65

2.5K 180 19
                                    

Zhiro memacu mobil Cakra yang telah ia bawa pulang. Lidya berada di sampingnya, tentu saja dengan memaksa untuk ikut bersama Zhiro.

"Caca dimana?" tanya Zhiro sambil memutarkemudinya. Ia dan Lidya mengenakan jaket identitas gengnya.

"Ada di belakang," ujar Lidya lekas setelah melihat ke arah kaca spion. Zhiro kembali ke fokus jalannya, di depannya tengah berjalan mobilnya sendiri yang dibawa oleh Cakra.

Mereka akhirnya sampai tepat di lapangan yang semula sebagai tempat pertemuan mereka dengan Nana dan Haidir. Mereka melihat ada Nana yang sedang menunggu kedatangan The~D sambil menyilangkan kedua lengannya.

"Ada Nana? Jangan-jangan ini ada erat kaitannya dengan Nana?" heran Lidya bertanya-tanya. Zhiro mengangguk setuju. Ia melihat ke mata Lidya dengan lekat.

"Lo harus jaga diri baik-baik, hati-hati. Lo inget kan kata Caca, yang sedang kita temui termasuk orang yang berbahaya. Gue ga mau sesuatu terjadi lagi sama lo," ujar Zhiro memandang lekat seolah itu adalah kali terakhir ia akan melihat Lidya.

Lidya mengangguk lekas, seketika mata mereka bertemu dengan lekat. Namun mereka segera tersadar dengan situasi dan keadaan yang sedang mereka hadapi kini.

The~D telah turun dari kendaraan mereka masing-masing, Zhiro dan Lidya begitu juga turun dari mobil Cakra. Caca berlari kecil, mengikuti langkah kaki mereka bertujuh belas. Di belakang Caca pun berjalan beberapa kelompok yang wajahnya tak asing lagi bagi Lidya.

"Dia adalah Robert," bisik Caca kecil melintas di belakang Lidya. Lidya seketika membalasnya dengan menaikkan satu alisnya, lalu menatap Caca. Namun mata Caca mengisyaratkan untuk membungkam pertanyaan Lidya terlebih dahulu.  Lidya segera mengurungkan niatnya, lalu fokus ke langkahan kakinya.

Mereka telah bertemu hampir beberapa langkah di depan tatapan mereka. Suara tepuk tangan menggema dari tangan lelaki yang telah menatap mereka dengan intens. Lelaki itu berdiri menyambut mereka.

Lidya melirik ke arah Caca sambil matanya sekilas melirik Robert di sudut matanya. Seakan mengerti, Caca sontak mengangguk.

"Akhirnya kalian datang, tepat pada beberapa saat sebelum kepergian gue," ujar Robert dengan senyum penuh maksud.

Zhiro membalas ujaran Robert dengan tatapan aneh dan membunuh, tatapan itu terlempar pada pandangan Robert hingga senyuman sinis yang kini hanya terlihat.

"Lupakan itu. Lihat, kalian membawa siapa yang gue minta. LF." Robert menunjuk tepat ke arah Lidya, senyuman sinisnya lebih jelas terlihat.

The~D serentak melihat ke ujung jari Robert yang kini menunjuk wanita yang berada di tengah-tengah mereka. Air wajah Lidya yang bingung, berubah sedetik menjadi lebih menyeramkan untuk ditatap.

"LF?" tatapan Lidya menajam di sudut matanya, sebuah senyum terukir di bibirnya. Ia pun tidak tau senyuman apa yang kini ia sampaikan, ia tidak mengerti. Seperti dikendalikan, seperti itulah kondisinya.

"Iya, LF. Orang yang akan mati di tiap genggaman gue. Gue gak nyangka, lo masih bisa hidup untuk hari ini," kekeh Robert terlihat sedang meremehkan Lidya.

"Lo ada kaitannya dengan pembunuhan gue?" tanya Lidya dingin.

"Tentu saja. Anak pembantu di keluarga angkat lo, yang gue bayar buat ngebunuh lo. Gue kira, kemampuan dia gak bakal bisa lo tandingin ternyata gue salah dugaan. Lo berhasil ngelewatin rencana gue kali ini. Gue harus akuin lo sama kuatnya seperti LF yang lain. Tapi, gue yakin itu gak bakal bertahan lama. Lo, akan mati di tangan gue!" tawa Robert meledak sinis.

"LF yang lain? Siapa yang lo maksud!" Nada Lidya semakin meninggi. Tatapannya semakin menajam, ingin ia mengoyakkan tubuh lelaki yang berada di sudut tajam matanya.

"Lo gak tau? Teramat miris. Gue bakal kasih tau,LF dan yang lainnya itu siapa. Tapi nanti, tunggu lo berada di ujung nafas lo sendiri," kekeh Robert penuh ancaman.

"Gue hajar juga lo!" murka Al berambisi menatap Robert seraya dapat membakar dengan tatapannya.

"Diam lo! Gue gak ada urusan sama kalian! Urusan gue cuma sama cewek yang ada di tengah-tengah kalian. Bukan sama lo, ataupun Zhiro. Gue ngelupain sesuatu, Louizhiro Zachary Groye ada disini, maaf udah ngerepotin lo. Lo cuma jadi umpan gue disini, dan gue gak ada bayaran buat lo untuk peran lo yang udah gue atur se-Fantatis ini. Akhirnya, gue bisa lihat orang yang bakal gue habisin nanti." Robert berkacak pinggang mengamati mereka satu persatu dengan tatapan temannya yang berada di belakangnya mengikuti tatapan Robert.

"Lo yang neror mereka," decak Caca muak dengan pembicaraan Robert sedari tadi.

"Wah, pengkhianat telah berada disini." tepuk tangan Robert menggetarkan emosi yang tersimpan dalam hati Caca.

"Memang, untuk orang kek lo pantes buat dikhianati," jawab Caca sinis.

"Tunggu pembalasan gue. Kali ini gue ga punya waktu untuk membalas tiap pengkhianatan lo ke gue," ancam Robert. Dalam nadanya penuh murka.

"Siapa lo sebenarnya!" teriak Damar dengan lantang. Robert menajamkan sudut matanya mengarah ke arah Damar.

"Lo mau tau siapa gue? Gue—"

Penjelasannya terpotong oleh Nana. "Dia adalah Robert A.F. pacar gue."

"Pacar lo?" kekeh Robert dengan nada sinis.

"Lo mimpi! Gue mau jadi pacar lo? Jangan harap! Lo itu sama kek Zhiro, cuma jadi umpan gue buat ketemu sama mangsa gue nanti. Lo pikir lo menarik buat gue? Sama sekali enggak!" Robert melangkah mendekati mobil Ferrarinya yang terparkir di belakangnya.

"Apa kurang gue sama lo?" heran Nana sambil menahan rasa terkejutnya.

"Kurang lo? Lo itu kurang cerdik. Gue akuin, lo pinter. Tapi soal kecerdikan lo itu minus besar, gue cuma deket dengan orang yang membodohi bukan terbodohi kek lo," tawa Robert sambil membuka pintu mobilnya. Nana ternganga hebat setelah mendengar apa yang dikatakan Robert.

"Apa maksud lo?" tanya Nana ingin memperjelas ucapan Robert.

"Maksud gue? Lo dan gue ga selevel. Gue cabut, gue akan pergi jauh dan ga ganggu kalian. Tapi kalian jangan terlalu ngerasa aman, terutama lo LF. Kita bakal ketemu di kemudian hari, itupun kalo lo masih punya nafas buat hidup. Nanti, lo bakal ngeliatin gue ngehunus pedang ke arah LF yang lain, dan akhirnya lo yang terakhir." Robert langsung menyalakan mesin mobilnya dan melesat pergi diikuti oleh teman-temannya.

Nana mengamati sekitarnya, dia sendirian. Air mata mengalir di pipinya, dengan lekas ia bersihkan. Ia berlari kecil menuju motornya, menyalakan mesin dan menjejaki tanah dengan alur bannya yang mengarah ke luar area pertarungannya waktu itu.

Lidya berdiri terpaku dalam kebungkaman, kebingungan melanda pikirannya.  Serentak The~D berusaha memahami apa yang telah terjadi, namun gagal. Dalam pikiran Lidya terlintas sebuah nama, ia mengamati pemilik nama tersebut.

"Siapa gue? LF? Lo dan dia?"

Just Cause You, Just For You [Lathfierg Series] ✔ [TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang