Cerita ini memang tidak sedahsyat Asmarandana, Mijil dan Cinta Untuk Raka, tapi saya tetap berharap ada yang menyukai dan membacanya. Siapkan hati kalian melihat betapa manisnya sikap Qori pada Anastasia.
((Play Mulmed))
..
Gelap masih menyelimuti Bandung ketika travel membawa Anastasia serta sang adik menuju ke arah Lembang. Setelah melewati IKIP Bandung, berjarak kurang lebih lima belas kilometer setelahnya, ada jalan menuju sebuah bangunan yang berpapan nama sebuah Pondok Pesantren.
Anastasia mengucek kedua mata, dibacanya lagi nama tempat mereka berada saat ini. Pintu gerbang langsung terbuka saat supir travel turun memberitahu hendak menurunkan penumpang. Andrean kian merapatkan jaket, hawa di luar mobil sepertinya cukup dingin untuk ukuran warga Semarang yang notabene hidup di dataran rendah –panas.
"Ini di mana, Mbak Nas?"
Anastasia menggeleng, "gak tau." Tak lama kemudian mobil dipersilakan masuk, terus melaju pelan melewati beberapa bangunan yang mungkin adalah asrama. Semakin masuk ke dalam area ponpes, ada satu bangunan yang cukup rapi dan asri. Meski gelap, mata gadis itu masih awas kalau di sekitarnya saat ini banyak pepohonan.
"Itu Kakek!" Andrean memajukan tubuh, supir travel hanya perlu mengantar dua remaja itu sampai tujuan karena penumpang lain sudah turun terlebih dahulu.
"Itu Kakeknya?"
"Iya, Pak." Anastasia segera menyelempangkan tas pada pundak, sementara Andrean sibuk memeluk ransel, tidak sabar untuk segera turun.
"Nah, sampai." Pak Supir menarik rem tangan, lalu membuka pintu. Di saat bersamaan, Anastasia membuka pintu belakang lalu segera turun dari mobil L300 yang membawanya ke sini.
"Kakek!" Anastasia segera memeluk orang tua yang menyambut dengan setelan kaos dan celana panjang serba tebal tersebut.
"Kakek!" Ganti Andrean yang langsung berlari dan menyalimi tangan Pak Burhan. Lalu orang tua itu memeluk dua cucunya serta mencium puncak kepalanya bergantian.
"Selamat datang, Nas, Ndre."
"Nenek mana?" Anastasia celingukan, tidak sadar kalau tas berisi baju dan oleh-oleh masih diturunkan dari mobil travel.
"Empat bawaan ini saja ya, Dek?"
"Iya, Pak." Andrean yang justru bertanggung jawab dengan barang bawaan mereka sementara Anastasia sudah menghilang masuk ke dalam rumah.
"Terima kasih, Pak." Pak Burhan menyalami Sang Supir Travel, menempelkan uang tanda terima kasih karena telah membawa dua cucu kesayangan selamat sampai di tempat.
"Terima kasih juga, Pak. Saya pamit, nuhun.
"Iya, sama-sama."
"Assalamu'laikum."
"Wa'alaikumsalam." Pak Burhan menangkupkan dua telapak tangan lalu diangkat sebagai tanda perpisahan. Membalikkan tubuh, ia melihat Andrean tolah-toleh melihat sekitar.
"Saya bantu bawakan, Dek Andre?" Pak Marwan mengambil dua dos oleh-oleh yang cukup besar.
"Iya, Pak. Tas baju saya aja yang bawa." Sikap Andrean dan Anastasia sama. Sama-sama mandiri, jarang sekali meminta bantuan kalau masih sanggup membawa sendiri barang bawaan pribadi.
"Ini Pak Marwan, yang punya ponpes." Kakek memperkenalkan laki-laki dewasa yang membantu membawakan barang-barang Andrean.
"Saya Andre, Pak." Andrean menunduk sopan. "Ini ponpes ya? Bangunan-bangunan di depan itu apa? Kamar-kamar?" Tanyanya, ketika ia membalikkan tubuh. Dilihatnya mobil meninggalkan area Ponpes yang cukup luas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Them - A Short Stories
Fanfiction[Tamat] Ini adalah kumpulan kisah tentang mereka yang mencinta. - Them | Mereka -