Andrea pernah menyinggung tentang Morgenster Kim pada Albert. Pemuda itu menyimak dengan sungguh-sungguh. Andrea pikir Albert serius pada saat itu, tapi sepertinya dirinya salah.
Ceritanya, sore saat toko roti akan tutup lebih cepat, Morgen datang berkunjung. Dia tidak sendiri, ada seseorang yang berjalan di belakangnya. Awalnya Andrea kira mereka pembeli yang berbeda, tapi nyatanya si lelaki yang mencuri perhatian Bibi Vivian itu menawarkan pada gadis di sebelahnya untuk memilih roti apa yang hendak dibeli.
Albert melirik –sepertinya. Jadi pemuda itu membersihkan meja toko tapi fokusnya lain. Karena hanya ada mereka berempat di sana, Andrea melayani dengan sepenuh hati seperti slogan yang selalu digemborkan Ayah Baptis Dew pada masyarakat kota Lexington.
"Kami pilih yang ini."
Andrea sadar kalau perempuan di sebelah Morgenster cukup dua kali membuka suara, sisanya hanya angguk atau geleng. Padahal tidak bisu, tapi sudahlah yang penting dagangan Andrea laku. Soal siapa yang membeli, dia tidak ambil pusing meskipun aslinya kepo setengah mati pada sosok lelaki di hadapannya.
Pipinya memiliki satu lesung di sebelah kanan, hidungnya mancung, ada satu helai bulu mata yang menempel di kelopak bagian bawah. Andrea duga mungkin ada seseorang yang merindukan lelaki itu, seperti apa kata Dew kalau bulu matanya jatuh sehelai atau dua helai. Lalu menjatuhkan kesalahan manis kalau Dante merindukannya. Bukankah itu terdengar sangat menggemaskan?
Andrea bisa gila lama-lama kalau bergaul dengan Dew.
Oke, kembali lagi pada pembeli dan asisten Andrea, siapa lagi kalau bukan Albert Kim yang kini ikut berdiri di sebelahnya. Seolah menyuruhnya menyingkir dan berubah menjadi pegawai teladan dadakan.
"Nona suka perasa matcha? Kami memiliki banyak varian kalau mau." Itu Albert berkata sangat bersahabat seraya memperlihatkan senyum penghias wajah yang kebalikan dari kata tidak tampan.
Duh, manis sekali si Albert! Anak siapa sih? Andrea sampai memuji dalam hati, ini langka loh! Albert yang terkenal asal-asalan bin usil, bermanis ria di depan perempuan. Nona Moon, bisakah kau setiap hari ke sini? Agar Albert selalu menjadi penurut dan manis seperti ini.
Morgen tidak tinggal diam, dia seolah membantu Albert untuk mendapatkan perhatian Ayana Moon. Andrea diam menyimak dari balik meja display. Menyudahi sesi jual menjual dan menyerahkan pada si asisten.
Dilihatnya perempuan yang lebih sering menunduk itu tersenyum samar dan menjawab dengan ucapan, terima kasih telah menawariku, tapi ini sudah lebih dari cukup.
Lalu Albert menjawab, kami mendengarkan apa yang diutarakan para pembeli, jangan sungkan berpendapat. Nah kalau seperti ini, Andrea semakin ingin bertepuk tangan.
Morgen tahu kalau Andrea tengah curi-curi pandang pada Albert dan Ayana. Kemudian lelaki itu memberikan senyum saat kedua mata mereka bertemu. Andrea merasa tertangkap basah. Dia melempar pandangan ke arah atap setelahnya. Sial kan?
"Toko ini terlihat menyenangkan, saya menyukai tempat ini, Nona Bae."
Tunggu, Andrea tidak salah dengar? Lelaki itu menyebut marga keluarganya? Ah, mungkin hanya missheard. Bye dan Bae hampir sama pelafalannya.
"Andrea, Tuan Ini memujimu."
Albert kadang polos, tapi tidak pada tempatnya.
"Ah, iya. Terima kasih." Andrea pura-pura baru mendengar, padahal tidak. Dia kan sedari tadi menyimak.
Morgen menampakkan lesung pipi, sangat jauh berbeda dengan Ayana yang memilih diam mematung. Menunggu mereka pamit tapi tidak juga bergeser menuju pintu keluar.
"Bisa kita pulang sekarang?" Kebisuan Ayana akhirnya pecah juga, mungkin dia bukan tipikal suka basa-basi. Sepertinya tidak cocok dengan Albert.
"Sure." Morgen memasukkan sebelah tangan pada saku celana. "Kami akan datang lain waktu, anda tidak keberatan kan, Nona Andrea?"
Tipe pria idaman Andrea bukan seperti Morgen, jadi tawaran itu terdengar biasa saja. Cuma, yang membuat lelaki itu kembali menyunggingkan senyum tidak lain karena Gadis Bae itu terlihat diam tanpa bicara dengan serbet di tangan. Sama sekali tidak keren.
"Kami tidak keberatan, Nona Cantik ini juga boleh kok setiap hari ke sini." Menunjuk pada Ayana, bukan Andrea. Aih, menggombal versi Albert yang membuat Nona Moon itu terlihat semakin ingin melarikan diri saja.
"Terima kasih kunjungannya. Lain waktu silakan membeli makanan kami lebih banyak lagi." Andrea pikir dia sudah menjawab dengan cukup baik. Masuk akal kan kalau penjual ingin pembelinya membeli banyak barang dagangan mereka.
"Oke. Aku akan lebih sering mengunjungimu.... , Andrea."
Oh Tuhan, ingatkan sepupu Dante itu untuk bernafas. Katanya tidak tertarik, tapi kenapa dadanya berdetak lebih cepat? Come on, Andrea! Kau perempuan tangguh!
"Iya, terima kasih." Hanya itu, kalimat yang mengamankan presensi Andrea, sampai lelaki dan perempuan yang memiliki kaki-kaki jenjang itu keluar dari toko roti.
"Cantiknya!" Albert memegang kedua pipinya, membayangkan wajah sendu Ayana. Aroma wangi gadis itu masih tersisa di ingatan Albert.
"Ck! Berlebihan."
---
Morgen tahu ia sudah memasuki tempat yang tepat. Berbagai ekspresi yang Andrea tampakkan membuatnya berpikir jika gadis itu bukan gadis sembarangan. Ada sesuatu yang menariknya untuk kembali ke sana.
Mengembalikan Ayana pada Nyonya Merlyn, ia kira mengunjungi lagi toko roti Andrea bukan ide buruk. Ia bisa memesan kopi hangat dan roti berperasa kayu manis. Rasanya pasti menyenangkan, jika hujan tidak menghalanginya nanti.
Omong-omong tentang hujan, dia mengabulkannya. Permintaan Paman Sam yang ternaknya mulai kepanasan. Mungkin satu siulan panjang di malam hari cukup untuk mendatangkan buliran air itu. Bagaimanapun, Morgen tidak boleh memakai banyak kelebihannya.
Ini rahasia.
🍁🍃🌸
On the day that you were born, the angels got together, and decided to create a dream come true. So, they sprinkled moon dust in your hair of gold and starlight in your eyes of blue.
KAMU SEDANG MEMBACA
Them - A Short Stories
Fanfiction[Tamat] Ini adalah kumpulan kisah tentang mereka yang mencinta. - Them | Mereka -