70. Hmmph!!

23 2 0
                                    

Namun jeda yang distrikku lakukan untuk rapat dadakan barusan, yang hanya sekejap tersebut, membuat semua peserta MOS menunggu. Akibatnya keadaan menjadi ramai kembali. Kami jadi ragu mau memulai yel-yel kami atau tidak sekarang, suasananya begitu berisik di sini.

Panitia gendut dan kakak-kakak pembimbing kami dan kakak-kakak pembimbing dari distrik lain, berusaha mengimbau para peserta MOS yang mengobrol untuk menurunkan polusi suara mereka.

Di waktu yang bersamaan. Banyak anggota distrikku membujuk rekan-rekan yang lain untuk memulai yel-yel-nya saja langsung. Mereka beralasan kalau situasi sekarang adalah kesempatan yang bagus untuk memulai penampilan kami, sebab perhatian semua orang terbagi-bagi, jadi tidak apa-apa kalau yel-yel yang kami bawakan nanti gagal pada saat seperti itu. Efek dari rasa malunya tidak akan terlalu besar karena orang yang tahu cuma sedikit dan hal tersebut adalah ide yang masuk akal, karena menunggu situasi hingga memungkinkan juga mau sampai kapan? Para peserta MOS masih banyak yang tidak mau menutup mulut mereka sampai sekarang.

Karena alasan itu, kemudian seluruh anggota kami sepakat untuk memulai meski situasinya tidak mendukung dan kami menunggu sinyal dari Arillia sekarang. Dia saat ini sedang menghitung mundur.

Ah, ini akan memalukan ...

"Bersiap, ya. Satu, dua, tiga-"

"Tenang. Semua peserta harap tenang. Distrik oranye mau tampil."

Mendadak, panitia gendut mengomando para peserta MOS untuk diam dengan nada yang terdengar ingin marah, sepersekian detik sebelum kami hendak memulai yel-yel, otomatis kami terpaksa berhenti dulu.

Arillia kulihat menarik napas beberapa kali karena itu. Lalu dia bersiap untuk memberikan kami aba-aba lagi untuk kembali memulai-

"Kalian mau dengar fakta menarik dari distrik oranye?"

Eh?

Kulihat seluruh anggota distrikku sama Arillia yang mau memulai kembali aba-abanya, terhenti sekali lagi dan langsung melihat ke arah panitia gendut tersebut lagi.

"Setiap tahun ajaran baru, distrik oranye selalu memberikan kejutan di acara ini."

Apa?

"Kita lihat generasi mereka yang baru sekarang apakah akan menampilkan sesuatu yang belum pernah ada lagi dan apakah penampilan mereka akan melampaui kelompok distrik oranye tahun lalu atau tidak? Mari kita saksikan."

Hah?! Apa benar begitu? Kami semua lalu memindahkan pandangan ke arah kakak pembimbing kami, Kak Fauzio dan Kak Aldi, dengan wajah begitu keheranan.

Ya ampun mereka membalasnya dengan wajah yang tidak bertanggung jawab.

Bagaimana ini? Bebannya ada di kami sekarang! Aku tidak yakin kalau semua anggota sanggup memenuhi ekspektasi tinggi seperti yang panitia gendut katakan. Anggota kami banyak yang tambah gugup karena ulah beliau.

"Tck!"

Alma kudengar mendecak lidahnya.

"Alma, kau bisa ikut kami bersembunyi di belakang jika kau tak sanggup berjoget di sana." Ujar salah satu rekan distrik di belakang, tiba-tiba.

Dan Alma langsung berpaling mencari orang yang menawarkan hal tersebut. Cepat sekali ia temukan orangnya terus ia balik meneriakinya dari jauh dengan muka kesal.

"Ogah!"

Lalu dia menoleh kembali ke depan sambil ...

"Hmmph!!"

... bersuara seperti itu.

Kak Fauzio mendapati apa yang dilakukan Alma barusan. Mengetahui dia ditatap seseorang, Alma menatap Kak Fauzio balik, terus tidak lama setelah itu ia membuang muka dari Kak Fauzio.

"Hmmph!!"

... dan dia bersuara seperti itu lagi.

Kak Fauzio menanggapinya dengan melakukan helaan napas yang cukup panjang, terus ia hembuskan. Lalu ia memindahkan pandangannya ke kelompok laki-laki. Beberapa kelompok laki-laki yang menyadari Kak Fauzio melihat ke arah mereka, para kelompok laki-laki itu lalu menyunggingkan senyuman ke Kak Fauzio.

"Jangan khawatir, kak. Teriakan 'Aseek!' kami pasti akan terdengar." Seru mereka.

Kak Fauzio menghela napas lagi, terus tersenyum pasrah. "Hadeh ... kenapa kalian begitu tenang."

"Begitu kenapa?"

"Kalian itu terlalu santai."

"Masalah seperti ini jangan di bawa pusing, kak."

"Meremehkan."

"Kami tidak meremehkan."

Kak Aldi tiba-tiba kudapati menarik-menarik baju Kak Fauzio dan apa yang Kak Fauzio dan para laki-laki ributkan tadi terhenti.

"Eh, iya." Jawab Kak Fauzio berbalik badan ke arah Kak Aldi. Kak Aldi lalu menunjuk ke arah panitia gendut dengan gesture matanya. Lalu Kak Fauzio melihat ke arah meja panitia dan mata Kak Fauzio sama panitia gendut bertemu.

.... Dan panitia gendut kudapati mengetuk-ngetuk jam tangannya pakai jari ke arah Kak Fauzio.

Kak Fauzio mengangguk-ngangguk paham lalu kemudian ia berpaling, melihat ke semua anggota kelompok distrik oranye sambil bilang "Ayo siap-siap."

Lalu semua anggota mengeksekusi komando Kak Fauzio tersebut kemudian menunggu aba-aba selanjutnya.

"Arillia." Tambah Kak Fauzio ke Arillia yang Kak Fauzio lanjutkan dengan bahasa isyarat. Arillia mengerti itu lalu dia bersiap untuk memulai yel-yel kelompok kami lagi.

"Kita akan memulainya dalam hitungan ketiga. Ingat dari hitungan ketiga. Semuanya bersedia?" Terang Arillia sambil memberi tanda dengan jarinya.

"Tu, wa, ga, PAT!"

Kelebihan!?

***

Adiknja (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang