Eve For Adam [ 2 ]

1.4K 313 17
                                    

((Flashback))

Usianya sepuluh tahun, dan itu minggu kelima ia memasuki Boarding School dengan sistem ketat, bahkan hanya untuk sekedar berkomunikasi dengan dunia luar sekalipun. Hanya dengan mengirim surat, anak lelaki itu bisa menghubungi sang ayah di luar sana. Dua bulan sudah ia menapakkan kaki di Seoul. Negara asal nenek moyangnya. Negara yang baru sekali dikunjunginya selama ini. Kata ayahnya, mereka hanya satu tahun tinggal di Seoul, dan akan kembali ke Toronto setelahnya.

"Daddy." Gumaman kecil terdengar, lalu tubuhnya didudukkan pada tangga undakan pertama. Kedua matanya menyusuri kata per kata yang tertoreh di dalam surat. Alisnya bertaut, sesekali bergumam kecil. Memastikan jika ia tidak salah membaca.

Seorang anak perempuan lalu datang, tampak kebingungan sampai-sampai harus menoleh dan berbicara dengan canggung.

"Mau mengirim surat?"

Gadis itu menggeleng pelan. "Tidak, aku baru saja menerimanya."

Si anak lelaki mengangguk sebelum melanjutkan ucapannya. "Sepertinya aku pernah melihatmu. Kita pernah satu kelas ya?"

Gadis itu tampak berpikir, kemudian mengedikkan bahunya. "Kurasa tidak."

Anak lelaki itu tampak berpikir. "Iya, di kelas sejarah. Aku ingat kau duduk paling depan di sebelah Alvin!" Lagi anak lelaki itu meyakinkan diri jika ia tidak salah menebak.

"Oh, mungkin." Jawaban singkat meluncur dari bibir gadis itu.

"Namaku Adam Jeon, terserah mau memanggilku Jeon atau Adam. Siapa namamu?"

Gadis itu mengurungkan niatnya meninggalkan anak lelaki yang sedari tadi berusaha mengakrabkan diri dengannya. "Namaku Kim Yerim."

"Kau orang Asia?"

"Memang kau bukan keturunan Asia?" Gadis itu balik bertanya. Melihat presensi teman barunya ini, semua orang bisa dengan mudahnya menebak jika ia keturunan Asia. Meskipun masih tersisa wajah kebaratan di sana.

"Iya sih, dad half Korean. Itulah mengapa aku menyandang nama Jeon."

"Oh, kau punya nama Korea?"

Anak lelaki itu balas menatap heran. Ia bahkan belum sempat menanyakan apakah ia mendapatkan nama Korea atau tidak sedari ia dilahirkan. "Mungkin aku akan menanyakannya pada daddy nanti."

"Oh, okay!"

"Lalu kau kupanggil apa? Sedikit aneh memanggilmu dengan nama Korea."

Gadis itu memasang wajah datar, ia tipikal yang kurang menyukai basa-basi. "Panggil aku Rim. Aku tidak memiliki nama internasional."

"Kau murid baru di sini?"

Gadis itu –Yerim kecil, mengangguk ragu.

"Pindahan dari mana?"

Yerim kecil menggeleng. "Aku asli Korea."

"Hah? Tapi mengapa bersekolah di sini? Sekolah internasional?"

Kedua mata Yerim membulat, "ayahku yang memintaku bersekolah di sini. Agar nanti kami siap pindah ke suatu tempat di mana tidak banyak warga seperti kami."

"Oh!" Lelaki kecil bermarga Jeon itu mengangguk-angguk. "Baiklah, aku akan memanggilmu Rimie. Silakan panggil aku Adam, atau bisa dengan nama Koreaku setelah kutanyakan pada daddy!"

Gadis itu termangu menatap kawan barunya. "Kau boleh memanggilku Eve jika begitu. Kurasa nama itu bagus untuk nama internasionalku. Aku akan mengusulkannya pada ayah."

"Okay, I'll call you Eve from now!"

"Terserah, tapi aku akan memanggil nama Koreamu suatu hari nanti. Kau harus mau."

Lelaki kecil itu tersenyum lebar. Melupakan sejenak kertas di genggamannya. "Okay!"

Them - A Short StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang