Seandainya takdir kita sudah kita ketahui sekarang, bisa dipastikan bahwa perjuangan kita takkan semanis dan seindah ini.
(( Play Mulmed ))
..
Yerim dibuat heran ketika menatap Jungkook yang memutar tubuh berkali-kali di depan cermin sedari tadi. Bukan karena ketampanan Sang Adam yang tidak perlu disangsikan lagi, namun pada posisi telapak tangan yang mengelus perut.
"Kenapa sih?" Yerim bertanya, jemarinya masih sibuk melipat baju bayi yang menanti untuk dipakai satu bulan lagi.
"Eum, tidak." Lagi-lagi Jungkook menatap dalam cermin, suara lenguhan terdengar samar-samar. "Sejak kapan kau muncul? Kenapa aku baru menyadarinya?" Gerutuan lirih terdengar bersamaan dengan bahunya yang merosot.
"Hei, kau ini kenapa?" Yerim yang semakin diliputi rasa penasaran beranjak dari sisi ranjang, menghampiri suaminya. "Apa ada yang sakit?" Yerim memutari tubuh Jungkook, melihat tidak ada sesuatupun yang janggal.
Jungkook memutar tubuhnya menghadap Yerim, terhalang perut buncit diantara mereka. "Kau ini menulariku, Eve."
"Menulari? Memang aku sakit apa?"
Jungkook mendengus kecil. Ia melihat langit di luar tampak masih digelayuti mendung di siang hari ini, sangat tidak mendukung rencananya kali ini. "Memang harus di sini ya." Gumaman kecil terdengar, lalu tanpa sempat Yerim bertanya, Jungkook menyingkirkan kursi. Membuat tempat sedikit lebih lapang di samping ranjang mereka.
"Eh, mau apa?"
Yerim lagi-lagi semakin dibuat heran oleh ulah suaminya yang perlahan ia ketahui sedikit absurd. Berbeda dengan keseharian yang selalu dinilai orang sangat tenang dan bersahaja. Namun ketika Jungkook bersamanya, perilaku cheessy, tidak terduga, menggelikan selalu ia temukan. Sisi kekanakan Sang Adam yang masih tersisa.
Tampak Jungkook memasang posisi tubuhnya di atas lantai beralas matras yang tadi dibawanya dari luar kamar.
"Apa yang kau lakukan dengan matras itu?" Yerim melipat kedua tangan di depan dada, sedikit kesal karena pertanyaannya sedari tadi tidak mendapatkan jawaban yang ia inginkan. "Jangan katakan kau..?"
"Okay, aku siap!"
"Astaga!" Yerim menepuk keningnya ketika akhirnya ia tahu apa yang tengah dikeluhkan Jungkook.
"Satu, dua, tiga...," terdengar suara tertahan bersamaan dengan tubuh Jungkook naik turun melakukan push up.
Yerim menggeleng sembari tertawa kecil. "Ya ampun, kau ini ada-ada saja."
"Perutmu yang membesar itu menular padaku." Gerutuan terdengar diantara nafas Jungkook yang mulai tersenggal.
"Kenapa aku yang salah?"
"Iya, karena kau selalu mengajakku makan di waktu yang tidak tepat. Ugh!"
Lenguhan semakin sering terdengar, Jungkook masih berusaha berkonstrasi pada kegiatan olahraga dadakannya di akhir minggu yang cukup longgar baginya. Akhir minggu tanpa gangguan para mahasiswa.
"Masih berapa kali lagi?" Yerim menahan tawa, menggeleng berkali-kali ketika Jungkook berusaha sekuat tenaga melakukan push up sebanyak ia bisa.
"Tu-juh-pu-luh." Suara Jungkook bergetar, peluh memenuhi keningnya. Tiba-tiba Yerim teringat sesuatu yang sangat menarik. Tidak ada salahnya membantu sang suami membakar lemak lebih cepat kan?
"Ugh!" Wajah Jungkook semakin memerah ketika ia merasakan beban di punggungnya. "Eve, kau berat."
"Aku membantumu, oppa. Keluarkan tenagamu." Yerim menyelonjorkan kakinya ke samping, jemari tangannya berpegang pada bahu Jungkook, sementara tubuhnya telah duduk nyaman di atas punggung suaminya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Them - A Short Stories
Fanfiction[Tamat] Ini adalah kumpulan kisah tentang mereka yang mencinta. - Them | Mereka -