Devan membuang sampah dengan setengah hati, alias tidak ikhlas.
"Tuh cewek pinter akting banget," gerutu Devan ketika menuangkan sampah dari kotak sampah yang dia pegang.
Devan kembali ke kelas dengan wajah datar dan duduk di kursinya.
"Jago juga lo akting, cewek pemales," gerutu Devan lagi.
"Siapa yang akting? Itu bener bener Real. Lo nyuruh gue buang sampah? Yaudah gue buang, waktu mau gue buang eh Bu Indah lewat. Jadi, ini real" argumen Lidya keluar dari mulutnya.
"Terserah lo" jawab Devan dengan nada pura pura tidak peduli.
"Ya emang terserah gue, kalo apa apa tuh ikhlas dikit napa, cowok sok Pintar" kekeh Lidya menyunggingkan senyumnya.
"Gue emang pintar, ga kayak lo" balas Devan sengit.
"Pintar ngibulin" kekeh Gino terpingkal pingkal di sebelah Devan.
Dengan refleks, Lidya dan Alif tertawa lepas mendengar sindiran Gino terhadap ucapan Devan barusan. Devan yang melihat tawa ejekan mereka hanya menatap mereka satu persatu dengan wajah yang datar.
"Dah puas kalian ketawa?" tanya Devan seraya menaikkan satu alisnya.
"Belum, tunggu dulu" ujar Alif menteraturkan nafasnya, lalu menghela nafas.
Brakkkk...
Suara dari pukulan sebuah tangan di meja menghentikan tawa dari Lidya dan Gino. Lidya hanya menatap aneh ke arah pemilik tangan itu yang merupakan rivalnya, Rossa."Eh Lidya!" gertak Rossa dengan mata melotot.
"Kenapa lo? Aneh" lirihnya seraya melihat Rossa dengan menaikkan satu alisnya.
"Lo tuh sadar, lo tuh miskin!" tegas Rossa seketika melihat ekspresi Lidya yang sedang menatapnya dengan aneh.
"Jadi kenapa kalo gue miskin? Lo mau jadi miskin? Ga pernah gue sangka ternyata lo iri dengan kemiskinan gue" tanya Lidya dengan tersenyum sinis.
"Ga usah berbelit-belit ya!" tegas Rossa dengan kembali menggebrak meja.
"Lah siapa coba yang berbelit-belit? Lo aja yang nggak to the point " ujar Alif dengan argumen yang membuat Rossa semakin penuh dengan amarah.
"Diem lo gentong!" amuk Rossa.
"Kenapa lo iri? Makanya lo tuh banyakin makan biar badan lo tuh ga cungkring kek gtu" kekeh Alif seraya tertawa kecil.
"Argh.. Pusing gue dengan kalian bertiga! Dan lo Lidya gue ingetin jangan dekat-dekat dengan gebetan gue" ancam Rossa penuh amarah.
"Gebetan? Ada ya cowok yang mau sama lo?" tanya Gino seraya tertawa terpingkal pingkal.
"Siapa gebetan lo? Alif? Astaga Alif gue ga nyangka mata lo ditutupi kabut sampe lo mau jadi gebetan si nenek lampir?" Lidya tertawa mengejek lalu tertawa terpingkal pingkal memukul Alif
"Et dah, daripada gue sama nih cewek" Alif melirik sekilas ke arah Rossa dan menunjuk dengan matanya. "Lebih baik gue sama Gino, ya gak no?" tanya Alif dengan mengedipkan matanya ke arah Gino.
Gino langsung bergidik ngeri. "Ih ga mau, gue masih normal. Lo kira gue apaan? Jeruk sama jeruk"
"Kalian berdua diem ga! Stres kalian bertiga." Rossa mengamuk lalu melotot tajam ke arah satu persatu Lidya cs
"Ya emang kami Stres, lo mau ikut? Ayo ga apa apa kalo lo mau gabung, entar kami bakal buat seminar cara jadi Stres khusus buat Rossa" Alif menyunggingkan senyum sinisnya ke arah Rossa sehingga Rossa semakin dalam amarah.
"Devan, gebetan baru gue," ujar Lidya dengan tersenyum bangga
Mendengar namanya disebut Devan langsung menoleh mengarah ke Rossa yang sedang berdiri di sampingnya. Ia bergidik ngeri.
"Nih cewek enaknya gue apain? Seenaknya aja! Dasar pengaku" batin Devan.
"Ogah!" bantah Devan tiba tiba dengan nada tinggi.
Seketika mendengar respon dari Devan, para penduduk kelas langsung tertawa terbahak bahak.
"Kalo gue jadi Rossa malu gue"sindir salah satu orang menyimak pembicaraan mereka
"Diem lo!" gertak Rossa seketika mendengar sindiran untuknya.
"Ih sayang jangan bilang gitu" manja Rossa ke Devan.
"Sayang sayang, gue bukan shamyang! Faktanya gitu!" ujar Devan dengan kesal
"Ayolah sayang, aku kan kaya, kamu kaya. Kita selevel" ujar Rossa dengan wajah memelas.
"Kekayaan ga bisa nilai kalo lo selevel dengan gue! Ga akan pernah gue suka sama lo! Daripada sama lo mending gue sama Gino" jawab Devan sekenanya.
"Eh nih orang dikasih hati minta jantung" gumam Gino seketika mendengar namanya disebut kembali oleh seorang lelaki untuk menjadi kekasihnya. "Mungkin wajah gue terlalu cantik" gumam Gino seraya memikirkan sesuatu.
"Pulang lo ke bangku lo! Enek gue liat cewek kayak lo" bentak Devan.
"Kok kamu gini sih? " tanya Rossa seperti tidak percaya dengan yang terjadi saat ini, untuk pertama kalinya dia ditolak oleh seorang cowok.
"Kalo gue ya kalo udah diusir ya pergi, tau dirilah. Tapi sayangnya, gue ga pernah sampai kena usir" sindir orang itu lagi, Agnes. Agnes adalah orang yang suka membela Lidya Cs kalau mereka berhadapan dengan Rossa, dia menyukai Alif.
"Diem lo!" ujar Rossa menatap sinis ke arah Agnes. Dia beralih menatap Lidya.
"Kenapa? Malu banget ya, prihatin gue" ujar Lidya menaikkan satu alisnya lalu menyunggingkan senyum sinis nya
"Diem lo!" bentak Rossa lalu berjalan ke arah tempat duduknya dan menutup wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Cause You, Just For You [Lathfierg Series] ✔ [TAHAP REVISI]
Teen FictionHigh rank: #1 Fiksiremaja (24-6-19) Book-1 Lidya Vanessa, seorang gadis yang memiliki masa sekolah penuh dengan warna. Di setiap harinya ia jalani dengan keterlambatan, masalah, dan mencatat rekor sebagai siswi dengan masalah terbanyak di sekolah te...