Awas baper! Play mulmed, bayangkan kalian jadi Anastasia :)
..
Seragam putih abu-abu melekat pada si gadis, lalu satu laki-laki sibuk dengan buku tentang komputer. Anastasia sebenarnya tidak ingin seperti ini, duduk menatap dari ujung rak buku sementara Qori sibuk dengan dunianya. Di luar masih hujan –lagi, jadi tidak ada alasan untuk ia menerjang buliran air yang semakin deras tersebut. Ia bersama Qori, nanti pulang juga diantar Qori. Mirip pemaksaan sih mengingat pemuda satu itu mungkin punya misi khusus kenapa menahan seorang Anastasia untuk tetap bersamanya.
Mata yang melebihi bulatnya binar Anastasia, rambut hitam yang terlihat lebih panjang dari terakhir kali mereka bertemu –padahal seharusnya sebagai mahasiswa baru kan rambutnya cepak karena sisa OSPEK, namun itu tidak berlaku pada Qori.
Menunduk, ujung hidung bangirnya terlihat jelas, kaos lengan panjang kedodoran, semua atensi yang hanya tertuju pada buku yang berada di dalam genggaman. Sedetail itu Anastasia menikmati ciptaan Tuhan yang terpasung dalam penglihatannya saat ini.
Anastasia tidak sedang bermimpi, dia hanya menyandarkan kepala pada tembok, sesekali menunduk ketika Qori bergerak, lalu perlahan curi pandang dan menatap lama sampai Qori membuat pergerakan lagi. Mungkin orang yang melihatnya akan berpikir kalau jiwa Anastasia sedang terlepas dari raganya. Tidak ada senyum, wajah gadis itu minim ekspresi, tapi entah dengan hatinya.
Sret! Qori mengangkat dagu lalu menoleh bertepatan dengan Anastasia yang berhasil berpaling kesekian kalinya, membuang muka takut ketahuan kalau sedang menjadi pengamat dalam tanda kutip.
"Udah dapet bukunya, Nas?"
"Udah." Anastasia hanya mengangguk, melirik sekilas lalu bangkit dari tempat ia duduk untuk bersembunyi di antara rak buku lagi. Padahal apa yang ia cari sudah didapat, sudah lunas bayar pula.
"Loh, kok gak ngomong?" Qori buru-buru mengambil beberapa buku yang ia butuhkan, lalu berjalan menghampiri Anastasia. "Bosen banget pasti nungguin aku?"
Anastasia menggeleng cepat, "masih hujan." Tunjuknya ke arah pintu masuk toko buku yang berlabel Togamas.
Qori sebenarnya sedikit penasaran, kenapa adik kelasnya itu seolah menghindari kontak mata tiap kali diajak bicara? Apa yang salah di dirinya? Qori mengangkat lengan kanan lalu kiri bergantian, menghirup bau tubuhnya sendiri. Siapa tahu kan ia beraroma tidak sedap sehingga Anastasia menghindar.
Tapi.., aroma cologne masih menempel. Dan itu cukup harum untuk ukuran Qori.
"Nas."
"Iya?"
"Nas?"
"Hem?" Anastasia menyelipkan anak rambut ke belakang telinga.
"Aku keliatan aneh ya?"
Meski mata Anastasia tertuju pada buku yang tidak juga berpindah halaman, ia masih berusaha untuk tidak bertatap dengan Qori, atau jantungnya akan berpacu lebih cepat. Sangat melelahkan.
"Aneh gimana?" Gadis itu masih menunduk.
Qori menelengkan kepala, sedikit merendahkan kepala hingga refleks membuat posisi Anastasia sedikit bergeser. "Kenapa gak liat kalau diajak bicara?"
"Apa, Mas?" Terpaksa! Anastasia terpaksa mengangkat pandangan karena dia tidak mau ketahuan sedang grogi luar biasa. Tadi ketika membonceng sepeda motor Qori sih terasa biasa, namun menjadi sangat beda karena Qori membantunya melepas helm setibanya di parkiran toko buku karena pengunci helmnya sukar untuk dibuka. Padahal kata Qori tadi dipakai adiknya baik-baik saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Them - A Short Stories
Fanfiction[Tamat] Ini adalah kumpulan kisah tentang mereka yang mencinta. - Them | Mereka -