35. Seperti Laki-Laki Di Sebelahmu Yang Rambutnya Di Cat Brunette Itu

29 10 0
                                    

Persiapan MOS dilakukan selama 1 hari. Dan acara itu dilakukan di ruang kelas sesuai kelompok kami masing-masing. Kelasnya kelompok MOS Erza masih belum kuketahui letak kelas dia ada di mana. Namun kelasku ada di di gedung kelas-kelas 12, lebih tepatnya kelas 12 jurusan Administrasi Perkantoran di dekat lapangan upacara.

Banyak rekan-rekanku menyebut, posisi kelas kelompok ini lebih ke belakang daripada kelas-kelas kelompok lain, tapi menurutku kelas ini ada di tengah-tengah area sekolah, sebab masih ada banyak bangunan-bangunan kelas lain di belakang kelas ini.

Kelas memakai sebutan lain, yaitu markas. Kelompok, tim, regu, grup atau istilah yang serupa dipanggil dengan istilah distrik.

Sama seperti distrik lainnya, distrik kami memiliki kakak pembimbing berjumlah dua orang. Satu laki-laki, satu perempuan, dari perwakilan jurusan akademik yang berbeda-beda. Kakak kelas yang memimpin distrik kami, yang laki-laki berasal dari jurusan Akuntansi, namanya Kak Fauzio, sementara yang perempuan dari jurusan Tata Busana, namanya Kak Aldi.

Saat perkenalan, Kak Fauzio kelihatan sekali orangnya itu tegas dan kelihatan punya aura kepemimpinan serta melindungi pas dia bicara. Sementara Kak Aldi, ia orangya gugup dan bawaannya kurang percaya diri terus. Dia dari tadi juga kulihat selalu tak kuasa mempertahankan pandangannya tetap tegap melihat ke arah kami dan sekarang dia lebih sering menunduk, melihat ke bawah daripada melihat ke depan setelah mengenalkan namanya.

"Di sini ada tidak yang memilih jurusan Tata Busana?" Tanya kakak pembimbing laki-laki setelah perkenalan dari kakak pembimbing perempuan kami, Kak Aldi, selesai.

"A-akuntansi?" Tanya kakak pembimbing perempuan itu malu-malu, ikut-ikutan menambahkan.

Namun ternyata tidak ada dari kami yang menjadi penerus atau sejurusan dengan mereka. Mereka agak kecewa mengetahui itu, namun situasi tersebut tidak dibawa berlarut-larut.

"Yah, jadi tidak ada, ya? Yasudahlah."

(Oh, benar. Sekedar info. Kelas kakak pembimbing perempuan distrik kami, si Kak Aldi, kata kakak pembimbing laki-laki, satu bangunan dengan kelas ini, namun kelasnya berada di ujung.)

Untuk pakaian yang kami kenakan untuk Pra-MOS hari ini, kami masih memakai setelan putih-biru atau seragam sekolah asal. Dan untuk kakak-kakaknya, mereka memakai setelan putih-hitam.

Di dalam ruang kelas, kegiatan yang kami lakukan terlebih dahulu tentunya adalah memperkenalkan diri kami masing-masing. Kemudian memberitahu sekolah asal kami dari mana, alasan kenapa memilih bersekolah di sini, mengambil jurusan apa serta memberitahu kenapa kami memilih jurusan tersebut.

Kalau kalian bertanya bagaimana reaksi anggota tim oranye sama kakak-kakak pembimbing, ketika giliranku memperkenalkan diri dan memberitahu asalku dari mana. Bayangkan saja adegan pas tes wawancara kemarin-kemarin. Keadaannya tidak begitu jauh dari itu yang terjadi.

Kami kemudian membahas beberapa hal untuk persiapan MOS besok dan barang-barang yang wajib dibawa pada hari itu.

Kakak pembimbing yang laki-laki menulis semua yang dibutuhkan di papan putih, yang pakai spidol berdecit itu buat menulisnya, lalu menjelaskan kembali apa yang sudah ia tulis di papan putih tadi dengan mengulangi itu berulang-ulang. Katanya ini sangat penting, dan dia tidak mau kami kena hukuman karena kami tidak mengetahui hal tersebut.

"Untuk kalian yang rambutnya diwarnai, tolong dikembalikan lagi warnanya seperti semula."

Tiba-tiba, seorang peserta MOS laki-laki berseru pada kakak laki-laki distrik kami, si Kak Fauzio "Dia, ya kak?" sambil menunjuk seseorang di sampingnya.

Kemudian kakak tersebut tampak melihat ke arah peserta MOS yang ditunjuk laki-laki tadi.

"Ya." Jawab Kak Fauzio sambil mengangguk-anggukkan kepala, lalu mengarahkan jari telunjuknya ke arah dia. "Seperti laki-laki di sebelahmu yang rambutnya dicat brunette itu salah satunya."

Lalu seisi kelas memandangi peserta MOS yang ditunjuk kakak laki-laki tadi, yang disebut memiliki rambut brunette.

"Brunette apanya?" Seru salah satu peserta MOS laki-laki yang lain, yang barangkali akrab dengan laki-laki yang disebut brunette tadi.

"Itu karena dia jarang memakai minyak rambut, Kak. Jadi kecoklatan begitu rambutnya." Seru salah satu peserta MOS laki-laki yang lain mengejek.

Suasana kelas mendadak riuh.

"Eh? Sungguh? Tapi tetap hati-hati. Bisa dihukum panitia kalau panitia juga tidak tahu situasinya lebih dahulu." Komentar kakak pembimbing laki-laki.

Keadaan kelas semakin tambah ramai.

"Ok-ok. Suaranya kurangi."

Lalu situasi ramainya mulai agak mereda. Kakak pembimbing laki-laki tersebut kemudian melanjutkan kembali arahan dia.

"Yang rambut berwarna tadi, yang perempuan juga berlaku, ya. Tapi yang satu ini khusus untuk laki-laki, untuk potongan rambut kalian, bilang saja langsung ke tukang cukur 'potongan rambut SKI-1.' " Tambah dia

SKI-1, astaga.

"Kak, apa benar potongan SKI-1?" Tanya salah seorang peserta MOS laki-laki yang duduk di dekat dinding yang ke arah halaman belakang sekolah. Mungkin dia juga tahu potongan SKI-1 tersebut bagaimana.

"Sependek apa memang?" Tanya peserta lain pada peserta MOS yang barusan mengatakan 'apa benar potongan SK-1 ...' tadi.

Laki-laki tersebut kemudian melihat ke seisi kelas dan kulihat sorot matanya tiba-tiba menangkap sesuatu.

"Nah, seperti orang itu." Tunjuk dia tiba-tiba ke arah pintu keluar ruangan. Sekilas ada dua orang yang kulihat berjalan di teras lalu tertutup dinding dekat pintu. Semua laki-laki yang berada di dekat dinding kelas yang ke arah lapangan upacara, berdiri di atas kursi mereka untuk melihat ke luar jendela, melanjutkan melihat orang yang lewat tadi.

Tidak lama kemudian beberapa dari mereka berpaling, menoleh ke kakak pembimbing laki-laki dan salah satu dari mereka berteriak "Nyaris botak!" dengan ekspresi mau menangis.

Semua peserta laki-laki langsung gempar dan saling memandangi rambut orang di depannya serta memegangi rambut mereka masing-masing.

***

Adiknja (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang