Jeon Ae Ra, nama yang Jungkook berikan untuk bayi cantik berbobot tiga koma empat kilogram tersebut saat terlahir dari rahim Yerim. Bayi perempuan itu semakin sehat di umur tiga puluh lima hari sejak kelahirannya yang membutuhkan perjuangan.
"Susah sekali." Yerim bergumam berkali-kali ketika melihat Aera mengompol. Tiba-tiba ia merasa kosong, tidak ingat harus bagaimana menghadapi tangisan sang putri.
"Kumohon jangan menangis..," Yerim mengambil popok kain dari dalam almari, padahal ibu telah menyiapkan di dalam boks bayi.
"Ya Tuhan, berpikirlah, Rim! Aku harus bagaimana?" Yerim berusaha untuk mengendalikan pikirannya yang mulai kacau. Bolak-balik dari boks bayi ke almari, begitu sebaliknya. Yerim mendadak linglung.
"Ada apa ini?" Ibu Kim tampaknya mendengar tangisan Aera dari teras, memutuskan untuk menemui Yerim yang lagi-lagi kesulitan menghadapi tangisan putrinya.
"Aku sudah mengganti popoknya, bu. Kenapa dia tidak juga diam?" Yerim duduk di sisi ranjang, menatap Aera yang semakin menjerit di dalam boks bayi.
Ibu menghela nafas panjang, tangganya terulur meraih tubuh sang cucu lalu menggendong tubuhnya dan meletakkannya di pangkuan Yerim.
"Dia lapar, coba kau susui."
Yerim menatap kosong sang ibu, merutuki dalam hati mengapa ia lupa jika ada banyak kemungkinan bayi menangis.
"Maafkan ibu, nak." Yerim membuka penutup dadanya, memberikan ASI pada Aera yang sesaat kemudian terdiam.
"Kau harus tenang, Rim."
Yerim rasanya ingin menangis. Yang kemudian ia lakukan hanya mengelus pipi gembul Aera. Kenapa aku seperti ini? Kenapa sulit melakukan hal yang benar?
-----
"Apa yang terjadi dengan istri saya, dokter?"
Tanya Jungkook ketika ia mendapati Yerim semakin terpuruk dan susah tidur, menjadi pelupa, bahkan mudah berubah mood. Terlihat bahagia di pagi hari dan cemas tiba-tiba ketika Aera mulai menangis. Itulah mengapa Jungkook meminta Ibu atau Ayah Kim menemani Yerim ketika ia bertugas ke luar kota, atau Bibi Choi yang sengaja ia pekerjakan di rumah ketika kedua orang tua Yerim dan dirinya tidak berada di rumah bersamanya.
"Dilihat dari apa yang dialami istri anda, besar kemungkinan Nyonya Jeon mengalami gejala baby blues syndrome."
"Baby blues?"
Dokter Kang mengangguk. Pelan ia menjelaskan perihal kondisi Yerim. "Sejenis sindrom depresi pasca melahirkan, biasanya akan muncul setelah dua minggu pasca persalinan. Bukan semata-mata karena kondisi emosi saja, namun juga dipicu hormon yang mempengaruhi mood berubah sangat cepat."
Bahu Jungkook melorot, lagi, ia harus menghadapi kondisi Yerim yang menurun secara psikologis.
"Anda tidak perlu berkecil hati, Tuan Jeon. Ini bukan kondisi permanen. Istri anda membutuhkan dukungan saat ini, terutama dari anda dan keluarga dekatnya."
"Lalu, apa yang harus kami lakukan?" Jungkook menatap sendu Yerim dari kejauhan. Istrinya hanya terdiam menatap Aera yang tertidur dalam pelukan Nyonya Kim.
"Beri dia waktu cukup untuk istirahat, senangkan hatinya, beri pujian ketika ia berhasil menenangkan bayi anda. Dampingi selalu, saya rasa istirahat yang cukup serta tidur yang berkualitas akan mengurangi tingkat stres. Seiring dengan waktu, stres yang terminimalisir akan kembali mengembalikan hormon seperti sedia kala. Semacam rantai yang saling mempengaruhi."
"Apa itu sulit?"
"Tidak. Jika andapun menerima kondisi ini. Sejak saya memegang Nyonya Jeon sebagai pasien, saya rasa ada banyak hal yang perlu diselesaikan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Them - A Short Stories
Fanfiction[Tamat] Ini adalah kumpulan kisah tentang mereka yang mencinta. - Them | Mereka -