Satu hari istirahat cukup membuat Yerim kembali pulih, setelah minum sup ginseng dan dijenguk oleh Pierre yang menggemaskan, ia merasa siap beraktivitas seperti sedia kala. Selama itu, Pierre setia menemani Yerim, membuatkannya makanan dan kembali ke kantor setelahnya.
"Selamat pagi, Yerim-ssi!" Yerim menyapa pantulan dirinya di dalam cermin. Pipinya kembali merona, bibirnya tidak pucat lagi, cukup cantik. Kakinya berjalan menuju lemari memakai kaos putih panjang ber-turtle neck, jemarinya mengambil celana katun berwarna cokelat susu dan blazer senada.
"Perfect!" Yerim mematut sekali lagi, kemudian memakai mantel seperti biasa. Ia siap menghadapi kesibukan pagi ini.
..
"Bonjour!" Yerim memasang senyum manis tatkala memasuki kantornya, menyapa rekan sejawat yang sepertinya berhari-hari tidak ia jumpai.
"Hai, Yerim-ssi? Kau sudah sehat?" Jihoon berjalan mendekati meja kerja Yerim.
"Aku sangat baik, sunbaenim."
"Eh, kau sudah sembuh, Yerim-ssi?" Miss Clara memasuki kantor selang lima menit Yerim datang, ikut menyambut stafnya.
Yerim mengangguk. "Saya merasa lebih sehat dari kemarin."
"Aigoo, lihat wajahmu, segar sekali." Goda Miss Clara dengan centilnya.
Yerim tersenyum kecil, siapapun yang melihatnya pasti akan mengatakan jika ia setingkat lebih cantik dibandingkan biasanya.
"Kali ini kau di sini ya? Ada pekerjaan untukmu." Miss Clara memasang kacamata minusnya, sebelah tangannya menenteng dokumen yang akan ia serahkan pada Yerim.
"Siap." Yerim menangguk. Entah mengapa ia seakan-akan haus akan pekerjaan, beberapa hari terakhir ia benar-benar merasakan kebosanan. Selepas istirahatnya selama satu hari di rumah, membuatnya kembali segar. Melebihi sebelumnya.
"Kau tidak menanyakan pasien Koreamu, Rim?" Tuan Lee yang biasanya tidak banyak bicara mendadak melempar topik yang sensitif.
"Saya rasa dia baik-baik saja. Jihoon sunbaenim merawatnya dengan baik, iya kan?" Yerim melemparkan pandangannya ke arah Jihoon.
Jihoon menaikkan kedua alisnya. "Dia tidak semenyebalkan seperti yang kau ceritakan. Kami mengobrol banyak hal kemarin, ia kuajak keluar ke kantin rumah sakit."
"Benarkah? Bagaimana bisa kau membawanya keluar ke kantin?"
"Yoon Jihoon!" Jihoon dengan bangga menepuk dadanya.
"Mungkin dia lebih nyaman denganmu sunbae, bagaimana kalau kita bertukar pekerjaan? Kau yang bertugas menemaninya, aku di sini mengerjakan pekerjaanmu. Oke ya?"
"Tidak oke. Aku tidak suka suasana rumah sakit. Benar-benar membosankan. Kadang aku berpikir betapa menderitanya Jungkook berhari-hari di sana. Kenapa dia tidak dirawat di rumah Tuan Lee saja?" Usulan Jihoon yang membuat Yerim tersedak.
Yerim menoleh menatap tajam Jihoon. "Itu ide yang konyol."
"Bukan ide buruk loh, rumahku akan semakin ramai." Tuan Lee seakan-akan ikut tenggelam dalam selorohan Jihoon, ikut mengamini ide usilnya.
"Teganya." Yerim mengerucutkan bibir.
"Kau tidak ingin ke rumah sakit?" Tuan Kang tiba-tiba menyela. Melemparkan pertanyaan yang sama seperti Jihoon. "Aku dengan senang hati mengantar ke sana."
"Heol! Anda pasti ingin bertemu dengan suster Margie, iya kan?" Yerim mengerling ke arah Tuan Kang. Sementara yang dipandang hanya tersenyum penuh arti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Them - A Short Stories
Fiksi Penggemar[Tamat] Ini adalah kumpulan kisah tentang mereka yang mencinta. - Them | Mereka -