((Play Mulmed))
..
Pada satu waktu, Anastasia selalu ingin memandang wajah pemuda itu. Meneliti setiap pahatan di wajahnya. Rambutnya yang hitam legam, tebal dan berantakan seolah-olah menjadi gayanya. Bahkan Anastasia tidak pernah melihat kakak kelasnya itu berusaha merapikannya, malah membiarkan tetap seperti itu. Alisnya yang tidak terlalu tebal bersanding dengan kelopak mata yang membingkai bola mata bernetra kecokelatan cerah seakan bercahaya saat ia tersenyum. Seperti saat pemuda itu berhasil memasukkan bola ke dalam gawang saat Nathan mengajaknya untuk bertanding.
Rasanya Anastasia ingin merangkap sosok itu lewat lensa kameranya.
Ah, seandainya ia punya keberanian untuk melakukan, tapi ia tidak punya. Menatap Qori dari kejauhan seperti ini cukup baginya.
Siswa kelas tiga telah selesai melaksanakan ujian nasional. Sejak pertemuan mereka -tepatnya saling sapa keduanya di Panti Jompo bulan Maret lalu, Anastasia tidak memiliki kesempatan untuk bertegur sapa lagi dengan Qori.
"Udah mau lulus, emang gak pengen ngobrol?" Chika tiba-tiba datang entah dari arah mana.
Anastasia menoleh ke samping, sahabatnya itu duduk dengan dua tangan ditaruh di samping badan serta badan condong ke depan. Menghembuskan nafas panjang, Anastasia melemparkan kembali tatapannya pada Nathan dan teman-teman plus Qori yang terlihat masih asik bermain sepak bola.
"Aku pernah naksir Mas Qori." Pernyataan jujur seorang Chika.
Anastasia terkejut, ia menoleh ke samping, ada Chika yang telah menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan. Apa tujuan gadis itu mengatakan padanya?
"Suaranya saat mengaji, aku benar-benar jatuh cinta."
"Jatuh cinta sama suara apa orangnya?" Alis Anastasia bertaut, sungguh dia tidak pernah mengira Chika mengungkapkannya saat ini.
"Dua-duanya." Chika tersenyum kecil, lalu dimainkan dua kakinya yang menggantung. "Tapi itu dulu saat aku baru aja masuk sekolah ini."
"Pas kelas satu?"
Chika mengangguk, "tapi sekarang udah enggak."
"Kenapa udah enggak?"
"Karena rasa itu udah ilang dengan sendirinya."
"Kenapa hilang?"
Chika menatap gemas wajah polos Anastasia. "Gak tau ya, hilang aja. Mungkin karena ada laki-laki lain yang ungkapin cinta ke aku."
"Ih! Serius? Siapa? Kapan? Aku udah pindah sini?" Wajah Anastasia tiba-tiba diliputi rasa penasaran.
Chika terbahak melihat rona merah di pipi Anastasia. "Mau tau aja."
"Ih, Chika! Jangan bikin aku gak bisa bobok malam ini."
"Lah apa hubungannya cerita aku sama tidurmu, Nas?"
"Ya ada, ntar aku jadi nebak-nebak kalau gak kamu kasih tau siapa yang pernah nembak kamu. Ayolah." Anastasia mengambil tangan kiri Chika. "Ceritain, Chik."
Chika tertawa renyah, "kapan-kapan aja aku cerita."
"Loh kok gitu sih?" Anastasia protes.
"Anaaas!" Panggilan itu membuat Anastasia dan Chika buru-buru menoleh ke arah lapangan basket. "Iya?"
"Lempar bolanya!" Nathan berteriak lagi dari tengah lapangan bola.
Anastasia menunduk, bola berada tepat di samping kakinya. Entah bagaimana ceritanya bisa sampai di situ. Ia membungkuk untuk mengambilnya, namun ketika dirinya kembali tegak, wajahnya berubah memanas. "Eh, ini...." Ucapnya setengah terbata seraya mengulurkan tangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Them - A Short Stories
Fanfiction[Tamat] Ini adalah kumpulan kisah tentang mereka yang mencinta. - Them | Mereka -