Hello Angel [ 4 ]

1.1K 187 16
                                    

Dew melirik pemuda itu. Dante masih memperhatikan langit, acuh dengan polah Dew yang sibuk mengunyah makanan yang ia bawakan.

Sebenarnya Dante trenyuh juga melihat sikap Dew. Alasan kenapa gadis di sampingnya itu belum makan karena uang yang ia punya habis untuk membelikan camilan anak-anak panti. Dante agak curiga Dew berbohong -awalnya. Namun sepertinya gadis itu sungguh-sungguh. Kata Dew semalam ini malas mengambil uang di mesin ATM. Lagipula bisa besok pagi katanya, dan gadis itu masih memiliki beberapa dolar untuk ia bawa pulang.

Tanggal di angka dua puluh memang masa krisisnya orang bekerja kan? Dante berusaha memaklumi itu.

"Apa yang kau lakukan di sana?"

Dew berhenti mengunyah, matanya membulat tatkala Dante beralih menatapnya. "Di sana mana?"

"Itu," Dante menunjuk lewat dagu pada satu bangunan yang letaknya lebih tinggi dari bangunan lain, Panti Asuhan Mc. Bride yang memiliki halaman belakang seperti lembah. Ada peternakan di sisi utara, biasa diurus oleh penghuninya.

"Oh, di sana." Dew menunduk sebentar, "menemani anak-anak bermain, belajar, hal-hal yang seperti ibu guru lakukan."

"Kau dibayar?"

"Tidak." Dew menggeleng. "Tidak bijak kalau aku mengambil keuntungan materiil dari mereka. Yang ada seharusnya aku membantunya."

Dante terdiam. Mengangguk-angguk kemudian. "Hem, angel wanna be rupanya."

"Objected," Dew menyilangkan dua tangan di depan dada. "Aku bukan malaikat."

"Itu pujian, Dew."

"Tapi aku tidak butuh pujian seperti itu. Mereka seharusnya yang membutuhkan pujianmu."

Kening Dante mengernyit. Kau menolak pujianku? Dew Kim memang aneh.

"Kenapa kau tidak mencoba menghabiskan satu hari saja di sana, kurasa pikiranmu akan terbuka lebar setelahnya." Kini Dew memberanikan diri menatap Dante. "Albert, kau tahu kan betapa dia sangat disayangi orang-orang di kota ini?"

Dante mengerjap. Menyimak. Menelaah.

"Itu karena dia menganggap semua orang telah membantunya di masa lalu. Dia tumbuh sebagai anak para orang tua di kota ini. Dia hanya bisa membantu sebisa dirinya lakukan untuk membalas kebaikan para orang tua itu."

Apa kau menyukai Albert? Tiba-tiba benak Dante curiga. Mata Dew terlihat sangat tulus menceritakan sosok Albert Kim.

"Nanti ketika aku sudah lebih tua dari saat ini, ketika anak cucuku bertanya apa yang sudah kulakukan untuk orang lain, aku bisa dengan bangga mengatakan telah melakukan banyak hal untuk Panti Nyonya Mc. Bride. Meninggalkan kenangan yang baik bagi siapapun yang mengenalku."

Bibir Dante mendadak terkunci, lidahnya kelu untuk membalas ucapan Dew.

"Aku ikut bahagia melihat mereka tertawa. Tidakkah kau merasakannya, Dante?"

Gadis itu... apakah tulus?

..

Ayana telah masuk ke dalam mobil bersama seorang laki-laki berperawakan tinggi dan gagah yang Morgen panggil dengan nama Eric. Tadinya ia ingin mengobrol banyak dengan perempuan itu, namun sepertinya sia-sia.

Albert bagai pungguk merindukan Bulan. Dan Bulan itu adalah Ayana Moon. Lalu untuk pertama kalinya, Albert merasakan layu sebelum berkembang.

Ternyata, kasih sayang dan perhatian penduduk Kota Lexington saja tidak cukup untuknya. Albert Kim menginginkan balasan cinta, cinta yang sebenarnya seperti lawan jenis rasakan. Namun nahasnya, dia tidak akan pernah mendapatkannya.

Them - A Short StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang