Eve For Adam [ 15 ]

1.2K 237 19
                                    

"Aku akan pergi dengan Ayah besok pagi ke Dokter Sam."

"Kau telah memilih, Mimi?"

"Begitulah, eonni bersamamu kan oppa? Ayah tampak marah, bagaimana ini?"

"Kakakmu tidak ingin pulang malam ini, bagaimana? Apa aku harus memaksanya pulang?"

..

Jungkook melajukan mobil menembus pekatnya kabut malam yang mulai turun menghiasi kota Seoul. Ponselnya sedari tadi memanggil nomor Janice namun nihil. Tidak ada jawaban di seberang sana.

"Aku tidak ingin pulang."

"Kenapa?"

"Aku tidak bisa menyembunyikan perasaanku saat ini."

Jungkook bukan tipikal lelaki yang mudah membawa seorang wanita menginap di kediamannya, bukan pula lelaki sangat baik yang membatasi diri. Dia hanya memilah mana orang-orang yang ia perbolehkan memasuki teritorinya dan mana yang tidak, terkecuali untuk Yerim.

Dirasa nihil menghubungi siapapun yang ingin ia jadikan tempat penitipan sementara gadis itu, Jungkook memutuskan untuk melajukan mobil menuju kediamannya. Setengah jam kemudian ia telah berhenti di depan tempat tinggalnya, membiarkan mesin mobil masih menyala lalu membuka pintu pagar. Lalu memarkirkan mobil di halaman depan, kembali mengunci pintu pagar. Sengaja membiarkan Yerim masih berada di dalam mobil dengan mesin yang telah ia matikan.

Klek!

Pintu teras telah terbuka, Jungkook bergegas membalikkan tubuh namun sedikit terkejut ketika melihat Yerim telah berdiri di samping pintu mobil dengan wajah sembab. Jemarinya mengucek kedua matanya.

"Kok bangun?" Jungkook menghampiri tubuh Yerim, mengambil alih pintu mobil dan menutupnya.

"Ini di mana?" Yerim setengah sadar mengedarkan pandangannya di sekitar. Suasana yang cukup asing baginya.

"Rumahku, ayo masuk."

Jungkook menarik pelan pergelangan tangan Yerim, menuntunnya menuju ke dalam rumah yang tidak begitu besar namun cukup nyaman. Sebuah sofa besar ditempatkan di depan televisi LED dengan karpet hangat di bawahnya selepas melewati ruang tamu dengan meja dan kursi kayu dan beberapa ornamen sederhana yang terkesan tua.

"Mau minum apa?" Jungkook berjalan ke arah dapur, mulai mengamati isi almari pendingin.

"Tidak, aku hanya ingin tidur..," Yerim duduk di sofa empuk berwarna putih gading di depan televisi. Ia masih saja mengamati Jungkook yang berjalan mondar-mandir keluar masuk kamarnya.

"Hanya ada dua kamar di rumah ini. Kau tidur di kamar tamu ya?"

Yerim bergeming, ia tidak bisa fokus berpikir. Ketika pertama kali membuka mata, ia hanya teringat kecupan yang diberikan Jungkook padanya. Sapuan lembut disertai pernyataan suka yang ia sendiri kelu untuk menjawab. Dan sikap diam Yerim disimpulkan secara sepihak oleh Jungkook jika mereka telah resmi menjadi sepasang kekasih mulai malam ini.

"Eve?"

"Iya?" Yerim mendongak, lamunannya buyar.

"Kau tidur di sana," Jungkook mengulurkan tangan, mengajak Yerim untuk memasuki sebuah kamar yang bersebelahan dengan kamarnya.

"Aku di sini saja." Yerim menggeleng cepat. Ia tidak butuh kamar tidur malam ini, yang ia butuhkan hanya tempat pelarian.

"Hei, aku tidak akan mengijinkanmu tidur di sini. Terlalu dingin."

Them - A Short StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang