Time To Order (Maldives)

756 42 8
                                    

Halo semua!

Sesuai dengan rencana saya, ini adalah ebook kedua yang tidak saya publish di wattpad. Ceritanya lebih panjang dari ebook sebelumnya, saya kasih priviu terakhir supaya kalian lebih tertarik.

 Ceritanya lebih panjang dari ebook sebelumnya, saya kasih priviu terakhir supaya kalian lebih tertarik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mereka berhadapan, untuk kedua kalinya dalam jarak yang sangat dekat. "Kesalahan terbesarmu adalah membuatku mencintaimu terlalu dalam."

Yerim mendadak kehilangan pasukan oksigen, bahunya naik turun. Jungkook benar-benar nekat, bagaimana bisa lelaki itu dengan mudah mengatakan kata cinta? "Kau gila, kumohon pergilah sebelum Sean menelanmu mentah-mentah!"

"Ck!" Jungkook memperlihatkan senyum remeh, "hentikan kebohonganmu, Rim. Jujurlah pada dirimu sendiri."

"Kubilang pergi, kenapa keras kepala sekali?"

"Cukup," Jungkook mengangkat telapak tangan. "Rimie, tatap mataku."

"Tidak!" Yerim menunduk, kepalan tangannya kian keras. "Jangan paksa aku untuk berteriak," lirihnya.

"Moon Yerim, lihat aku." Jungkook kian dekat, jemarinya mencengkeram lengan Yerim.

"Henti ---kan!" Mamanya Heechan berontak, "kau semakin menyakitiku," nafasnya mulai tersenggal. "Apa yang kau rencanakan pada keluargaku? Kau ingin menghancurkan kami?"

Jungkook sangat terkejut mendengar akhir kalimat Yerim yang semakin memelan. Eunji, ia bahkan hampir melupakan penyebab kakaknya meninggal jika Yerim tidak mengungkitnya lagi. Pelan ia mengendurkan kedua tangan dari lengan Yerim, diangkatnya jemari hingga ia menyentuh puncak kepala Yerim. Ia ingin memeluknya, tapi tidak bisa.

"Kumohon pergilah, biarkan aku yang menanggung kesalahan kakakku. Maaf."

Demi Tuhan, Jungkook merasa trenyuh dan kecewa. Kecewa dengan sikap egoisnya hendak mengambil perhatian Heechan dari Yerim. "Aku masih marah, Rim. Pada diriku sendiri."

Yerim menggeleng, diusapnya air mata di kedua pipinya. Ditatapnya wajah Jungkook yang tidak kalah menyedihkan darinya. "Kalau kau memasuki kehidupan kami, akan ada banyak orang yang terluka. Termasuk Joohyun Eonni."

"Kenapa kau seolah menghukum dirimu sendiri atas kesalahan orang lain?"

"Dia bukan orang lain, Yoongi Oppa adalah kakak dan orangtua bagiku!" suara Yerim kembali meninggi. "Jika kau berpikir Heechan darah dagingmu, maka kau salah besar!"

Jungkook sedikit tersulut, sungguh menghadapi Yerim yang keras kepala benar-benar menguras energinya. "Aku tidak pernah menyinggung Heechan keturunan siapa, apa maksudmu berkata seperti itu?"

Skakmat! "Ak ---aku ..," seperti ada sesuatu yang mengganjal di dalam tenggorokan Yerim.

Jungkook tersenyum getir, semua pertanyaannya terjawab sudah. Apa yang dikatakan Yerim adalah kebalikan dari fakta. "Baiklah, kurasa cukup sampai di sini. Aku tidak ingin membuatmu membenciku berkali lipat." Ia memegang sudut mata, diangkatnya kemudian wajah hingga matanya hanya menjurus pada Yerim yang berusaha kuat. "Jaga Heechan baik-baik, aku menyayanginya melebihi anak-anak yang lain. Kau harus tahu itu, Rim."

Yerim terkejut saat Jungkook mengulurkan tangan. "Apa ini?"

"Aku hanya ingin mengucapkan salam perpisahan. Mungkin aku tidak akan bertemu dengan Heechan lagi, bukankah kalian akan berangkat ke Belanda dalam waktu dekat?"

"Mem -memang kau mau ke mana?"

"Jeju," uluran tangan masih tetap pada posisi yang sama. "Dua minggu aku di sana, mungkin pada waktu itu kau dan Heechan telah meninggalkan Korea."

Yerim ragu, kecewa, lega, semua bercampur mengaduk isi perut hingga menjalar ke dadanya. "Oh, selamat jalan ...," tangannya terulur, sedikit bergetar saat telapak mereka bersentuhan namun berusaha untuk terlihat tegar.

"Kemarilah," Jungkook tanpa aba-aba menarik tubuh Yerim hingga berada dalam dekapannya.

"Jungkook-ssi?"

"Maaf, aku tidak ingin kau terbebani dengan pikiranmu sendiri, Rimie. Ingat perkataanku kalau kau harus bahagia?"

"Lepaskan ...," Yerim berontak.

"Jika aku menghilang dari kehidupan kalian membuatmu bahagia, aku akan melakukannya."

Ya Tuhan! Yerim mati-matian menahan air matanya untuk tidak keluar. Tubuhnya mendadak kaku saat dirasakannya Jungkook menepuk punggungnya tiga kali, lalu mendorong tubuhnya untuk menjauh.

"Berhenti menangis, jangan perlihatkan kesedihanmu di depan Heechan. Dia benar-benar mengkuatirkan dirimu."

Yerim diam tanpa bisa berkata.

"Tersenyumlah untuk Heechan, dia akan sekuat Mamanya."

Dilihatnya perlahan Jungkook mudur, semakin menjauh, jauh dan menghilang di balik pintu pagar kayu yang menutup hingga sempurna.

"Ya Tuhan, apa yang kulakukan?" Yerim terisak, tubuhnya mendadak lemas saat pintu pagar tertutup rapat, menyisakan perih teramat sangat.

Sean membuka pintu utama, sengaja meninggalkan Heechan di dalam kamar dengan segala pengalih perhatian dari Jungkook. "Berdirilah, kau kuat."

Yerim menggeleng, "dia pergi, Sean! Benar-benar pergi."

"Itu kan yang kau inginkan?"

Yerim menggeleng,isakannya kian hebat saat Sean memeluknya erat. Berpisah dengan Jungkook mengapa sesakit ini?


***

ebook Maldives terdiri dari 474 halaman, harga 65K karena cukup panjang, kalau cerita ini dibukukan harganya pasti jauh lebih mahal dari versi ebook.

Yang tertarik silahkan dm atau kirim email ke madina.dandelion@gmail.com

Them - A Short StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang