Pierre merentangkan kedua kakinya agar Yuke mudah membetulkan ikatan dasi yang berada di lehernya. Di pagi yang cukup cerah di mana dedaunan dan bunga musim semi bermunculan, Jungkook akan mengucapkan janji pernikahannya dengan Yerim.
Dua bulan yang lalu ia mengutarakan keinginannya memiliki Yerim, lalu tanpa menunggu lebih lama ia ingin mewujudkan keinginan Yerim untuk menikah. Mungkin sedikit lebih repot karena banyak yang harus mereka kompromikan sebelum keputusan menikah diambil, namun kata-kata Saeron menyadarkannya jika dahulu ia bisa bertahan menyukai Yerim yang berada di Dieppe, mengapa sekarang ia kalah jika mereka hanya berjarak Seoul – Gwangju? Banyak kesempatan yang mereka miliki untuk bersama dibandingkan dahulu.
"Kalian sudah melihat Yerim?" Jungkook telah berada di samping Pierre, tuksedo putih yang ia kenakan membuatnya semakin bersinar.
"Dear, dulu aku sama tampannya seperti dia kan ketika menikah?" Alih-alih menghiraukan rasa penasaran Lelaki Korea yang dulu sempat membuatnya jengah, Pierre sengaja tidak menjawab pertanyaan Jungkook.
Sang calon pengantin laki-laki hanya bisa meringis kecil melihat gombalan Pierre pada Yuke yang tidak sungkan menampakkan keromantisan mereka. "Apa setiap hari kalian seperti ini?"
Yuke menatap Jungkook dan suaminya bergantian lalu tersenyum.
"I love her, from head to toe." Ucap Pierre bangga.
"Oh Lord!"
"Bersiaplah, Kook."
Jungkook menoleh, dilihatnya sang kakak dan calon kakak ipar menghampirinya. "Sekarang?"
"Yap." Miyeon yang seharusnya menikah terlebih dahulu tampak lebih lapang dada jika calon adik iparnya memutuskan untuk menikah terlebih dahulu. "Semangat!"
"Kau sudah melihatnya?" Meski ia tahu tidak akan dijawab oleh Miyeon, Jungkook tetap menanyakannya. Menunggu Yerim berjalan menuju altar, Jungkook menggigit bibir bawah berkali-kali. Wajahnya super tegang, sepertinya itu karma karena telah meremehkan Seungho kala itu saat melamar Saeron. Sekarang dia tahu seperti apa rasanya menunggu pengantinnya datang.
Kim Yerim, kau seperti apa? Tiba-tiba ia tersenyum sendiri, kemudian menoleh ke arah Sang Ibu dan Kakek yang telah duduk menunggu prosesi yang akan segera dilakukan.
"Kau bisa, nak." Ucap Ibu Jeon saat Jungkook menatapnya, lalu ia melihat Si Bungsu mengangguk seraya tersenyum. "Seandainya ayah mereka ada saat ini," Ibu Jeon berusaha berbesar hati menerima kenyataan jika hanya ada Kakek dua putranya yang akan menyaksikan proses pernikahan kelak.
"Jungkook tahu apa yang ia inginkan. Beruntungnya dia masih bisa bertemu dengan Yerimie." Kini Kakek Jeon yang terharu, ditatapnya sang menantu kesayangan, pria tua itu memeluknya. "Selamat, Minrin. Kau berhasil mendidik anak-anakmu dengan sangat baik." Kakek Jeon terharu, "terima kasih."
Ibu Jeon mengangguk bahagia. "Mereka anak-anak yang hebat."
..
Pemuda itu masih terlihat khidmat memilah dan memotong foto-foto seseorang, entah sudah berapa lama dia berkutat dengan semua itu, tenggelam dalam konsentrasi yang tiada habisnya, sesekali tersenyum, diam, termenung, lalu terlihat sangat hati-hati seakan foto-foto itu benda paling berharga di dunia.
Sedikit demi sedikit potongan puzzle itu tersusun, kurang seperlima bagian lagi yang harus ia selesaikan. Dia bahkan rela menghabiskan setiap malam memilah, memotong dan menyusun foto-foto itu, tidak peduli jam berjalan hingga tengah malam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Them - A Short Stories
Fanfiction[Tamat] Ini adalah kumpulan kisah tentang mereka yang mencinta. - Them | Mereka -