. "Selamat tinggal Lidya dan selamat meratapi kenyataan bahwa lo dan Artik ga bakal bisa nandingin gue."

Bagas langsung memelintir tangan Lidya lebih kuat. Lidya menahan sakit, ia sangat yakin untuk melakukan servis ia tak mampu lagi. Kedua orang teman Bagas tertawa lebar sambil menghalangi gerak Caca yang hendak menolong Lidya.

Bagas membenturkan bagian belakang Lidya dan tangannya tepat di dinding sekolah. Rasa Lidya melipatganda.

Caca langsung murka dan menarik kedua orang tersebut di depannya mencium panasnya lantai. Sekaligus melontarkan Bagas menjauh dari Lidya.

"Gue bakal aduin perbuatan lo sekalian lo di keluarin dari pertandingan ini!" ancam Caca sambil menatap sinis Bagas yang kini tersenyum sumringah.

"Apa? Ngaduin gue? Selama ga ada bukti lo ga bakal bisa ngelakuin apa-apa. Lebih baik lo urusin tuh kesayangan gue, entah-entah dia bakal sekarat sudah ini," kekeh Bagas lalu tertawa sinis dan meninggalkan mereka.

Wajah Lidya terlihat lemah, ia berusaha menggerakkan tangan kanannya. Caca mendadak bingung, untuk mengangkat Lidya ia tidak kuat. Di tambah lagi dengan kondisi sepi yang semakin membuatnya bingung untuk mencari bantuan.

***

"Tinggal satu langkah lagi menuju kemenangan," ujar Bobby dengan wajah penuh yakin.

"Lo bener, ini semua karena Lidya yang membuat lawan kita jadi gentar. Tapi, dimana Lidya?" balas Farhan mencari pemilik nama yang kini ia sebut.

"Gue tadi dengernya dia ke toilet sama Caca. Tapi gue heran kenapa mereka lama banget," tukas Arishta.

Zhiro langsung berlari dengan lekas ke luar ruangan setelah menerima panggilan di handphonenya.

"Zhir lo mau ke mana?" teriak Cakra, namun Zhiro tidak memperdulikannya.

Zhiro kini tiba di posisi yang lawan bicaranya arahkan. Ia melihat seorang gadis tengah berusaha menegakkan gadis lainnya yang tengah terkulai lemas.

Tanpa membuang waktu Zhiro langsung meghampirinya. "Lo kenapa?"

Tanpa sengaja lengan Zhiro menyentuh lengan kanan Lidya dan membuat Lidya mengeluarkan ringisannya, rasa sakit yang membekas dan warna biru yang sedikit melebam dicampur sedikit warna merah.

"Zhir?" Lidya berusaha mendengar sapaan lelaki yang baru saja menanyakan tentangnya 'kenapa' dan mengenyahkan rasa sakitnya.

Zhiro langsung menarik Lidya dalam dekapannya dan mengangkatnya kembali ke ruangan mereka, disusul Caca yang mengikutinya.

"Wah gila! Itukan cowok tadi yang naik Lamborghini Veneno."

"Wah sumpah dah, pengen gue diangkat kek gitu apalagi yang ngangkat gue cogan tajir kayak dia."

"Alah tuh cewek ga ada cantik-cantiknya, cantikan gue daripada dia. Kenapa juga tuh cowok mau banget ngangkat dia, kalo gue jadi tuh cowok bakal gue lempar tuh cewek ke selokan."

Just Cause You, Just For You [Lathfierg Series] ✔ [TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang