Halo!
Ini adalah e-book kedua yang tidak akan saya publish di wattpad. Posisi sedang dalam proses editing sama seperti Moulin Rouge. Genrenya lebih melankolis dari ff yang lain. Saya mengganti marga dari beberapa cast.
This is the spoiler, saya beri satu part yang cukup panjang. Kisaran kalau selesai diedit sampai 450 halaman buku novel.
Get ready for this!
..
Senja itu perlahan memudar berganti malam, genggaman mungil yang tadinya kencang diantara jemarinya perlahan mengendur hingga hampir terlepas. Yerim mengangkat kepalanya perlahan dari sisi ranjang tempat di mana ia menghabiskan dua hari terakhir menemani bocah lelaki berusia enam tahun kesayangannya.
Moon Heechan namanya, bocah yang kata dokter harus dirawat inap karena terkena demam berdarah selepas libur kenaikan kelas. Di negara subtropis seperti ini, nyamuk terlihat di mana saja saat musim panas terlebih di dalam summer camp, dan sialnya satu atau lebih dari mereka menggigit Heechan hingga seperti ini. Kata dokter imunitas Heechan juga sedang menurun.
"Sudah bangun?"
Yerim mendongak, ditatapnya Sean yang datang menenteng paper bag yang diduganya berisi makan malam mereka.
"Aku tertidur cukup lama ternyata." Yerim merentangkan kedua tangannya ke atas, dilihatnya sekali lagi selang infus yang menancap pada pergelangan tangan Heechan, lalu dielusnya pipi gembul itu.
"Kalau masih seperti ini, kurasa kau harus memundurkan tanggal kepindahanmu, Rim."
Sean menyodorkan cup berisi teh hangat untuk Yerim, lalu berbalik melihat jendela yang dihiasi rintikan hujan. Sekali lagi ia mendengar helaan nafas berat dari perempuan yang telah hidup bersamanya enam tahun terakhir.
"Haruskah aku kembali? Maksudku, apa kau keberatan aku tinggal di sini?" Yerim beranjak dari tempat duduknya, ditatapnya punggung lelaki blesteran Belanda-Korea tersebut.
"Kau harus kembali ke Korea, Rim. Keluargamu di sana. Aku tidak ingin Yoongi menyalahkanku nanti."
"Tapi Yoongi Oppa tidak akan tahu, kumohon aku benar-benar tidak ingin kembali ke sana."
Sean memutar tubuh, kedua tangannya terulur mengusap lengan adik sahabatnya yang telah tiada empat bulan yang lalu. "Kau penerus keluarga Moon, kau tidak ingin usaha yang dirintis kakakmu berakhir di tangan orang lain kan?"
Kepala Yerim menunduk, mati-matian ia melupakan semua kenangannya di Korea, menyusun banyak rencana di Rotterdam bersama putra semata wayangnya, lalu kabar kematian sang kakak membuatnya bingung. "Bisakah kau ikut denganku?"
"Aku mungkin bisa mengantar, tapi tidak lama."
Yerim semakin murung, tidak ada seseorang yang baik seperti Sean, tidak kecuali lelaki yang telah memberinya putra.
"Aku akan mendampingimu nanti, jangan berpikir terlalu keras. Sekarang kita tunggu Heechan kembali sehat, kau paham maksudku kan?"
Yerim mengangkat pandangannya, jika saja Sean benar-benar ayah putranya, ia bersyukur berkali lipat. Tapi tidak, Sean tidak pernah mempersilakan dirinya mengisi relung hati pria itu, tidak sekalipun. Ia berusaha memahami itu.
***
Suara desahan dari dalam kamar sebelah membuat Jungkook mengepalkan tangan. Seharusnya Junho tahu jika membawa wanita tidak termasuk dalam perjanjian mereka. Dirinya masih berbaik hati menerima temannya tersebut dengan alasan kemanusiaan saat tiba di Jepang, tapi kali ini ia jengah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Them - A Short Stories
Фанфик[Tamat] Ini adalah kumpulan kisah tentang mereka yang mencinta. - Them | Mereka -