Tanpa saya beri visualisasi, kalian pasti tahu siapa Qori dan Anastasia karena sudah jelas siapa cast utama di book ini.
((Play Mulmed))
..
Waktu itu akhirnya datang juga, pengumuman kelulusan kakak kelas. Anastasia ikut senang tatkala banyak kerumunan saling berpelukan dan tertawa bersama. Ia kemarin sempat melihat pembuatan video kenang-kenangan sebagai pelepas status dari seragam putih abu-abu menjadi mahasiswa atau apa saja di luar sana setelah mereka tidak lagi menjadi siswa di SMA ini. Tampak seru sekaligus menyentuh, bahkan pemotretan untuk katalog juga sudah selesai. Anastasia jadi tidak sabar melihatnya, mungkin ia bisa pinjam kakak kelas.
"Sabtu datang ke acara pensi gak, Nat?"
Nathan mengangguk dengan mulut penuh oreo yang dibawakan Anastasia tadi pagi. "Ikutlah, aku sama teman-teman mau ngeband."
"Emang udah latihan?"
Nathan mengangguk, "Tiap Minggu."
"Makanya kamu jadi gak ke gereja?" Anastasia protes, dia tidak melihat Nathan di sana akhir-akhir ini. Bahkan Anastasia rela menjadi yang termuda -bersama Andrean, ketika berkunjung ke Panti Jompo karena Nathan absen. Untung ketemu Qori, Anastasia jadi senyum sendiri kalau mengingat bagaimana para lansia itu menggodanya.
Duh! Kenapa kakak kelasnya itu selalu mampir di pikiran Anastasia sih? Semakin gadis itu ingin melupakan, semakin sering pula Qori muncul di dalam benaknya. Seharusnya Anastasia tidak perlu kerja keras melupakan Qori, karena untuk melupakan berarti ia mengingat. Kalau sudah tidak ingat, maka tidak perlu melupakan, siklusnya seperti itu kan? Iya kan?
"Woi, nglamun lagi!" Nathan menepuk bahu Anastasia, membuat si empunya bahu jadi cemberut.
"Mikir apa sih, Nas?"
Anastasia menggeleng, "gak mikir apa-apa."
Nathan dan Chika mengamati wajah Anastasia yang terlihat tidak baik-baik saja. "Kenapa sih? Suntuk gitu."
Anastasia menyandarkan punggung pada sandaran kursi. Diamatinya papan tulis yang masih tersisa rumus Fisika yang diterangkan Bu Guru tadi. "Aku tadi gak mudeng yang diajarin." Kilahnya.
Rahang Chika rasanya mau jatuh ketika Anastasia mengatakan demikian, "bohong." Seorang Anastasia yang jago di bidang sains tidak mungkin tidak mengerti apa yang Guru mereka terangkan. Meskipun siswa pindahan, Anastasia termasuk dalam jajaran murid berotak encer. Chika saja kadang lebih mudah menerima materi yang diterangkan oleh Anastasia dibandingkan Bu Guru.
"Kalau bohong jangan kebangetan, Nas." Nathan mencomot oreo terakhir, "buat aku ya?"
Anastasia mengamati betapa menyenangkan Nathan mengunyah biskuit cokelat tersebut. Dia malah tersenyum kecil. "Aku pengen liat kamu makan oreo dicelupin susu, Nat."
"Ha?" Mata Nathan membulat, "kok?"
"Mukamu kayak yang iklan oreo, siapa itu namanya?"
"Iklan jadul." Chika mengalihkan topik. "Gimana, mau ikut lihat pensi gak? Dari tadi malah ngomongin ngalor ngidul."
Nathan menepuk pundak Anastasia, posisinya duduk di tengah-tengah dua sahabat. "Kalau aku sih maunya kita semua datang, lagian kapan lagi Nanas bisa lihat Mas Qori kalau gak di acara itu?"
"Emang Mas Qori panitia?" Chika bertanya.
Nathan menggeleng, "bukan panitia, tapi aku denger nanti ada video kakak kelas yang diputer, bocorannya nih yang ngedit Mas Qori sama timnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Them - A Short Stories
Fanfiction[Tamat] Ini adalah kumpulan kisah tentang mereka yang mencinta. - Them | Mereka -