38. Masakan Yang Mudah Gosong

26 9 0
                                    

Kami menyelesaikan pencarian barang-barang MOS ini sampai sore, bayangkan. Dari pagi lo itu kami memulainya. Sorenya itupun aku tidak diberi waktu untuk beristirahat karena aku belum membuat tag nama. Beruntung bibi punya printer sendiri, jadi aku tidak perlu ke tempat fotokopi & percetakan atau harus keluar dari rumah.

Namun aku pada akhirnya akan menginjakkan kaki juga keluar karena aku ingat tag nama ini memerlukan laminasi.

Dan aku juga bingung dengan 'Foto Orang Yang Difavoritkan' untuk ditempel di tag namanya sebelum dilaminasi.

Waktu pra-MOS. Kakak pembimbing menyuruh kami agar tag namanya memuat biodata, seperti ada nama kami, tempat tanggal lahir, asal sekolah, alamat, cita-cita, hobi dan foto diri dengan gaya close-up, bersebelahan dengan foto orang favorit kami masing-masing lalu ditempel di bagian bawah biodata.

Dan kata "favorit" ini membuatku sementara menghentikan pekerjaan pembuatan tag nama tersebut cukup lama, yang mungkin bisa diselesaikan oleh Grisnald kurang dari 30 detik.

Favorit ....

Aku berpikir panjang karena hal yang satu ini. Opsi yang diberikan dari semua artikel di internet mengenai artis yang mempunyai banyak pengikut di media sosial juga tidak membantu banyak. Foto publik figur lokal, mancanegara, tokoh terkenal, orang paling berpengaruh ....

Foto Erza?

"..."

Aku tidak mau sembarangan menaruh foto seseorang masalahnya. Takutnya nanti foto itu akan menyusahkanku, seperti menjadi pemicu kakak-kakak panitia berdatangan mendekat lalu mengomentarinya lalu ke arah yang lain, yakni mengajakku bicara dengan modal itu foto.

Tapi aku juga tidak juga sudi membawa foto seseorang yang biasa-biasa saja dan tidak menarik perhatian orang.

Aku hanya ingin foto ini dapat membuat mereka tertawa ketika melihatnya terus menjauh. Sudah.

Arrgh!! Apa, ya? Apa aku minta bantuan sama bibi saja?

"Bi!?"

"Apa?"

"Artis favorit bibi, siapa?"

"Apaa?"

Bibiku ada di dapur dan aku ada di ruang tamu. Jadi maklumi aku dan bibi harus menaikkan suara dan mengulang-ngulangnya supaya suara kami dapat didengar satu sama lain.

"Artis favorit Bi! Apa bibi punya?"

"Hah?"

"Jangan mengganggu Mama. Mama sedang membuat masakan yang mudah gosong." Tegur Grisnald yang dari tadi juga ada di ruang tamu bersamaku dan dia sedang belajar.

Aku kembali ke layar notebook-ku. Melihat jam, pukul 16:55. Ganti pekerjaan yang lain sajalah. Tas karung juga belum kubuat.

Namun mendadak, bibi sudah ada di ruang tamu dan masih memegang spatula kayu di tangan kanannya dan melihat ke arahku. "Apa, Frida?" Tanya dia.

"Mama!" Teriak Grisnald mendapati spatula yang ibunya pegang meneteskan minyak di lantai.

"Oh kebetulan, bi. Peralatan jahit bibi ada di mana?"

"Di kamarku, di laci meja rias." Jawab bibi.

Dan aku kemudian langsung bergegas ke kamar bibi sementara Grisnald mendorong-dorong ibunya untuk kembali ke belakang.

"Mah! Cepat kembali ke dapur. Nanti masakan kesukaanku gosong!", "Iya-iya."

Aku masuk ke dalam kamar bibi untuk mengambil peralatan menjahit. Setelah kutemukan, aku lalu mengecek apakah sudah lengkap peralatan itu atau tidak karena kembali lagi ke sini untuk mengambil sesuatu ketika sedang fokus menjahit itu menyebalkan.

Dan tiba-tiba ada seseorang yang menarik-narik bajuku "Kak Frida-Kak Frida?" Ternyata Grisnald, ia juga masuk ke dalam sini.

"Ada apa, Gris?"

Grisnald membuka laci lain pada lemari yang ada di dekat meja rias. "Apa kakak ingat waktu mama menanyakan pada Kak Frida kalau 'Kak Frida adalah anak dari kakaknya Mama. Kira-kira Grisnald akan memanggil mamanya kakak itu apa?'" Terang Grisnald.

"Maksudmu?"

"Grisnald punya pertanyaan yang sama. Grisnald ingin tahu kalau Grisnald memanggil mama adalah mama. Kalau mama Grisnald punya kakak. Aku harus memanggil kakaknya mama itu apa?"

Manisnya. Aku berpura-pura tidak menangkap satupun maksud dari apa yang Grisnald ucapkan tadi. Dia imut sekali ketika sedang menjelaskan. Suaranya itu loh.

"Mmm ... perjelas."

"Kalau ibu Grisnald itu punya kakak. Aku harus manggil kakak ibu Grisnald itu apa?"

Sudah cukup barangkali, bisa dikira dodol aku kalau tidak paham dengan penjelasan sesederhana itu. Tapi sebenarnya aku juga ...

"Oh itu. Kakak juga tidak tahu." Kujawab sambil menggeleng.

"Kakak juga tidak tahu, ya. Di internet juga tidak berhasil Grisnald temukan."

"Coba tanyakan ke situs tanya-jawab."

"Tapi situs tanya-jawab yang Grisnald tahu hanya membahas tentang mata pelajaran di sekolah."

"Tanyakan saja."

Grisnald kemudian menarik laci lemari milik bibi. Dia mencari sesuatu di sana lalu ia menemukan sesuatu kemudian ia memperlihatkan sesuatu yang mirip seperti buku tersebut padaku.

"Coba lihat."

Grisnald menyuruhku memperhatikan buku yang sedang ia buka dari tengah. Di dalamnya terdapat banyak sekali koleksi foto-foto. Lalu dia berhenti di suatu halaman yang di situ ada foto dua anak perempuan saling berpangku, berdiri di atas pasir dengan latar belakang lautan.

"Ciee, gebetannya Grisnald ini, ya?" Tanyaku, menggodanya.

Grisnald menggeleng, "Bukan. Ini foto Mama. Dan yang ini ... " Grisnald menunjuk perempuan kecil yang difoto tersebut sedang memegang sekop pasir di sebelah anak perempuan yang Grisnald tunjuk barusan "Mama bilang itu adalah kakaknya. Ibunya Kak Frida berarti, 'kan?"

"Hah?"

Berarti ini foto ibuku waktu masih kecil.

Grisnald membuyarkan lamunanku yang sedang memandangi foto tersebut dengan membalik halaman yang lain. Dia kemudian memberikan album foto tersebut untuk kulihat sendiri. Aku melihat isi album foto tersebut mulai dari awal.

Di dalamnya terdapat koleksi foto-foto ibu dan bibi sejak mereka masih bayi, balita, taman kanak-kanak, sekolah dasar, SMP, SMA, kuliah sampai mereka bekerja.

Apa ini kerjaan kakek dan nenek? Niat sekali mereka membuat ini.

Notifikasi aplikasi perpesananku tiba-tiba berdering dan berdering di kamar sebelah, di kamar Grisnald dan Grisnald menunjukkan gelagat yang menyadari hal tersebut.

Lalu Grisnald mencoba pergi ke ruangannya, akan tetapi aku menghalaunya terus meminta dia untuk tidak memperdulikan itu. "Biarkan saja, Gris."

"Apa tidak apa-apa? Ponsel kakak berbunyi terus tuh."

"Iya, nanti. Kakak masih sibuk."

"Baiklah."

***

Adiknja (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang