Passing By_10

890 184 18
                                    

Saeron mengamati satu per satu baju musim dingin yang terpajang di sebuah etalase butik kenamaan, mata bulatnya mengerjap beberapa kali seakan tidak percaya dengan digit yang tertera di sana. "Gila, semahal ini? Memang ada yang mau beli?" Sungutnya pelan, menjaga harga diri yang terkoyak akibat kemungkinan gagal membeli gaun beraksen klasik itu. Salahkan ia yang menghabiskan uang tabungan karena sebuah kalung cantik yang didambanya sedari dulu ketika ia menerima gaji untuk pertama kalinya padahal perjalanan wisata ini telah dirancangnya jauh-jauh hari, alhasil uang saku yang terbatas harus dihematnya kali ini.

"Nona Jung!"

Saeron berjengkit kecil, memejamkan kedua matanya sebentar lalu membalikkan tubuhnya. "Iya?"

"Mau ikut dengan kami?"

"Ke mana?"

"Kelab."

Saeron menggeleng cepat. Tidak, ia tidak begitu menyukai kelab dan bau alkohol. Deretan mantan kekasihnya dulu bukan lelaki yang suka pergi bermalam tanpa tujuan. Saeron yang tumbuh di lingkungan religius berusaha menjadi anak baik-baik. Meminum cairan alkohol di saat-saat tertentu saja, bukan sembarangan apalagi pergi ke kelab malam, bisa jatuh reputasi keluarganya nanti. "Tidak, terima kasih." Tolaknya dengan halus.

"Tapi semua orang ikut, kau akan sendiri di dalam hotel."

Saeron kembali menggeleng, "Aku akan menghabiskan waktu berjalan-jalan sendiri."

"Berani?"

Saeron menatap sekelilingnya sekilas, jalanan kota Tokyo yang membawa dirinya dengan rombongan tur wisatanya kali ini. "Tidak apa-apa, pergilah."

Bonsu -sang tour leader, menatap aneh lalu menelengkan kepalanya sejenak mencari raut keyakinan di wajah Saeron. "Yakin berani kutinggal?"

"Park Bonsu-ssi aku bukan anak kecil yang takut dengan dunia luar. Semua baik-baik saja, percaya padaku."

Saeron menepuk bahu pria gembul di hadapannya, lalu merapatkan mantel kuning yang membalut tubuh kemudian bergeser untuk meninggalkan rombongannya sementara waktu. "Nikmati waktu kalian!" Lambainya kemudian dengan senyum manis.

"Heh!" Bahu Bonsu melorot, menatap tubuh Saeron yang mulai hilang tertelan kerumunan pejalan kaki. Tak lama kemudian ia hendak berbalik pada rombongan namun diurungkan ketika salah satu penumpang tidak nampak batang hidungnya. "Hanya lima belas? Di mana yang satunya?"

"Nona Jung pergi sendiri kan?" Tanya sang supir.

"Sebentar aku cek." Bonsu menghitung rombongan, namun alisnya berkerut kemudian ketika seseorang yang sangat ia kenal tidak berada diantara mereka, pun tidak terlihat diantara kerumunan sekitar. "Yya! Di mana sepupuku?"

----------

Saeron menikmati ramen Jepang yang rasanya tidak berbeda jauh dengan ramyun di negaranya. Bibirnya memerah akibat kuah pedas, berkali-kali terbuka mengeluarkan uap panas yang mendera.

"Pelan-pelan makannya."

Saeron menelan kunyahan ramen, dengan sengaja menghiraukan kehadiran lelaki bertubuh tinggi di hadapannya. Tengah menatapnya dengan senyuman kecil berkali-kali. "Kenapa di sini?" Jemari Saeron meraih gelas yang berisi air mineral, menenggaknya seperti seseorang yang dilanda kehausan.

Lelaki itu menggeleng pelan, mengeluarkan kedua tangannya yang sedari tadi disembunyikannya di dalam kantung mantel. "Kalau ke sini hanya untuk ke kelab, di Seoul juga banyak."

Saeron melirik sekilas teman barunya ini, lelaki dengan wajah sedikit bulat, berambut hitam, tampak sederhana dengan coat abu-abu yang dikenakannya. "Mungkin saja ada yang berbeda."

Them - A Short StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang