Rewrite The Stars_11

501 162 48
                                    

((Play Mulmed))

..

"Nanaas!"

Anastasia langsung menoleh ke belakang saat namanya dipanggil. Rukma dan Nathan berlari menujunya dengan wajah terburu-buru, sudah mirip maling dikejar polisi saja.

"Eh.., eh!" Anastasia segera menghindar saat tubuhnya mau ditubruk.

"Nas, kamu mau langsung pulang gak?"

Anastasia mengangguk. "Bik Sum sama Nenek yang jagain Mama, kasihan kalau aku gak cepetan pulang. Gimana?"

Nathan dan Rukma saling menatap, keduanya lalu segera mengambil masing-masing lengan kanan dan kiri Anastasia untuk segera digiring menuju suatu tempat.

"Hei!" Anastasia yang kalah menjulang dari dua pemuda di samping kanan dan kiri tubuhnya hanya bisa protes sepanjang jalan tanpa mendapat jawaban kenapa ia harus digiring masuk ke dalam ruang OSIS.

"Bintang utamanya udah datang!" Teriak Nathan saat memasuki ruang OSIS, di dalamnya sudah ada beberapa siswa kelas tiga yang menyambut dengan wajah usil.

"Mana-mana?" Sahutan terdengar dari dalam ruangan.

"Kami datang bawa Anastasia." Rukma dan Nathan kompak tos meskipun satu tangan masih mengunci tubuh Anastasia.

"Ini dia orangnya," Angga tersenyum penuh makna. "Gak nyangka yang disenengi mantan ketua Rohis kita ternyata Anstasia." Kata Angga –dia melakukan tepuk tangan kecil, membuat raut wajah si tersangka menjadi kian bingung.

"Apa sih ah, lepasin!" Tatapan Anastasia horor sekali, ia bingung kenapa digelandang sampai sini. Mana dirinya satu-satunya perempuan di dalam ruangan.

"Kamu kenapa gak bilang kalau deket sama Mas Qori, Nas?" Briyan memainkan pulpen, sebelah tangan menopang dagu. Tatapannya tertuju pada Anastasia yang celingukan melihat ruangan yang seumur-umur sekolah di sini tidak pernah ia sambangi.

"Anas gitu loh." Nathan mengambil bangku lalu duduk di sana. Sementara Angga langsung menuju komputer yang sedang diutak atik Chandra. Semuanya pengurus OSIS, entah sie apa sampai penghuninya laki-laki semua.

"Kalian ngomong apa? Aku gak mudeng." Anastasia memperhatikan satu per satu wajah kawan-kawannya. Kenapa tiba-tiba menyinggung mantan kakak kelas mereka? Padahal semenjak pensi –tepatnya lima bulan yang lalu, Qori tidak pernah menemuinya.

"Nih ada paketan dari Mas Qori, katanya nitip buat Nathan."

"Paketan apa?"

"CD isinya video."

"Video apa?" Anastasia ingin segera menyudahi skenario penculikan ini. Berlebihan memang kalau ia menganggapnya demikian. Di sisi lain, ditatap terus-menerus oleh Briyan itu terasa menyeramkan, Anastasia tidak nyaman. "Gak ada hubungannya sama aku, kalau buat Nathan ya serahin ke dia aja." Anastasia berbalik akan meninggalkan ruangan tapi dihalangi oleh Angga.

"Mau ke mana, Nas?"

"Pulang."

Nathan buru-buru beranjak dari bangku. "Sama aku aja, nanti tak anter sampai rumah."

"Gak usah, aku bisa pulang sendiri." Anastasia menolak dengan nada lebih halus.

"Kok kamu kayaknya gak penasaran sama Mas Qori? Jangan-jangan cinta bertepuk sebelah tangan nih?"

Celetukan Chandra membuat Anastasia mau tidak mau menoleh. Maksudnya apa?

"Liat dulu CD yang dikirim, baru boleh pulang." Nathan mengambil bahu Anastasia, lalu dengan sabar menutunnya menuju depan komputer.

Them - A Short StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang