Rewrite The Stars_20

1.8K 217 242
                                    

Tuhan memang satu, kita yang tak sama. Haruskah aku lantas pergi meski cinta takkan bisa pergi?

((Play Mulmed))

..

"Kenapa jadi kamu yang bayar?"

Kalimat yang terlontar dari bibir Qori setelah ia kaget karena tagihan makan mereka telah dilunasi oleh Anastasia. Entah kapan tepatnya adek kelasnya itu ke meja kasir sampai-sampai Qori tidak menyadarinya.

"Gak apa-apa." Anastasia berdiri di samping motor, sengaja meninggalkan Qori di belakang untuk menyusulnya.

"Tapi kan aku yang ngajak, Nas." Qori mengeluarkan dompet, tapi Anastasia pura-pura tidak lihat.

"Helmnya." Anastasia mengambil pengaman kepala itu di pos satpam. Lalu kembali menenteng dua helm ke arah motor.

"Ini, aku ganti."

"Pasangin."

"Nas?"

"Ya udah kalau gak mau pasangin helmnya, aku bisa sendiri."

Bahu Qori turun, menyimpan lagi uang ke dalam saku celana, ia membetulkan pengunci helm Anastasia. Wajahnya terlihat menyesal. "Jadi ngrepotin gini, tau gitu tadi aku gak makan banyak."

Anastasia membiarkan Qori menyelesaikan tugasnya. "Traktiran ulang tahunku, Mas."

"Kenapa gak bilang dulu?"

"Masalah buat Mas?"

Qori ganti membetulkan helmnya sendiri, kemudian tangannya terulur membetulkan resleting jaket yang dipakai Anastasia, mirip sekali seperti ia memperlakukan Aisyah sang adik.

"Mas Qori marah?"

Tatapan Qori perlahan berubah, dikuatkan hati untuk tidak jatuh terlalu dalam pada pesona Anastasia, dia bingung dengan perasaannya sendiri. Apa adek kelasnya itu tidak ingin dilindungi laki-laki seperti dirinya? Tidak mau diperlakukan spesial? Harga dirinya sedikit terluka. Berlebihan sih, tapi itu yang dirasakan pemuda itu saat ini.

"Maaf kalau sikapku bikin Mas tersinggung." Anastasia yang mulanya mendongak kini perlahan menunduk, ia tidak mengira reaksi Qori akan seseram ini. Bagi Anastasia yang selalu melihat sisi tenang Qori, kalimat yang diucapkan kakak kelasnya barusan membuatnya tidak nyaman.

Atau memang Anastasia yang dasarnya terlalu bawa perasaan?

"Kalau aku minta dibayarin pasti bilang kok, Nas. Aku gak mau ngajak kamu tapi jadi ngrepotin gini."

"Tapi aku gak ngrasa direpotin kok, suer." Anastasia kembali memberanikan diri menatap Qori. "Diajak jalan kayak gini aja aku udah seneng. Mas Qori jangan mikir macem-macem, aku ikhlas."

Qori menghela nafas panjang, tagihan tadi lumayan banyak meskipun tidak sampai menghabiskan satu lembar seratus ribu, tapi tetap saja untuk ukuran anak SMA seperti Anastasia, nilai itu cukup banyak.

"Habis ini mau ke mana?"

"Pulang ya, Mas."

Qori menaiki motor, disusul Anastasia di belakangnya. Hanya sampai di situ, setelahnya tidak ada lagi obrolan selama perjalanan menuju ponpes.

Kenapa jadi seperti ini? Padahal kan hanya soal bayar makanan, kenapa kakak kelasnya itu marah? Anastasia jadi menyesali perbuatannya.

-------

Pagi menyambut Anastasia, setelah semalam sikap Qori berubah menjadi lebih pendiam –sama seperti dulu Anastasia pertama kali mengenalnya, tidak ada kata-kata manis sebagai ucapan selamat tinggal. Padahal malam nanti dirinya akan kembali ke Semarang.

Them - A Short StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang