26. Lagi-lagi Aku Mau Ke Sana

32 11 0
                                    

Otakku kemudian menyuruh anggota badanku agar membuat kepala ini menjauh dari kaca-

Terdengar suara jendela yang ditutup secara terburu-buru. Segera kujauhkan kepalaku dari pintu tersebut setelah itu.

Nah, 'kan benar. 

Baru sekali aku berbuat hal seperti itu di sini.

Pasti ada orang yang melihat aku melakukannya tadi.

Segera aku bergegas meninggalkan laboratorium tersebut dengan kembali ke laboratorium Akuntansi untuk menunggu tes wawancara.

Ahh ... semoga saja yang tadi itu nantinya tidak menjadi masalah buatku.

"..!"

Ya ampun, itu Elisha Vania.

Ia mendadak keluar dari ruang guru bersamaan dengan salah satu wanita berpakaian kerja di tengah perjalanan aku kembali ke laboratorium Akuntansi.

Jarakku dengan mereka tidak kurang dari lima meter. Lari atau lompat ke sesuatu untuk bisa bersembunyi juga tidak sempat lagi sekarang. Aku terpaksa melakukan kepura-puraan dengan melihat-lihat sekeliling, membuat ekspresi layaknya turis mancanegara, untuk bisa melewati mereka.

Pembicaraan ber-volume rendah di antara Elisha dengan wanita itu berusaha kudengarkan tanpa melirik mereka berdua secara langsung. kemudian langkah kakiku ku perlambat sedikit dan telinga ini kugunakan semaksimal mungkin untuk dapat menerima suara apapun yang keluar dari mulut mereka.

Satu langkah pelan pertama aku mendengar wanita tersebut memberikan pertanyaan ke Elisha 'Siapa tadi nama adikmu yang mendaftar?' kemudian langkah pelan kedua aku mendengar Elisha Vania menjawab 'Erza?' lalu langkah pelan ketiga aku mendengar wanita itu memberikan pertanyaan lagi 'Oh, ya. Si Erza. Apa dia sudah selesai tes wawancara?' dan langkah ke empat dan kelima aku mendengar Elisha menjawab 'Erza sudah menyelesaikan tes. Dia baru saja pulang.'

Lalu aku selesai melewati Elisha dan wanita tersebut.

Kelihatannya ....

Kelihatannya aku tadi barangkali berpapasan dengan Erza pas masuk di depan gerbang atau di tempat lain. Namun bagaimana bisa mata milik Frida Halisyah ini sampai bisa tidak melihat dia?

"..."

Baik, penjelajahanku cukup sampai di sini. Aku mau ke toilet dulu. Entah kenapa tangki ku tahu-tahunya sudah penuh saja ketika selesai melewati Elisha tadi.

Sekembalinya dari toilet dan bermaksud mau ke Lab Akuntansi, aku langsung mengurungkan niatku untuk pergi ke sana dan segera bersembunyi di balik gedung, sebab aku mendapati si Elisha sedang mendekat ke bibi, Grisnald, ibu-ibu yang mengobrol dengan bibi, teman yang bermain dengan Grisnald beserta orang-orang lain di dekat mereka.

Ia bersama dengan siswa-siswi lain, membawakan bangku plastik untuk orang-orang yang berdirian, yang duduk di dekat taman dan yang tidak kebagian tempat duduk lainnya di sana, terus si Elisha duduk mengobrol bersama mereka, dan entah kenapa Elisha bisa langsung berbicara akrab sama mereka, termasuk bibi dan Grisnald.

Aku tidak bisa ke situ sekarang. Aku harus menunggu Elisha tiada. Tapi sampai kapan aku berdiri di sini dan menunggu dia menjauh dari situ!

Sabar Frida. Tunggu saja dia pergi.

"..."

"Ada apa dengan perempuan itu?"

"Tau ..."

Ugh!! Ayo Elisha! Cepat pergi dari sana! Aku mulai diperhatikan oleh orang-orang sekitar yang berlalu-lalang, yang memberi tatapan aneh dan mengomentariku di sini.

Astaga. Lagi-lagi aku mau ke toilet.

Sekembalinya dari toilet untuk kali kedua. Aku menjumpai Elisha masih tetap ada di situ.

Hadeh. Kenapa Elisha belum pergi-pergi juga dari sana?

Aku tidak punya petunjuk kenapa bibi sama Grisnald bisa terlihat akrab sekali dengan perempuan tersebut. Apa yang tengah mereka bicarakan di situ? Tentang apa? Apa Elisha tengah membahas sekelompok manusia yang lagi viral di internet?

Kuperhatikan tadi si Grisnald sampai terpingkal-pingkal mendengar gurauan yang Elisha buat.

Arghh ... aku mau duduk!

Tak sampai berapa menit, aku mendengar nomor urutanku dipanggil bersamaan dengan beberapa nomor urut peserta lain untuk tes wawancara.

Bibi terlihat memeriksa kartu pendaftaranku, turut menyadari bahwa nomorku dipanggil, bibi tampak mulai plangak-plongok mencariku.

Aku terpaksa berhenti bersembunyi lalu mendekat ke sana, ke bibi. Aku harus melakukan itu sebelum bibi menelpon. Akan memalukan sekali jika aku terus berdiam diri saja di situ kemudian membiarkan bibi menelponku, terus nada dering ponselnya sampai terdengar oleh Elisha yang ada di sana, sebab orang yang ditelpon sebenarnya sudah ada di dekat mereka selama ini.

Aku sudah berada di hadapan bibi, bibi memberikan kartu pendaftaraan, terus aku langsung saja masuk ke lab akuntansi. Ya ... aku berusaha untuk tidak menggubris atau bahkan melirik mata ke arah Elisha. Mood-ku sudah acak-acakkan karena dia.

***

Adiknja (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang