49. Perubahan Bau Badan

21 4 0
                                    

Tidak lama setelah itu, kelompok laki-laki anggota distrik kami mulai berdatangan. Mereka menyadari kalau barisan mereka diduduki oleh sebagian anggota kelompok perempuan. Kelompok laki-laki menyuruh kami untuk pindah, namun beberapa perwakilan dari kelompok perempuan mengatakan kalau mereka tidak mau pindah. Kelompok laki-laki terlihat tidak mau berdebat dengan para perempuan dan separuh dari mereka langsung mengajak yang lain untuk duduk di depan saja bersama dengan kelompok perempuan sedistrik lainnya yang memilih untuk tetap duduk di depan.

Sip.

Tetap menunduk, Frida.

"Hei!"

Sepertinya itu suara Kak Fauzio. Aku tengadah sedikit untuk melihat keadaan di depan barisan. Ah benar itu Kak Fauzio. Kak Fauzio kemudian terlihat menunjuk-nujuk ke arah kami, para kelompok perempuan.

Selesai sudah kataku dalam hati setelah mendapati Kak Fauzio sebentar lagi akan menegur kami.

"Kenapa kalian duduk di belakang?" Tanya Kak Fauzio. Para perempuan menjawab dengan nada mengeluh dan bergiliran "Di sana pusing, kak.", "Speakernya terlalu dekat.", "Kencang sekali suaranya."

Kak Fauzio membuat gesture dengan mengangkat-ngangkat tangannya ke atas. "Berdiri-berdiri." Pinta dia, terus Kak Fauzio menunjuk-nunjuk ke tempat kami semula baris. "Pindah ke depan." Tidak menghiraukan komplain kelompok perempuan.

Kelompok perempuan yang duduk di belakang tadi terpaksa merelokasikan dirinya ke depan dan bertukar posisi dengan kelompok laki-laki dengan muka kecewa.

Tapi tidak denganku. Aku masih berdiam diri di sini dan sama sekali tidak bergerak sejak rekan perempuan di sekitarku mulai berdirian semua, terus pindah ke depan.

Dan aku mulai merasakan perubahan bau udara, sebab kelompok laki-laki sudah pindah duduk ke sini semua.

Tapi kau tetap diam saja, Frida. Tetap tenang dan mari kita lanjut melihat Erza-mu lagi.

Oh ya, ada satu lagi yang ketinggalan. Ini harus kulakukan agar tidak ada yang berteriak nantinya.

Aku melirik ke sebelah kanan pada anggota laki-laki distrikku, yang mulai mengobrol dengan temannya di sebelah. Teman di sebelahnya menyadari bahwa aku sedang melihat ke arah mereka, terus dia diam seribu bahasa. Laki-laki di sebelahku merasa aneh pada temannya yang mendadak mensenyapkan diri, kemudian dia menyenggol-nyenggol lalu menanyai temannya kenapa ia jadi tiba-tiba tidak berbicara terus laki-laki yang bertanya tadi itu mendapati lirikan mata temannya yang menyuruh dia untuk menoleh, ia lalu langsung menengok ke arah sebaliknya, kearahku, terus tersentak setelah mengetahui di sebelahnya selama ini ternyata ada perempuan manis, yang tidak lain adalah si Frida Halisyah ini.

Terus aku menyuruh mereka untuk menutup mulut dengan menaruh telunjukku di bibir merek- bukanlah! Bibirku sendiri dan sekarang tidak terdengar obrolan lagi, baik itu laki-laki yang menoleh barusan apalagi yang lebih dulu diam seribu bahasa itu.

Sip. Misi terlaksana tanpa hambatan. Sekarang aku bisa dengan tenang memandangi Erza lagi tanpa mengkhawatir-

"Hei!"

Baru beberapa menit aku menikmati ulang berada di sebelah Erza dengan kamuflase ini. Penyamaranku jadi laki-laki terbongkar juga.

Kak Fauzio mendadak sudah ada di dekatku lalu mencabut topiku dan alhasil, rambut pendek sebahuku yang kusembunyikan dibalik topi ini langsung tergerai semua dan membuat orang-orang disekitarku terguncang.

Kak Fauzio mungkin curiga karena melihatku menunduk-nunduk waktu di depan sana tadi.

Kak Fauzio lalu menjauh meninggalkanku lalu meminta Kak Aldi yang baru tiba untuk menjemputku sambil memberitahu ke dia kalau ia mau menangani suatu urusan.

Adiknja (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang