Setelah satu hari berlalu, keramaian keluarga Groye telah tercipta kembali. Semuanya berjalan seperti semula, tidak ada luka ataupun beban keluarga yang ditanggung mereka, keharmonisan tetap tercipta.
"Lid? Turun yuk!" ajak Zhiro sembari mengetuk pintu kamar Lidya dengan nada yang terdengar riang bagi Lidya. Bu Marni yang melihat tingkah anak asuhnya hanya menggeleng sekaligus tidak percaya, seolah dia bukan manusia yang dapat merasakan perihnya luka.
Lidya keluar dari kamar dengan wajah yang terlihat lebih segar meskipun dengan perban yang masih melekat di tangannya.
"Tangan lo masih sakit?" tanya Zhiro sembari mengambil telapak tangan Lidya dan mengamatinya dengan jarak yang begitu dekat.
"Gak lagi, cuma sedikit kaku. Gue lupa tadi mau ngelepasin, pas gue inget eh lo manggil. Perban lo mana? Cepet banget sembuhnya, pake ilmu apa lo?" tanya Lidya menyelidik sembari memegang perlahan kepala Zhiro yang kemarin diperban dengan tangan bebasnya.
"Udah sembuh dong pake ilmu cinta dari mama sama papa. Sini gue aja yang buka perban lo." Zhiro sangat bersemangat mengambil gunting dan memotong salah satu sisi dan membuka perban tersebut dengan perlahan.
"Bener gak sakit lagi?" selidik Zhiro seakan tidak percaya.
"Bener Zhir, gue gak bohong," ujar Lidya menatapnya datar. Zhiro tersenyum lebar di hadapan wanita ini, terjadi sedikit perubahan pada dirinya.
"Selesai," gumamnya ketika selesai melepaskan perban tersebut dari tangan Lidya.
"Lo udah makan?" tanya Zhiro sedikit masuk memperhatikan seisi kamar Lidya.
"Udah Zhir lo ga perlu ngekhawatirin gue sampe segitunya," lirih Lidya ketika menangkap tatapan Zhiro pada tatapannya.
Tangan Zhiro terangkat dan memegangi pipi Lidya, Lidya hanya membeku dalam posisinya dengan tetap berada dalam kuncian tatapan lelaki itu.
"Gue takut terjadi apa-apa sama lo." Zhiro melirih dan menurunkan nada suaranya.
"Lid! Zhir! Kalian di mana ?" panggil Farhan sambil menaiki tangga dan mengedarkan pandangannya ke semua penjuru. Sontak saja yang dipanggil menoleh dan melemparkan tatapan dengan pertanyaan 'kenapa?'.
Farhan yang melihat tangan Zhiro yang masih berada di permukaan pipi Lidya langsung berbalik arah dan menggaruk kepalanya. "Gue mendadak amnesia, gue tadi mau ngapain?"
Gumaman Farhan terdengar pada telinga mereka, mereka sontak saja mengerenyitkan dahi dan menatap satu sama lain lalu terkekeh geli. Zhiro segera menjauhkan tangannya dan menuntun Lidya agar mendekati tangga lalu melepaskannya dan menuruni tangga tepat di samping Lidya.
Seperti Raja dan Ratu mereka turun dengan serempak dan hati-hati dari atas tangga, hanya saja tanpa gaun apalagi mahkota. Perhatian The~D berhasil teralihkan kepada mereka, menatap mereka dengan intens sampai mereka berada di hadapannya.
Mereka duduk pada sofa panjang. "Kita jadi ngelaksanain rencana awal kita?"
"Rencana apa?" bingung Lidya.
"Mengubah anggapan mereka tentang kita," jawab Bobby mendahului.
"Harus jadi dong kalo rencana itu," ujar Lidya seketika ia mengerti jalan dari pembicaraan ini.
"Tangan lo udah gak sakit lagi?" selidik Farhan. Lidya menggeleng dan tersenyum.
"Enggak lah, luka di tangan gue gak bakal mampu ngehentiin tekad gue. Udah sembuh juga kok," tukas Lidya riang.
"Serius?" heran Kevin.
"Seriuslah, gue yang ngerawat makanya cepet sembuh," jawab Zhiro lekas dan menghentikan Kevin pada pertanyaannya dan membuat ia hanya memasang garis lurus pada matanya.
"Apa?" tanya Zhiro seakan tidak mengerti atas kesalahannya.
"Huh," ledek Kevin lalu mengeluarkan handphonenya lalu bermain game.
"Jadi mau gimana? Lusa lomba itu udah dimulai," ujar Bobby membuka forum itu lagi.
"Karena itu dalam waktu sehari, kita harus mempersiapkan segalanya," tukas Zhiro. Suasana forum menjadi lebih formal, semua menatap dua orang itu kecuali Kevin.
"Sempet?" tanya Farhan tiba-tiba, semula ia bungkam dengan pembahasan di forum ini.
"Harus sempet. Kita harus bisa wujudin rencana kita, rencana ini ga boleh gagal karena bukan kita aja yang punya dampak. Tapi banyak orang yang kita banggain kalo kita berhasil. Kita ga boleh sia-siain usaha Bu Kiky, jangan sampe tuh Nana masih ngeremehin kita lagi," ujar Lidya angkat bicara. Matanya menajam, seolah fokus tiba-tiba menerpa.
"Secara tidak langsung, kebanggaan SMA Artik ada di tangan kita sekarang," timpal Lidya melanjutkan kata-katanya yang sempat terjeda.
"Gue setuju sama lo. Berapa kali SMA kita dihina-hina oleh anak Bakti Nusa. Udah cukup! Gue gak mau lagi denger hinaan itu! Secara gak langsung mereka juga ngehina gue, bukan gue aja tapi kita semua," tukas Damar dengan semangat yang begitu membara.
"Semangat banget lo Dam," kekeh El yang berada di sebelahnya lalu menepuk pundak Damar menahan geli.
"Kesempatan ini ga dateng dua kali," tukas Damar seketika. Damar tetaplah Damar dengan emosi yang menggebu.
"Gue setuju. Tapi, kita mau ikut lomba apa aja? Kalo soal pendaftaran kita emang udah bayar semua mata lomba," ujar Kevin seketika menyimpan handphonenya lagi dan bergabung dengan forum yang sedang hangat dibicarakan kini.
"Kita harus ikut semua!" ujar Al memotong.
"Semua? Maksud lo kita juga bakal ikut tari kreasi?" curiga Lidya dan menatap Al dengan terkejut.
"Ya kalo lo, Revi, dan Caca mau," kekeh Al dengan respon Lidya.
Lidya dan Revi saling menatap, lalu melemparkan tatapan tajam ke arah Al. "Enggak!"
"Kompak amat dah," kekeh Al mendengar jawaban serentak dari Lidya dan Revi.
"Lo aja sana yang nari. Tari Jaipong sama Tari Gambyong," tukas Lidya masih tidak terima atas usul Al.
"Gue Genttleman, ga boleh tarian kek gitu," hindar Al tiba-tiba, sedikit menyingkir dari jangkauan Revi dan Lidya.
"Besok pagi kita kumpul di Kafe buat bahasin lomba ini. Udah dari sana kita langsung persiapin apa aja, kita pake sistem kebut sehari. Zhir, lo masih nyimpen brosur itu kan?" tanya Pandu menengahi.
Zhiro mengangguk. "Bener kata Pandu, kita harus tumpasin semuanya disana. Hu'um, tuh brosur masih gue simpen.
"Lusa kalian bakal lomba?" tanya seorang wanita, mereka serentak menoleh. Farah telah mendengar pembicaraan mereka.
"Iya ma. Mama mesti doain," jawab Dhika riang ketika melihat kehadiran Farah yang dianggapnya seperti ibu kandungnya.
"Mama selalu doain yang terbaik buat kalian," ujar Mama menanggapi keriangan Dhika.
"Mama emang terbaik dah," ujar Dhika senang. Kesedihan sedikit tersirat di wajahnya, haru bercampur kagum melebur menjadi satu. Ia benar-benar tidak menyangka dengan kasih sayang Farah padanya.
"Kalian tinggal minta apa yang kalian butuhin, mama bakal persiapin semuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Cause You, Just For You [Lathfierg Series] ✔ [TAHAP REVISI]
Teen FictionHigh rank: #1 Fiksiremaja (24-6-19) Book-1 Lidya Vanessa, seorang gadis yang memiliki masa sekolah penuh dengan warna. Di setiap harinya ia jalani dengan keterlambatan, masalah, dan mencatat rekor sebagai siswi dengan masalah terbanyak di sekolah te...