Hello Angel [ 5 ]

1.7K 201 32
                                    

Dante tidak menghitung sudah berapa lama sikapnya melunak saat berada bersama Dew. Benar kata orang, beda suka dan benci itu tipis. Kini yang ia rasakan justru kebalikan dari apa yang ia persepsikan tentang Dew dahulu.

"Dante!"

Nah, pagi ini terlihat Dew berlari kecil menghampiri. Tangan kanannya bertaut pada Tanya. Kemarin surai keduanya sempat terlihat sama warna, tapi sepertinya Dew kurang suka. Hitam kembali mewarnai surai berponi tipis itu.

"Selamat pagi, Uncle Jeon." Sapa Tanya, terlihat lesung pipi di raut wajahnya.

"Pagi, Tanya." Dante mengulum senyum. "Selamat pagi, Dew."

Dew Kim kadang susah menyembunyikan luapan ekspresinya. Bisa dibayangkan betapa suka cita gadis itu ketika Si Jeon menyapa dengan senyum tipis. Duh! Senyum Dew mendadak semakin lebar, bahkan pipinya memanas.

Astaga.

"Se --selamat pagi juga.., Dante."

Sepagi ini Dante sudah dibuat gemas dengan ekspresi anak-anak ala Dew. Oh My, ingatkan dia untuk sengaja berada di halte ini setiap jam tujuh pagi. Paginya kenapa menjadi secerah ini? Benar-benar menggelikan.

"Uncle mau berangkat kerja?"

Dante mengangguk, mengamati lekat-lekat wajah Tanya dengan pipi gembilnya kemerahan. Tiba-tiba dia ingat cerita Dew tentang kakak adik yang ingin bertemu dengan ayah mereka itu.

"Kok berangkat dengan Miss Kim?"

Tanya mendongak beralih pada ibu guru adiknya tersebut. "Eum, Miss Kim mau pindah sebentar lagi. Jadi aku mau sering-sering dekat dengan Miss Kim," jawaban perempuan kecil tersebut yang membuat raut Dante berubah.

Pindah?

Seakan mata bertanya, Dante mendapatkan anggukan Dew sebagai jawaban.

Oke, ini tidak baik. Di saat seperti ini, kenapa Dew harus pindah? Pindah, yang artinya tidak lagi di kota ini? Memang gadis itu kenapa? Banyak pertanyaan tiba-tiba bertubrukan dalam benak Dante.

"Uncle! Jangan melamun!"

Dante beralih menatap Tanya, mengelus puncak kepala gadis kecil yang sempat mengagetkannya. "Pulang jam berapa, Dew?" Sengaja mengalihkan pandangan pada bis yang datang padahal pertanyaan ditujukan ke Si Kim.

"Jam dua siang, tapi setelah itu ke tempat Albert."

Albert. Dew sepertinya gemar mengunjungi laki-laki itu. Tapi Dante tidak masalah kok, mereka -Dew dan Albert, hanya berteman. Berteman kan? Dew?

Ah, sepertinya dia harus bertanya pada gadis itu.

---

"Jadi tidak sungguh-sungguh pindah? Kupikir berita itu benar."

Andrea meletakkan sepotong bolu keju yang baru matang dari oven di atas meja. Terlihat Dew menghirup aromanya dalam-dalam.

"Tadinya iya, tapi sepertinya Ayahku lebih suka di sini."

"Terus yang minggu depan itu apa?"

"Eum, aku hanya satu tahun di Seattle. Kakak-kakakku akan berkumpul di sana menemani masa pengobatan Ayah."

"Oh karena ayahmu kau ke sana?"

Dew mengangguk. "Ada suster nanti yang ikut. Semua sudah dipersiapkan baik-baik."

Andrea megangguk-angguk. "Oiya, Albert belum sampai. Tadi kulihat dia bersepeda dengan Morgen."

"Tuan Morgenster? Tumben."

Them - A Short StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang