Music Of The Sun on pdf only

725 55 1
                                    

Jembatan Banpo terlihat seperti hamparan karpet putih yang tenang. Tak hanya kendaraan yang lalu lalang, warga Korea masih enggan melakukan banyak aktivitas di luar karena suhu yang kini mendekati minus satu derajat celcius di Bulan Januari. Sungai Han masih membeku, langit Seoul mendung tapi tak gelap. Senja sore itu, salju sedang berhenti turun.

Jungkook dan Yerim sengaja pergi ke sana untuk jalan-jalan sesuai nasehat Seungwan.

"Jungkook-ssi," Yerim masih menggunakan panggilan formal, "apa kau baik-baik saja?"

Jungkook menoleh ke samping saat Yerim menatapnya dengan penuh ketulusan. Ternyata tunangannya peka juga. Kalau mau jujur, akhir-akhir ini dadanya lebih sering merasakan kejutan kecil dalam tanda kutip. Apa mungkin karena aktivitas dan pikiran berat yang melanda?

"Aku sehat, memang kenapa tanya seperti itu?"

Yerim merapatkan syal yang melilit leher, surainya yang dipotong pendek tertutup benie. "Wajahmu pucat, aku kuatir kalau kau kenapa-kenapa..," Yerim berusaha untuk menjadi tunangan yang baik. Meski masih harus banyak mengumpulkan lagi memori yang sempat menghilang, setidaknya Yerim telah mengalami kemajuan dalam berbicara normal. Kata Seulgi, meskipun ia kehilangan sebagian memori pada Jungkook, namun rasa yang tersimpan masih ada. Ia memiliki jawabannya sekarang, mengapa dirinya menjadi mudah menerima keberadaan laki-laki asing yang ia lihat ketika siuman.

"Mau dengar cerita tentangku? Aku pikir kau ingin mengetahuinya," Jungkook berbicara riang seolah anak-anak yang ingin dunia tahu perihal dirinya eksis di muka bumi.

"Ceritakan saja, biarkan aku menginterupsi kalau ingat," Yerim tersenyum, ia merasa senja ini berubah hangat karena kehadiran Jungkook. Mungkin karena ia mulai bosan meratapi diri sendiri, sudah saatnya hatinya move on dari kerisauannya atas mahluk bernama Jaehyun. "Katamu kita tidak sengaja berkenalan karena Seungwan Eonni, lalu mulai kapan kau menyukaiku?"

Jungkook mengerjap, kenapa Yerim yang ingin tahu terlihat menggemaskan? "Sejak kapan menyukaimu, eum.., sejak pertama kali kau menawariku menu. Aku mulai menyimpan wajahmu dalam ingatan."

"Oh, cinta pada pandangan pertama?"

Jungkook tertawa seraya menggeleng, "aku belum suka saat itu, hanya masih menyimpan dalam ingatan."

"Kenapa aku harus kau simpan dalam ingatanmu?"

"Karena kau unik, ada magnet yang menarikku berhenti sejenak memperhatikan gerak-gerikmu," Jungkook memberikan membungkus kedua telapak tangan Yerim dengan sarung tangan yang berada di dalam kantungnya.

"Itu bisa dinamakan suka kan?" wajah Yerim memang dewasa, namun cara bertanyanya mirip anak kecil.

Berkedip sekali, sudut-sudut bibir Jungkook terangkat, "apa seperti itu namanya cinta pada pandangan pertama?"

"Mungkin," Yerim menyatukan kedua tangan yang telah diselimuti sarung tangan. Melihat sarung miliknya dan Jungkook yang mirip, ia tersenyum. "Couple? Apa dulu kita sering memakai barang seperti ini?"

Jungkook menggeleng, "ini pertama kalinya, dahulu aku berpikir memakai barang kembar dengan kekasih adalah hal yang menggelikan, tapi tenyata tidak juga."

"Pertama kali, ini?" Yerim menunduk mengamati, lalu ia mengangkat dagu hingga kedua tatapannya menemukan ketulusan Jungkook berkali lipat dari biasanya. "Jungkook-ssi..," suara Yerim terdengar lebih serius.

"Hm?"

"Apa dulu kita saling mencintai?"

Jungkook mengernyit, "apa yang membuatmu bertanya seperti itu?"

Yerim mendadak dilanda kegugupan. Sejak kemarin ia telah memantapkan hati untuk benar-benar menerima kasih sayang yang diberikan Jungkook. Meski ia harus berusaha keras untuk sembuh, dengan belajar menerima, mungkin proses itu akan cepat berlalu.

Yerim ingin mengingat kenangannya bersama Jungkook, sehingga apa yang ia rasakan saat ini bukan sekedar sebuah kewajiban, melainkan ketulusan yang datang dari lubuk hati terdalam.

"Ahn Yerim," Jungkook menyentuh dagu Yerim. "Kalau kau bertanya apa kita saling mencintai, kau pasti akan menangis jika tahu sepahit apa jalan yang pernah kita lalui." Mengatakan kebenaran membuat bola mata Jungkook bergetar, "kau harus tahu kalau dirimu dulu sangat menyayangiku, begitupun sebaliknya. Siapapun yang mengenalmu dan mengenalku, mereka tahu cerita hebat yang pernah kita lalui."

Bahu Yerim naik turun, kedua matanya tiba-tiba memanas karena ucapan Jungkook, "aku mau mendengarnya, apa kau punya banyak waktu?"

Jungkook tersenyum, dipeluknya kepala Yerim hingga tidak ada lagi jarak di antara keduanya. Dalam keheningan, Yerim mampu mendengarkan setiap detak jantung Jungkook. Tiba-tiba, ia merasa takut kehilangan.



___________

Ini adalah versi revisi dari book MOTS yang pernah publish. Endingnya mengalami perombakan yang cukup signifikan. Bagi yang sudah pernah membaca, pastikan untuk membeli versi ebook untuk mengobati kesedihan kalian karena cerita aslinya. TIDAK SAD ENDING, tapi siapkan hati ketika membaca.

Keterangan lebih lanjut ada di work My eBook, grab it fast!!

Them - A Short StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang