47. Yang Bersih Cuci Tangannya ....

18 4 0
                                    

"Yang bersih cuci tangannya ... istirahat 30 menit. Kumpul lagi ke tenda setelah itu, terima kasih." Jelas seseorang di sistem PA sekolah, yang suaranya itu terdengar seperti panitia gendut, saat aku dan anggota perempuan sedistrik lainnya menunggu giliran mencuci tangan di depan keran air ruang kelas distrik kami.

Aku berencana pergi ke kelas yang kuharapkan adalah kelas distrik Erza setelah ini. Untuk memastikan apakah benar itu kelasnya atau bukan.

Tapi mereka lama sekali, astaga. Antrean ini tidak jalan-jalan.

"Hei! Kalian membuat para perempuan menunggu." Desakku pada anggota laki-laki sedistrik yang cuci tangannya lama.

"Belum-belum." Jawab salah satu dari kelompok laki-laki tersebut cepat, kemudian dia lalu menoleh ke belakang, terus terlihat kaget mendapati antrean rekan sedistrik laki-laki dan perempuan sudah mengular di belakang dia. Selain itu juga masih banyak rekan-rekan distrik kami lainnya yang mengantre, namun tidak membuat barisan berderet. Mereka mengeliling keran. Lantas laki-laki itu mempercepat aktivitas cuci tangannya.

Laki-laki yang di belakang laki-laki yang masih cuci tangan tadi melihat ke arah kami, kelompok perempuan. "Ke keran-keran air kelas lain saja sana, di sini sabunnya sudah mengering." Terang dia sambil memperlihatkan dan menggoyangkan botol sabun antiseptik cair kemasan transparan ke arah kami yang benar-benar transparan, alias isinya benar-benar kosong.

"Apa? Habis!?" Seru salah satu perempuan berisi di sampingku. "Kenapa kalian habiskan?" Lanjut dia dengan suara lumayan agak tinggi.

"Sabunnya memang sudah tersisa sedikit sedari awal." Balas laki-laki tadi, tenang.

Perempuan berisi tersebut kemudian berbisik-bisik sama kelompok perempuan yang lain lalu perempuan berisi dan perempuan yang dibisiki tadi itu saling melihat ke kiri dan ke kanan mereka. Dari arah pandangan mereka tadi, sepertinya para perempuan itu memeriksa situasi keran-keran milik kelas lain yang juga masih digunakan oleh orang-orang kelas, namun jumlah antrean mereka tidak sebanyak di tempat kami.

"Yasudahlah kalau begitu." Kata perempuan berisi sambil berbalik, kemudian ia melihat ke arahku dan ke arah kelompok perempuan lainnya. "Ayo kita ke sana saja." Ajak dia ke keran kelas di samping kelas kami lalu beberapa kelompok perempuan mengikutinya pergi ke sana dan ada juga yang menyebar ke keran air yang ada di kelas-kelas tetangga yang lain sambil tetap membuat jarak pada tangan mereka agar tidak mengotori pakaian dan celana.

Dua rekan perempuan yang bersih-bersih denganku ketika di halaman depan, memperhatikanku dalam perjalanan ke kelas sebelah yang dituju oleh rekan perempuan agak berisi yang kami ikuti.

"Kau masih memakai masker tersebut?" Tanya salah satu dari mereka. "Itu kotor!" Tambah temannya di samping menimpali sambil memberikan ekspresi jijik.

"Tidak." Aku lalu menunjuk-nunjuk maskerku pakai jari telunjuk. "Ini sudah kuganti. Aku punya cadangan, lagipula kau sendiri tadi melihatku membuang yang satunya ke dalam karung sampahmu."

Ya. Aku mengambilnya lebih tadi, dan aku sudah minta izin ke Kak Aldi untuk masalah tersebut.

***

Adiknja (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang