Eve For Adam [ 6 ]

1.2K 299 11
                                    

Jemari mungil Yerim berusaha meraih jendela kamar yang tingginya melebihi tingginya. Bagi anak berumur enam tahun, menjadi kakak merupakan kebanggaan tersendiri. Ayahnya mengatakan jika ia telah resmi memiliki dua adik sekaligus.

"Aku tidak bisa melihatnya." Yerim kecil berjinjit, berusaha mencuri pandang kedua adiknya di balik jendela kamar khusus transit para bayi yang baru saja dilahirkan.

"Kugendong." Tuan Kim meraih tubuh mungil Yerim dengan pipi merah gembulnya. Lalu menunjukkan pada putri sang putri sulung betapa cute sang adik.

"Siapa namanya?" Suara manja Yerim membuat gemas sang ayah, disertai kedua mata bulat yang mengerjap. Berbinar, rasa ingin tahu terlihat di sana.

"Sunmi dan Sangmoon."

"Sunmi? Sangmoon?"

"Yap, adikmu perempuan Sunmi dan adik lelakimu, Sangmoon. Nama yang cantik kan?"

Yerim tersenyum cerah sembari mengangguk lalu kembali menatap kedua adiknya yang berada di dalam boks berselimut masing-masing pink dan biru, tidur dalam boks bayi yang bersebelahan.

"Aku akan dipanggil eonni dan noona kan, ayah?"

"Yap! Kau  sekarang Yerim eonni sekaligus Yerim noona."

..

Bahu Yerim menyandar pada tembok dapur. Jam menunjukkan pukul sepuluh malam lewat tiga puluh menit, para tamu sebagian besar telah pulang. Menyisakan Janice dan Tuan Abram, beserta suami istri Khan dan Elanor keponakan Janice yang menjemputnya.

"Kau tidak pulang, Rim?"

"Belum. Miss Janice memintaku pulang bersamanya."

"Sepertinya Elanor sudah datang," Shindong mengintip dari pintu kaca dapur.

"Iyakah?" Yerim memasukkan ponselnyanya dalam saku mantel. "Sepertinya memang harus pulang sekarang."

"Kenapa? Sangmoon atau Sunmi lagi?" Shindong menatap lekat gadis berwajah sayu di hadapannya.

Yerim menunduk, memainkan kakinya yang tampak memerah. "Sunmi kurang baik akhir-akhir ini. Apakah perlu aku membawanya pada Dokter Sam?" Kedua mata Yerim menatap nanar Shindong.

Them - A Short StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang