103. Tidak Seperti Cerita Novel-Novel Remaja

16 1 0
                                    

.... Dan aku tidak mendapatkan apa-apa.

Kelas-kelas kelompok distrik lain yang kulewati dalam perjalanan ke kelas Erza, kosong semua, tidak ada orang satupun. Semoga kelas kelompok Erza tidak begitu.

Oh, ya. Kenapa kamu jadi melakukan ini, Frida? Maksudku kenapa kamu tidak ikut menguber-nguber kakak kelas yang berkejaran dengan peserta MOS atau pergi mendekati kakak-kakak yang diintimidasi tadi? Kan tidak perlu susah-susah berkeliling mencari orang yang belum tentu dapat seperti ini.

Oh itu.

Oh iya juga, ya. Kenapa aku baru terpikirkan sekarang.

Tapi sudah kelewatan jauh masalahnya, dan lagipula mereka saat ini kuat kemungkinan juga sudah bubar barangkali kakak-kakaknya. Jadi itu tidak perlu, deh. Nanti juga ketemu di tengah jalan.

Ok, akhirnya aku sampai di kelas distrik Erza. Mari kita lihat ke dalam-

Permisi. Kapan Frida kau tahu kalau ini kelas Erza? Apa itu sudah diceritakan? Kalau dingat-ingat kamu masih baru melakukan riset mengenai kelas tersebut kemarin-kemarin. Apa kamu melakukannya dibalik layar lagi?

Oh, ya? Ok, sekarang kalian sudah kuberitahu kalau ini adalah kelas Erza.

Bisa lanjut?

"..."

Ah, dasar. Kenapa kelas distriknya Erza juga kosong-melompong? Tidak ada satu orangpun di dalam?

Ada apa ini? Kenapa jadi tidak ada orang yang ada di setiap kelas yang ku datangi? Minimal ada, 'kan satu-dua orang yang tinggal di dalam sini misalnya saja kakak pembimbing mereka. Katakanlah dia sedang bertugas menjaga kelas begitu atau jenis kakak-kakak lain yang malas gerak, terus main ponsel saja di dalam kelas.

Tapi mereka tidak ada, mereka tidak pernah kutemui pada satupun ruang kelas yang kudatangi!

Apa kakak-kakak pembimbing mereka tidak ada di daftar? Tapi kalau seperti itu tetap saja masih ada, 'kan kemungkinan dua atau satu kakak pembimbing yang stand by di kelas atau peserta MOS atau orang lain atau pencuri kek.

Ughh ....

Aku kemudian lanjut berkeliling, menyisiri kelas-kelas distrik yang lain.

Dan aku masih tidak berhasil menjaring satupun tanda tangan sepanjang dari gedung kelas-kelas yang ada kelasku sampai ke ujung kelas di gedung yang ada kelas Erzanya ini.

Tidak lama setelah itu aku kemudian kebetulan bertemu dengan rekan-rekan perempuan kelompok distrikku (bukan Lydia, dkk) di deretan kelas-kelas 10, masih di gedung yang sama dengan kelas Erza. Aku bertanya seberapa banyak mereka sudah mendapatkan tanda tangan dan mereka serempak menjawab 'dua tanda tangan' yang tak lain itu adalah tanda tangan Kak Aldi dan Kak Fauzio.

Mereka sama juga ternyata. Sepertinya ini lebih susah dari yang kupikirkan.

"Begini saja kita kesulitan apalagi menemukan orang-orang yang ada di daftar-daftar teratas, anggota empat besar, orang-orang OSIS." Celetuk salah satu rekan distrikku.

Dan celetukannya tersebut membuatku tertarik untuk menanyainya balik.

"Bagaimana kau tahu soal itu? Lalu bagaimana kamu mengetahui kalau anggota-anggota OSIS juga ada di kertas ini?" Tanyaku.

"Mereka selalu ada, Frida. Dan soal orang teratas OSIS tadi. Aku mengakui kalau aku tidak memiliki dasar apa-apa untuk mengklaim nama-nama yang ada di daftar tanda tangan papan atas ini," dia tampak menunjuk-nunjuk kolom daftar nama bagian atas "adalah orang-orang OSIS semua."

"Aku cuma asal-asalan menebaknya sesuai keadaan yang umum kita temui. Kan jabatan paling atas selalu di taruh paling pertama." Tambah dia.

Selesai menjelaskan, gadis ini kemudian mendekatiku, melihat kertas tanda tangan punyaku sambil memberondongiku pertanyaan, penasaran apakah aku sudah mendapatkan tanda tangan anggota-anggota OSIS.

Kujawab dengan geleng-geleng sambil mengatakan "tidak" ketika dia mulai melihat kertas punyaku. "Ah, kau belum juga ya. Kau kelihatannya begitu tenang tadi. Kukira kamu mendapatkan satu atau dua tanda tangan mereka." Komentar dia.

"Arghh! Apa mereka ingin membuat situasi spesial kalau OSIS itu esklusif seperti yang ada di novel-novel remaja?" Sambung dia lagi.

Aku sama rekan-rekan perempuan lainnya tergelak mendengar hal tersebut, dan ketika aku kembali melihat daftar nama yang ada di kolom teratas sekali lagi dengan lebih memperhatikannya. Aku berhenti tertawa.

Berhenti.

Sehenti-hentinya.

Kau tahu yang membuatku seakan tak percaya dengan apa yang barusan kulihat di kertas? Aku baru menyadari di kolom nomor 1, nama Elisha ada di kolom tersebut.

Berarti kalau berdasarkan teori perempuan tadi, Elisha jadi ketua OSIS di sekolah ini. Dia berada di papan atas. Paling teratas.

Elisha Vania, tak mungkin itu salah, aku sangat yakin. Itu adalah namanya.

Kau ketua OSIS, Elisha Vania? Benarkah itu? Baiklah. Aku ingin tahu kenapa kau tidak ada di sekolah dua hari sebelumnya dan saat kau muncul hari ini, kenapa kau tiba-tiba jalan bersama dengan laki-laki genit tersebut?

***

Author Note:

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1441 H. Minal Aidzin wal Faidzin. Mohon Maaf Lahir dan Batin :)

Adiknja (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang