"Lo kira ini aja? Revi Nadha Bhamakerti yang jadi sandra gue buat kalian dateng? Gue lebih cerdik dari kalian," ujar lelaki tersebut dengan menyombongkan dirinya. Revi berusaha meluangkan lehernya dari tajamnya samurai yang berada di tiap sisi lehernya.
"Lepasin adek gue!" amuk Dhika dengan tatapan penuh murka ke arah lelaki tersebut, lelaki itu seolah tidak berdosa membalas tatapan tersebut dengan senyumannya.
"Gak bakal! Lo bakal liat siapa aja yang bakal jadi sandra gue!" suasana menjadi lebih mencekam. Lidya, sebuah nama yang kini terngiang di pikiran mereka.
Lagi-lagi lelaki itu melemparkan isyarat, bertepuk tangan dengan keras. Sebuah rombongan datang dari belakang, menyembunyikan seseorang yang kini berada di tengah mereka.
"Lo mau liat siapa ini?" siulan kini keluar dari mulutnya, lagi-lagi sebuah isyarat. Mereka membentangkan samurai, membiarkan Cakra dan yang lainnya melihat siapa yang menjadi tahanan mereka kini. Sebuah wajah yang tidak begitu asing, mereka sangat mengenalinya, dan mereka telah menganggap dia adalah bagian dari hidup mereka.
Wajahnya kini pucat dengan tangan terikat di bagian belakang dan empat samurai menahan pergerakan lehernya. Dia adalah Ghany, Orang tuanya Zhiro.
"Lepasin Papa!!" amuk Dhika tambah jadi.
"Oh, dia juga papa lo. Sayang sekali, tapi gue ga butuh lo. Orang yang gue butuh sekarang adalah Putri angkat mereka, Lidya Vanessa Groye. Sial sekali, kenapa mereka memberikan hak kuasa perusahaan juga kepada Lidya." lelaki tersebut menghentikan pernyataannya.
Ia mengambil semua map yang berada dibalik jaketnya. Ia menunjukkan sesuatu. "Lo mau tau kenapa gue repot ngelakuin ini? Pemindahan hak kuasa Groye's Group tinggal satu syarat lagi. Sebuah tanda tangan dari Lidya si gadis pungut itu atau bukti kalo dia tewas, gue bisa ambil alih usaha mereka. Gue siapa? Kalian ga bakal tau, cari saja kalo bisa." Ia tertawa sungguh kencang membangkitkan emosi mereka. Farhan menyaksikan semuanya dari mobil, ia mengutuk dirinya sendiri kini. Ia tidak bisa berbuat apa-apa.
"Di mana Mama?" tanya Dhika dengan emosi yang menggebu ketika melihat tanda tangan Farah telah tertempel di kertas tersebut.
"Mama? Oh gue paham. Farah, wah ini sangat mengharukan," kekeh lelaki itu lagi.
Ia kembali mengisyaratkan kepada seseorang yang berada di dekatnya, seseorang itu menjauh darinya. Orang tersebut berjalan ke arah mobil yang tidak jauh dari mereka, menyalakan mesinnya dan menjauhkan jarak mobil tersebut 10 meter dari tempat semula. Sebuah tudung hitam terlihat menutupi benda kotak yang tidak mereka ketahui isinya.
Orang yang menyetir mobil tersebut langsung membuka tudung hitam tersebut dengan lekas dan hati-hati. Dhika ternganga hebat, ketika melihat wanita yang sedang duduk dengan ketakutan di tengah-tengah benda kotak mirip kandang binatang buas. Wanita itu melihat tidak percaya terhadap apa yang kini ia temukan di pandangannya.
"Kalian harus pergi dari sini!" teriak Farah dengan kencang.
"Jangan mendekat ada aliran listrik di kerangka ini! Jauh ! Pergi! Jaga Lidya!!" teriak Farah menimpali penjelasannya. Dhika memilih melangkah mundur namun ia kalah cepat. Pasukan lelaki misterius tersebut telah menahan kepergian mereka dari belakang dengan ujung samurai tajam mereka.
"Mau kemana kalian? Akan gue temenin kalian sampe foto kematian Lidya sampe di hp gue, dan salah satu di antara lima orang yang gue kirim bakal balik ke sini dengan membawa jaket kebanggaan kalian," ujar Lelaki tersebut dengan tawa yang teramat jahat.
Beberapa pasukannya mengunci Dhika, Kevin, dan yang lainnya hingga tiada berkutik. Mereka melingkar menghadap ke arah mangsa mereka kini.
"Boleh gue akuin kalian sangatlah bodoh! Lima orang tersebut berada tepat ke arah Lidya pergi dan nyuruh kalian ke sini. Lidya nganterin nyawa ke mereka, dan tunggu kita bakal dapet kabar dengan lekas tentang kematiannya," kekeh lelaki tersebut.
"Lo licik," ujar Zhiro dengan nada rendah namun sunyinya malam membuat suara itu menggema di telinga mereka.
"Ya! Gue emang licik! Gue ga nyangka lo masih punya kekuatan buat ngungkapin kelebihan gue kali ini," tukas Lelaki tersebut.
Ia mengeluarkan handphonenya dan membuka sesuatu di handphone tersebut. "Lihat! Orang yang gue kirim berhasil bunuh Lidya!"
Ia memperlihatkan foto dari pesan Via Whatsappnya, dengan tanggal dan jam yang sama. Seseorang terlentang dengan darah berceceran di wajahnya. Lelaki itu mendekati Cakra, ia mencanangkan foto wanita itu di depan mata Cakra.
Cakra melihat dengan detail bentuk wajah wanita tersebut. "Lidya ..."
"Udah cukup, mungkin kakak angkatnya mau ngeliat jasad terakhir Lidya," ujar lelaki tersebut dengan riang melangkah ke arah Zhiro yang kini tertungkup di lantai dengan samurai menyilang di atasnya.
Zhiro membulatkan matanya melihat foto seorang wanita dengan darah di wajahnya yang teramat banyak, tepat berada di bibir, sudut mata, dan dahinya. Wanita itu terlihat sangat tidak berdaya air matanya tanpa diminta mengalir dengan tetap terpaku pada foto tersebut.
"Lo licik! Kenapa lo berani nyakitin Lidya di depan gue!" amuk Zhiro, ia berusaha bangkit namun dengan kuat lelaki tersebut menijakkan kakinya ke punggung Zhiro. Zhiro menahan sakit teramat dalam pada punggungnya.
"Mau apa lo? Lo pikirin hidup lo dulu baru mikirin hidup orang lain. Eh, gue salah kematian orang lain," kekeh lelaki tersebut semakin menjadi.
"Lo jahat! Gue ga bakal ngampuni lo!" gumam Zhiro dengan rasa sakit yang semakin ia tahan di punggungnya.
"Terserah lo!" ujar Lelaki tersebut kemudian meninggalkan Zhiro dengan air mata yang mengalir deras karena kematian Lidya.
Ia kini beralih ke hadapan Revi, mata Revi telah bergenang air mata. Revi menghirup nafasnya lebih dalam, mencoba menenangkan dirinya sendiri.
"Mau liat sahabat lo? Iya, liat sahabat lo untuk terakhir kali," kekehnya sambil menunjukkan gambar itu lagi di hadapannya, Revi memokuskan pandangan matanya, mencari perbedaan di gambar tersebut, namun ia tidak melihat perbedaan sedikitpun yang dihadapannya adalah nyata. Seorang Lidya Vanessa dengan kulit yang lebih pucat dan limpahan darah di wajahnya. Pandangan Revi mulai menggelap, ia pingsan.
"Pingsan?" tawa lelaki tersebut.
Lelaki itu seperti sedang menginginkan penyiksaan kepada mereka, menyiksa mereka secara perlahan sebelum ia menghabisi mereka semua.
Ia kini beralih ke arah hadapan Ghany. Ghany seakan tidak percaya dengan gambar tersebut. Saat gambar tersebut terpampang di wajahnya, matanya digenang air mata. Itu benar putri angkatnya, dengan wajah yang tidak berdaya.
Kakinya melemas, ingin saja ia memukul lelaki jahanam tersebut namun ia tidak bisa. Lelaki tersebut meninggalkan posisinya, berjalan santai seolah tidak berdosa menuju ke arah Farah.
"Itu bohong! Lidya gak akan mati! Kalian jahanam! Jahat!" tangis Farah histeris.
"Bohong? Kita tunggu saja. Ini adalah malem terakhir kalian, selamat menikmati udara di malam terakhir. Cerita The~D, Groye akan selesai." Lelaki tersebut meninggalkan Farah yang kini tengah menangis histeris.
Ia menunggu dan menjauh dari pasukannya tepat di tengah jalan. Dua lampu motor mendatangi mereka, seperti pembalap terlatih dan helm dan jaket yang sama dengan lelaki itu kenakan. Mereka sampai tepat di hadapan lelaki tersebut.
Di genggaman salah seorang dari mereka terlihat sebuah jaket yang tidak asing lagi bagi Cakra, ia melihat dengan cermat terdapat lambang D besar di salah satu sisi jaket tersebut. "Lidya..."
Mereka berdua turun dan langsung mengampiri lelaki tersebut. "Kerja kalian teramat bagus! Dimana ketiga orang lainnya?"
"Mereka lagi buang jasad Lidya di sungai," jawab salah seorang di antara mereka.
"Bagus! Sekarang mana jaket itu?" tanya Lelaki tersebut tidak sabar.
Mereka memberikan jaket hitam dengan lambang the D tersebut ke lelaki itu. Lelaki tersebut membentangkannya, Cakra dan yang lainnya melihat ke sebuah nama yang terbordir di jaket tersebut.
'Lidya Vanessa'
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Cause You, Just For You [Lathfierg Series] ✔ [TAHAP REVISI]
Teen FictionHigh rank: #1 Fiksiremaja (24-6-19) Book-1 Lidya Vanessa, seorang gadis yang memiliki masa sekolah penuh dengan warna. Di setiap harinya ia jalani dengan keterlambatan, masalah, dan mencatat rekor sebagai siswi dengan masalah terbanyak di sekolah te...