32. Apaan, sih? Lepaskan!!"

33 10 0
                                    

Kegiatan yang dilakukan pendaftar di koperasi adalah untuk mengambil seragam jurusan dan atribut resmi sekolah lainnya yang sudah ditebus waktu daftar ulang tadi. Seperti kaos kaki, dasi, emblem, ikat pinggang, kaos olahraga dan 2 meter kain adat lokal yang nanti dibuat dulu jadi pakaian ke tukang jahit setelah jadi pakaian baru dikenakan setiap hari jumat, yang semuanya dimasukkan paksa oleh bibi ke dalam tas punggungku.

"Tidak muat, Bi. Harus dirapikan dahulu."

"Rapikan sana. Yuk, Grisnald. Kita ke dalam."

"Eh!? Bantu aku dulu."

Lalu aku ditinggalkan bibi di luar sendirian di sini sementara ia masuk ke dalam koperasi lagi menemani Grisnald yang ingin belanja karena melihat banyak makanan ringan dan camilan lainnya di koperasi.

"..."

Namun untuk seragam jurusan dan pakaian olahraga, kami mengambil itu di tempat pembuatannya langsung, yakni di ruang konveksi sekolah.

Ruang konveksi ini, tampak depan ruangannya banyak yang terbuat dari kaca. Tapi orang-orang yang berada di luar ruangan tidak bisa melihat dengan jelas apa yang ada di dalam, sebab kacanya buram, seperti dilapisi sesuatu. Kaca film spesial? Aku sudah mencobanya barusan. Itu sama seperti yang kutemui di laboratorium multimedia.

Sementara koperasi di sekolah ini, selain mengurusi pinjaman dan menjual alat-alat tulis, mereka juga menjual makanan dan minuman seperti di minimarket, namun ini lebih mini lagi kurasa.

Hadeh ... aku mengantuk.

Pra-MOS akan di gelar beberapa hari lagi. Masih di suruh memakai seragam sekolah asal.

Bibi kulihat sedang mengobrol dengan beberapa penjaga koperasi, entahlah sedang membicarakan apa.

Aku kemudian melihat-lihat halaman depan sekolah.

Eh ..?

Apa yang bibi lakukan dengan membuatku menunggu dia selesai mengobrol di sini, membuatku jadi melihat sesuatu yang tidak kuinginkan.

Letak koperasi berhadapan dengan pagar sekolah. Jalan dan apa yang ada di luar sekolah cukup jelas terlihat dari dalam koperasi. Dan karena aku berdirian menunggu bibi, aku tak sengaja menyadari kehadiran mobil minibus putih dengan pintu geser yang berhenti di luar pagar sekolah. Penumpangnya turun dan seperti yang kalian bisa ditebak, yang turun adalah Erza sama kakaknya.

Erza memakai kemeja putih dan bawahan biru tua, sedangkan Elisha mengenakan setelan kemeja putih dilapisi jaket hoodie sama bawahan rok panjang warna hitam.

Yang membuat aku jengkel dan mau menceritakan ini adalah, sewaktu mereka berjalan menuju gerbang sekolah dan mau masuk dari sana. Erza berjalan di depan, sementara si perempuan, si Elisha Vania itu, berjalan di belakangnya dan Elisha menaruh dua tangannya di punggung Erza sambil membuat sebuah ekspresi langka itu, yang ia buat dengan menyunggingkan bibir, yang menjadi ekspresi tunggal dia ketika hanya berduaan bersama dengan Erza. Mereka jalan seperti sedang main kereta-keretaan.

Aku terdiam di sana menonton mereka melakukan itu. Ya ... apalagi yang bisa kulakukan? Lari, lompati pagar, terus memisahkan mereka? Jika aku pacarnya sekalipun aku tidak bisa tiba-tiba melakukan hal tersebut karena itu hak adik-kakak. Tapi, dia, Elisha Vania dan semua kakak berlebihan di dunia ini!

Hak kalian itu terbatas.

Waktu bermain kereta-keretaan tersebut. Aku heran kenapa Erza tak melakukan suatu perlawanan, seperti "Apaan, sih? Lepaskan!!"

Aku tidak tahu sebab dia diam atau Erza memilih diam karena apa.

***

Adiknja (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang