Remedy on pdf only

811 67 18
                                    

Hai semua!

Jangan kaget ya, sekuel Rewrite The Stars akhirnya saya putuskan untuk dibuat e-Book mulai dari awal sampai dengan mereka dewasa. Saat ini sedang dalam proses editing, Insha Allah kalau lancar akhir Desember bisa diorder.

Berikut saya kasih spoiler, semoga banyak yang tertarik baca.

..

"Hidayah itu dijemput, Mbak. Bukan ditunggu."

Anastasia mengigit ujung pena saat Andrean mulai bicara panjang lebar menasehatinya banyak hal. "Aku mau jadi wali nikahnya Mbak Anas gantiin Papa. Mbak gak pengen nikah sama pilihan sendiri?"

"Pilihan yang mana? Mbak gak punya pilihan."

"Mbak punya tapi gak mau ngaku."

Anastasia menertawakan dirinya sendiri, kenapa membuat keputusan menjadi sesulit ini? Kenapa kakak kelasnya itu harus hadir di dalam kehidupannya? Kenapa Aisyah harus menyusul dirinya menjadi mahasiswi di Jepang?

Apa serentetan peristiwa itu menandakan Tuhan sedang menguji keimanannya? Bahkan Anastasia mulai bingung harus menyakini siapa.

"Kami beda," Anastasia menunduk, "Mbak gak punya pilihan lain."

"Kenapa Mbak gak mau nyoba menyamakan diri? Aku aja bisa, Insha Allah Mbak juga bisa." Andrean menarik nafas panjang, "aku mau amalan dan doaku jadi bekal Papa di sana. Mbak gak kasihan sama Papa?"


***

Anastasia mematung, penyakit Mama sudah final. Andrean belum juga datang padahal dokter dan suster sudah menyarankan seluruh keluarga untuk berkumpul.

"Adekmu ke mana, Nas?"

"Gak tau, Tante."

Ada gurat kesedihan teramat sangat pada diri Anastasia. Ia bingung harus bagaimana, apa keputusan sang adik berpindah keyakinanlah yang menyebabkan laki-laki itu tidak datang? Anastasia juga merasakan kerisauan serupa, bahkan pergolakan batin yang ia rasakan mencapai puncak. Namun untuk mengatakan kebenaran yang ia jalani saat ini mengakibatkan konsekuensi yang besar.

Menunduk, Anastasia mendekatkan bibir ke arah telinga sang Ibu. "Mama, masih denger Nanas kan? Mama harus kuat, adek sebentar lagi dateng," Anastasia mengusap kening Mama, tiba-tiba perempuan itu merasa menjadi anak yang durhaka.

"Bismillah, Mama .... Anas selalu berdoa yang terbaik buat Mama, maafin Mbak sama adek ya?"

***

Perempuan itu bernama Maryam, aku mengenalnya sejak orang lain memanggilnya Anastasia. Dia tidak sama seperti perempuan yang pernah aku kenal selama ini. Kalau Allah mengizinkan, aku ingin meminangnya dengan seperangkat alat shalat dan hafalan Al Qur'an sebagai maharnya.

💜

Them - A Short StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang