Sunmi menatap dalam kegelapan sang kakak perempuan berada dalam pelukan dosen saudara kembarnya. Meskipun Yerim terlihat sangat tegar, Sunmi menyadari jika semua yang tampak justru semakin semu. Jika boleh ia meminta, saat ini juga ia ingin bercerita banyak hal pada Ayahnya. Namun masih ia urungkan, mengingat Sangmoon memintanya mengatakan pada saat yang tepat.
Sunmi telah menyetujui saran Dokter Sam untuk mengatakan yang sesungguhnya peristiwa Hongbin menjamahnya beberapa bulan yang lalu. Kejadian di luar dugaan saat itu ketika Sunmi berada dalam satu mobil bersama Hongbin, menunggu dalam hujan kepulangan Yerim.
Sunmi tidak menaruh curiga sedikitpun, bagaimanapun kakak perempuannya pernah mengatakan jika Hongbin orang yang baik dan sopan. Bagi Sunmi, untuk membangun sebuah kepercayaan cukup sulit. Namun cerita demi cerita Yerim yang mengatakan jika Hongbin seakan-akan sosok yang terbaik yang pernah ia miliki, membuatnya sedikit lebih mudah membuka diri.
Namun semua buyar ketika malam itu, malam dimana Hongbin terlihat sangat frustasi memintanya mengantarkan pada Yerim yang kebetulan mengalami malam sibuk di kedai milik Janice. Dalam keheningan di tengah derasnya hujan, Hongbin memutuskan untuk menghentikan mobilnya beberapa blok dari kedai tempat Yerim bekerja. Lalu semua terjadi, kekhilafan Hongbin tatkala melihat wajah lugu Sunmi yang sangat mirip dengan Yerim. Bau alkohol menyeruak ketika Sunmi merasakan bibir Hongbin menyentuh lehernya kala itu. Tanpa berpikir panjang, setelah pemberontakan dirinya, Sunmi berhasil keluar dari mobil dan berlari sekuat ia bisa. Tanpa mempedulikan kemana arah kakinya melangkah.
Sikap tertutup Sunmi membuat kondisi psikologisnya semakin terpuruk. Trauma itu muncul kembali, memanggil kenangan buruk masa lalu ibunya. Dan kini, perlahan ia berusaha menyingkirkan emosi negatif selepas sesi demi sesi konseling, lalu kedekatannya dengan sosok Adam yang membuat dirinya belajar membuka diri.
"Sunmi?"
Gadis itu sedikit terkejut ketika suara Ayahnya terdengar tepat di belakangnya. Spontan ia menutup tirai kamar, lalu membalikkan tubuh. "Iya, Ayah?"
"Apa yang kau lihat?"
"Tidak ada." Sunmi menggeleng, lalu meraih lengan Sang Ayah menjauh dari jendela kamar.
Ada apa denganmu? Tuan Kim bergumam dalam hati. Ia diselimuti rasa penasaran, bukan perkara mudah membuka pembicaraan intens dengan putri bungsunya.
"Ayah tidak mengantuk?" Sunmi menggiring langkah mereka keluar dari kamarnya.
Tuan Kim menghentikan langkah, melepas pegangan tangan sang putri. "Katakan padaku sejujur-jujurnya, sayang. Apa Jungkook kekasih baru kakakmu?"
"Bisa iya, mungkin tidak." Sunmi terdiam sesaat, berada dalam puncak ketegangan. Perasaan takut jika Ayah mereka mencurigai sesuatu diantara para putra putrinya. Namun berkebalikan dengan pikirannya, justru kelegaan terpancar di wajah Tuan Kim tatkala pertanyaan status Yerim terlontar begitu saja.
"Maksudmu, mereka kekasih atau bukan?" Alis Tuan Kim bertaut. Lalu kepalanya ia longokkan ketika deru suara mesin mobil terdengar. "Loh, belum pulang?" Tuan Kim berjalan mendekati jendela kamar Sunmi, lalu menyibak tirainya. "Di mana Yerim?"
Sunmi mengerjap, lalu ia bergegas mendekati tubuh Ayahnya. Hanya pemandangan kosong tanpa Yerim di gang depan rumah mereka.
Tuan Kim menghela nafas panjang, lalu beralih pada wajah Sunmi. "Apakah dia menyukai kakakmu?"
Sunmi mengangguk ragu, lalu tersenyum lembut. "Kurasa eonni juga sayang padanya. Bukankah itu bagus?"
Tuan Kim terkejut mendengar kalimat Sunmi. Semakin heran, pertanyaan besar muncul. Seberapa lama anggota keluarganya mengenal Jungkook hingga mereka tampak nyaman satu sama lain, padahal selama ini Yerim hampir tidak pernah membawa teman pria ke kediamannya, kecuali Hongbin yang pernah dua kali bertandang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Them - A Short Stories
Fanfiction[Tamat] Ini adalah kumpulan kisah tentang mereka yang mencinta. - Them | Mereka -