Wind [ 3 ]

4.9K 700 53
                                    

Jam menunjukkan pukul tujuh pagi, bis sebentar lagi akan mengantar Jungkook kembali pada rombongan wajib militer. Waktu liburnya telah habis, tampak Yerim dan sang ibu berdiri di samping tubuhnya mengenakan mantel dan syal yang membungkus tubuh, melawan hawa dingin yang mendekati minus dua derajat celsius.

"Kook."

"Iya?"

Ibu Jeon mendongakkan kepalanya, dilihatnya sekali lagi wajah putranya yang tampak cerah meskipun hidungnya memerah dengan bibir keunguan. "Kau akan meneleponku kan?"

Alis Jungkook menekuk, "Tentu saja bu."

Ibu Jeon menghela nafas panjang, pandangannya berpaling pada Yerim yang menunduk. "Kau juga akan menghubungi Yerim?"

Yerim terkesiap, inginnya mengangkat wajahnya namun diurungkan. Pura-pura tidak mendengar lebih baik.

Jungkook menatap sekilas Yerim, "Kau mau aku meneleponmu, Rim?"

Yerim menoleh, dilihatnya dua pasang mata seolah tersenyum padanya. "Memang tidak merepotkan?"

Jungkook menggeleng cepat, "Kau ini tinggal bilang iya apa susahnya sih?"

Yerim menyipitkan sebelah matanya saat jemari Jungkook menyentuh puncak kepalanya, mengacak pelan poni yang menutupi setengah keningnya. "Jangan terpaksa meneleponku kalau tidak sempat."

Jungkook perlahan tersenyum tulus, "Mengapa aku harus terpaksa? Apa yang membuatmu berpikir seperti itu?"

Ibu Jeon memundurkan tubuhnya, memberi ruang lalu mengamati lamat-lamat wajah dua buah hati yang disayanginya.

"Aku tidak berpikir apa-apa, kau terlalu berprasangka." Sanggah Yerim.

"Benarkah?"

Yerim mendorong pelan bahu Jungkook untuk menjauhinya, meskipun ia tidak ingin namun bibirnya bereaksi lain. Ia membalas senyuman lelaki yang seharusnya telah menjadi adik iparnya itu jika kekasihnya masih hidup.

..

"Mengapa dulu kau mengangkat Yerim sebagai putrimu?"

"Bukankah sudah pernah kuutarakan, aku menyayangi gadis itu."

"Sayang atau karena alasan lain?"

"Apa keputusanku salah? Mengapa kau menanyakan hal itu?"

"Tidakkah kau pernah berpikir barang satu detik, berpikir jika mungkin putramu yang tersisa ternyata menyukainya?"

-------

Tangan Yerim memunguti satu per satu perkakas medis yang tercecer akibat tersenggol lengannya. Sore ini ia akan pulang lebih awal, kata ibunya sang kakak akan menyempatkan diri untuk mengunjungi rumah terakhir kali sebelum ia terbebas dari wajib militer lima bulan lagi.

"Memang kenapa Jungkook pulang?"

Yerim menghentikan sejenak aktivitasnya ketika suara dokter Jihan menanyainya. "Itu, mungkin ada yang harus dia lakukan di rumah."

"Lakukan? Ibumu baik-baik saja kan?"

Yerim menggeleng, "Bukan itu, ibu sehat. Hanya saja aku tidak tahu alasan pasti dia pulang."

Them - A Short StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang