Passing By_09

846 184 23
                                    

Bandara Internasional Schipol Amsterdam memberikan kesan baik untuknya saat menginjakkan kaki untuk kedua kali. Ia tidak cukup lelah, namun beban di pundaknya seakan bertambah satu tingkat. Akankah ia sanggup bekerja seperti dulu sebelum kakinya mengalami cedera? Keraguan yang mulai menyergap seiring dengan langkah kakinya yang berjalan pelan menuju pintu kedatangan luar negeri.

Terlepas dari pemeriksaan keimigrasian yang cukup ketat, Jungkook berjalan menuju pintu keluar dengan kruk masih ia kenakan, koper ia letakkan di dalam troli atas bantuan petugas bandara sebelumnya. Welkom. Terlihat beberapa karton dan papan bertuliskan nama demi nama di pintu keluar kedatangan luar negeri diantara banyak penjemput.

Jeon Jungkook. Kedua matanya membaca jeli tulisan di sebuah karton putih, lalu ia melambaikan tangan, bergegas secepat ia bisa mendekati sang empunya tulisan. "Hoi! Jeon Jungkook." Ucapnya dengan gerakan tangan menunjuk pada dadanya.

Lalu sang penjemput tersenyum dan mengangguk. "Nice to meet you, Mr. Jeon." Sapanya kemudian. Tangannya terulur meraih troli milik Jungkook, mengajaknya menjauh dari kerumunan. Lelaki yang bernama Andrew berkebangsaan Amerika ini merupakan saudara Tuan Anderson yang sengaja diutus untuk menjemput, lalu bertugas membawanya ke Rotterdam sesuai keberadaan Tuan Anderson kali ini.

"How was your flight?"

"It's fine. How long we stay in here?"

Satu bulan lagi, waktu yang tidak banyak memang. Setelahnya mereka akan kembali berlayar menuju perairan Atlantik menuju Amerika, membawa peti kemas beratus ton beratnya seperti yang mereka lakukan selama ini.

Andrew meraih bungkusan roti di jok belakang, lalu memberikannya pada Jungkook ketika traffic light berwarna merah.

"For you, I brought from nearby before you came."

"Oh, thank you." Jungkook tersenyum kecil. Aroma roti bercampur keju yang serasa fresh from the oven dari gerai makanan yang tadi mereka lewati memenuhi rongga hidung.

Roti, Kim Yerim. Jungkook bergumam dalam hati, ia kembali ingat bagaimana bungkusan roti ini menjadi sangat berharga baginya. Karena di sana, sebuah perhatian diberikan perempuan itu untuknya.

..

"Sampai sana kau akan dijemput konsulat kita?" Yerim masih sibuk mengecek tas ransel dan koper serta beberapa peralatan medis ringan yang akan Jungkook bawa. Jemarinya melipat selimut, membiarkan lelaki yang tengah duduk itu memperhatikannya lekat.

Yerim tahu jika ini mungkin bukan terbaik baginya dan bagi Jungkook, tapi ia tidak boleh egois. Terkadang memaksakan kata suka untuk diucapkan memiliki konsekuensi yang besar. Tidak semudah jika mereka berada dalam satu lingkup yang sama. Bentang jarak mereka terlalu jauh untuk dicapai, pun dengan komitmen yang mungkin sulit untuk dijalankan. Dan kali ini memang rasa itu sebaiknya ia simpan rapat, tanpa mengatakan ia menyayangi Jungkook.

"Jungkook-ssi?"

"Tidak. Akan ada utusan Tuan Anderson menjemputku."

Them - A Short StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang