71. Brakk ....

23 2 0
                                    

Apa onomatopoeia yang cocok untuk mewakilkan bunyi sepatu yang dihantamkan ke tanah? Mungkin "brakk" saja, ya untuk bagian ini.

Brakk ....

Kaki kami menghentak ke tanah semua.

Kami baru mengawali yel-yel ini, namun sudah ada anggota kami yang kebingungan selanjutnya harus berbuat apa.

Dengan nada rendah, kami memberitahu rekan distrik kami yang sangat kasihan tersebut untuk ...

"Perhatikan Arillia terus!"

Memperhatikan Arillia.

Semua anggota distrik oranye kemudian menuju ke tengah lapangan mengikuti Arillia. Jalan kami biasa, tidak berteriak-teriak. Kami tidak akan menyanyikan yel-yel kami sebelum kami benar-benar ada di depan. Ada benarnya Alma protes kalau yel-yel ini tidak bisa dipaksakan sambil jalan, pokoknya aku merasa begitu sekarang.

Sesampainya di sana kami berbaris menghadap ke barisan distrik-distrik lain. Arillia yang bertugas jadi pemandu sorak pergi ke depan kami. Dia mengambil posisi lalu bersiap memberi sinyal berikutnya.

Arillia kulihat menatap kami yang ada di depan. Agak sedikit senyum-senyum dia di situ, Terus dia lalu membuka mulutnya, mengucapkan "Tuu ..." dan entah kenapa dia mendadak memindahkan lirikannya padaku yang saat ini posisiku sekarang berada di barisan depan paling kiri, terus ia hendak tertawa setelah melihatku, ya ampun. Padahal aku tidak melakukan apa-apa.

"Pfftt ..."

Dan dia sekarang sedang menahan tawa tersebut untuk tidak keluar.

"Puhahaha ..."

Tapi ia tertawa juga pada akhirnya. Terus ia melanjutkan hitungannya itu sambil terkekek-kekek,

"Tu. Waa, pfftt ..."

"Hei!" Tegur Alma ke Arillia dengan nada berbisik.

Arillia mendengar teguran Alma tersebut, terus dia sadar kalau ia sudah melakukan kesalahan. Arillia kemudian cepat-cepat pindah ke tugas berikutnya, terus mengayunkan kedua tangan dan menabrakan permukaan telapak tangannya itu satu sama lain untuk membuat tepukan.

Dan nyaring sekali bunyi hantaman yang dihasilkan, ya ampun.

Ada tiga tepukan yang harus dibuat oleh Arillia untuk pembukaan yel-yel kami. Tapi sehabis ia melakukan tepukan pertama tadi, tepukan pertama yang ia lakukan terlalu keras sekaligus terlalu sakit kurasa. Lihat saja ia dengan cepat mengibaskan kedua tangannya sambil menjerit kepedihan setelah itu.

"Aww ..."

Ia memberi jeda sebentar untuk menghilangkan rasa sakit tersebut. Tidak lama kemudian ia melanjutkan tepukan yang tersisa. Namun suara yang dihasilkan kali ini bunyinya terlalu kecil dan tidak terlalu terdengar, membuat anggota distrik kami yang lain mesti memberitahu lagi ke rekan-rekan yang lain lewat mulut ke mulut sampai ke barisan paling belakang.

Suara tepukan Arillia tidak dapat menjangkau sampai ke sana dan mereka yang ada di barisan paling buncit tersebut mengikuti gerakan yel-yel dalam keadaan kebingungan dan ragu-ragu karena tidak mendengar tanda tepukan tersebut.

"Itu tadi baru satu kali tepukan, 'kan?"

"Sudah, turuti saja."

Takut kena prank sepertinya mereka.

Terus yel-yel kami mulai berlayar.

Kami menggerakkan kaki, maju-mundur ke kanan-ke kiri, menepuk-nepuk tangan, badan bergoyang secukupnya dan berteriak-teriak membuat suara dengan nada yang sama dengan lagu dasar yang kami gunakan.

Kami memakai nada dari lagu "Goyang Duyu"-nya grup band Project Pop. Liriknya masih orisinal, namun kami selipkan sedikit nama distrik, sekolah dan kreasi lain di beberapa bagian.

Tu wa ga pat, tu wa ga pat ...

Kak Fauzio kusadari berada di jangkauan penglihatanku dan ia kudapati sedang melambaikan tangan ke kami. Dia terlihat berusaha memberitahu sesuatu, terus kucoba membaca ucapan yang dibuat oleh bibirnya.

"D.I.S.T.R.I.K.N.Y.A.M.A.N.A."

Distriknya mana?

Oh!? Astaga! Kami, aduh! Kami lupa menyebutkan nama distrik kami sendiri! Kami malah menyanyikan lagu asilnya tanpa embel-embel apapun. Bagaimana ini? Beritahu Alma? Akan tetapi bagian untuk memperkenakan distrik tersebut sudah cukup jauh tertinggal. Bagaimana semua anggota jadi lupa sesuatu yang begitu penting?

Ini mungkin gara-gara perbaikan-perbaikan yang kami lakukan sewaktu latihan singkat tadi. Karena yel-yelnya direvisi terus untuk menyesuaikan anggota-anggota kelompok yang banyak yang tidak hafal, otak kami jadi terlalu banyak mengingat sesuatu yang mesti ditampilkan dan yang tidak.

Itu pun pada perbaikan versi terakhir, masih ada yang keberatan meski ujung-ujungnya, semua anggota entah kenapa terpaksa menerima saja setelah itu.

Yel-yel kami dari awal memiliki 20 bagian vokal untuk dinyanyikan. Sebenarnya angka-angka tersebut jika dibandingkan dengan kelompok distrik lain yang sudah tampil, yel-yel kami terasa lebih cepat selesai daripada yel-yel mereka.

Itu faktanya dan kami sudah menguji coba menyanyikan itu dan hasilnya tak sampai tiga menit.

Hal apa saja bisa terjadi pada saat tampil. Keadaan gugup dan terdesak bisa membuat semuanya jadi tergesa-gesa dan ingin cepat-cepat selesai. Bisa-bisa durasi 3 menit tersebut jadi separuhnya.

Karena pertimbangan itu, banyak yang menyarankan untuk meminta yel-yel tadi diulang sekali lagi biar terasa lebih panjang, namun banyak juga yang yang tidak terima yel-yel tersebut diulang agar terasa panjang, sebab itu jadinya benar-benar panjang, panjang sekali malah.

Total semuanya jadi ada 40 bagian vokal. Mereka berdebat mempersoalkan hal tersebut selama latihan sebelum semua akhirnya setuju.

Kami sudah melewati 4 dari 40 bagian, dan aku rasa hanya aku, Alma serta Arillia yang dari tadi yang paling banyak menggerakan mulut di depan sini.

Asal kau tahu saja, suara kami yang berbunyi sekarang cuma terkonsentrasi pada barisan kelompok bagian depan. Bagian tengah dan belakang tak terlalu banyak mendukung sejak awal dan malah semakin tidak terdengar suaranya ketika memasuki bagian ke 5 dan 6 yang saat ini sedang berjalan.

***

Author Note:

Onomatopoeia singkatnya itu adalah pembentukan kata yang meniru suara apapun yang ada di sekitar kita. Kek suara kucing "Meeoong ....", Sapi "Mooo ...", Gebetan kamu tiba-tiba mendekati kamu, terus jantung bereaksi dan berdetak lebih kencang lalu menimbulkan bunyi "Deg-deg ... deg-deg ..."

Lebih jelasnya Onomatopoeia itu adalah salah satu jenis rhetorical device pada sebuah kata yang dituliskan atau diucapkan merupakan tiruan (imitation) dari sebuah efek suara yang berasal dari hal-hal di sekitar kita seperti suara air menetes, suara angin bertiup, suara hewan, bahkan suara yang dihasilkan dari gesekan karet ban sebuah kendaraan dengan aspal saat kita mengerem mendadak di kecepatan tinggi atau juga suara pintu yang ditutup dengan cara dibanting. Singkatnya, Onomatopoeia adalah kata-kata yang mengekspresikan bunyi (words that express sounds). Artinya kita juga bisa mengatakan bahwa pada saat kita mencoba menuliskan suara-suara yang terjadi di sekitar kita, maka yang kita hasilkan itulah yang kita sebut dengan Onomatopoeia.

Sumber: https://www.bigbanktheories.com/pengertian-onomatopoeia-dan-contohnya-dalam-bahasa-inggris/

Adiknja (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang