Jungkook melajukan mobil dalam kecepatan sedang. Kedua matanya mengamati bergantian spion dan jalanan berhias kerlip lampu malam yang mereka lewati. Sesekali tersenyum kecil tatkala mendengar senandung ayahnya. "Dad tampak senang sekali." Ia lalu memutar kemudi, berbelok pada arah yang hendak dituju.
"Kau tidak bertanya padaku bagaimana aku berkenalan dengan Nona Eve?" Tuan Abram menatap wajah putranya yang tampak dari samping.
"Memang perlu ya, Dad?" Jungkook membalas tatapan lalu tersenyum jahil ketika timpukan kertas koran mengenai kepalanya.
"Kau ini mengapa susah sekali menuruti apa mauku?" Tuan Abram bersungut.
Sebenarnya bukan karena Janice alasan utama ia ingin mengenalkan putranya pada Yerim. Pada awalnya ia hanya ingin berbasa basi pada pelayan yang menarik perhatiannya selepas pertemuan pertama mereka. Namun karena di hari kedua ia melihat keluwesan Yerim pada para pelanggan kedai yang kebanyakan para pria dan wanita paruh baya, ia tergerak untuk sekedar mengenal gadis itu.
Bagai gayung bersambut, Janice yang ia kenal di hari kedua justru memberinya kesempatan untuk lebih mengenal Yerim, gadis yang ia sebut Nona Eve. Sebuah padan nama yang bagus untuk bersanding dengan nama putranya, Adam.
"Dad ingat Vivian Choi?"
"Hem, aku ingat. Kenapa memang?"
"Mom memintaku berkencan dengannya kala itu. Kenapa Dad menolaknya?"
Tuan Abram mengatupkan bibirnya, berusaha mengingat mengapa ia menolak pertemuan kencan putranya dengan putri teman istrinya kala itu di Toronto. "Entahlah, aku tidak ingat alasannya."
"Oh Lord." Jungkook menggeleng pelan.
"Aku ini sudah tua, Son. Hal yang biasa kan lupa pada sesuatu yang kurang penting." Tuan Abram berkelit.
Jungkook lagi-lagi tertawa, pandangannya masih fokus pada jalanan. "Okay. Ceritakan padaku bagaimana Nona Eve ini berhasil menarik perhatianmu, Tuan Jeon."
Tuan Abram melirik putranya. "Jadi sebenarnya aku dan Janice merencanakan ini semua."
"Janice?"
"Hem, Janice Jacobson, owner Daisy Classy."
"Daisy Classy?"
"Nama kedainya, jangan menyelaku. Listen," protes Tuan Abram.
Jungkook tergelak, jemari telunjuknya ia tempelkan pada bibir, siku kirinya menyandar pada pintu. Kedua pandangannya menyusuri pertokoan yang jarang ia kunjungi. "Aku sedang menyimak, Dad."
Tuan Abram berdehem kecil, "Aku baru melihatnya siang itu, dia sangat baik." Tuan Abram menolehkan kepalanya pada Jungkook, bersiap menerima sanggahan.
"Lalu?" Tidak terdengar kata selaan dari Jungkook.
Tuan Abram tersenyum puas. "Kami telah berkenalan secara resmi tempo hari."
"Memang yang pertama itu tidak berkenalan?"
"Not yet. Kami belum berkenalan secara formal. Aku hanya sesekali berbincang padanya di sela-sela obrolanku dengan Janice dan Nyonya Khan."
"Ah!" Jungkook membuka mulutnya.
"Dan dia tidak keberatan memberitahukan namanya ketika kutanyai."
"Itu karena dia telah melihat Dad sebelumnya."
"Bisa jadi. Lagipula aku pria yang ramah dan sopan, Son. Siapapun akan berbaik hati menyambutku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Them - A Short Stories
Fanfiction[Tamat] Ini adalah kumpulan kisah tentang mereka yang mencinta. - Them | Mereka -