74. Gemetaran Menunggu

14 2 0
                                    

Tempo musik yang diputar saat ini kedengaran normal, sama seperti yang aku dengarkan sebelum-sebelumnya, tidak dipercepat. Kukira mereka akan mengutak-ngatik musiknya buat jadi bahan tertawaan, ternyata tidak. Akan tetapi aku ingat pola dentuman drumnya tidak sekeras seperti yang kudengar sekarang!

Namun aku berusaha untuk tetap berpikir positif. Barangkali itu terjadi karena ada perbedaan kualitas suara yang keluar. Yang kudengarkan di awal adalah suara dari loudspeaker ponsel dan yang dipakai di sini adalah empat sound system pengeras suara.

Musik kemudian masuk ke bagian vokal, kami bersiap mau mulai nyanyi. Ketika kami hendak memberikan suara, tiba-tiba ada suara vokal seseorang yang keluar di belakang musiknya, itu terdengar seperti mirip suara latar atau backsound.

Kami lalu melihat semua ke Lydia Alta karena itu, terus kemudian secara bersamaan, moral kami yang sedikit naik karena disambut meriah waktu musiknya mulai beberapa waktu yang lalu, langsung terjun bebas kembali ke titik kritis, yang sewaktu-waktu bisa saja membuat anggota kami mendadak menyerah melakukan pertunjukkan ini.

Sebab Lydia Alta ketika kami melihat ke dia, dia juga begitu kebingungan dengan situasi sekarang.

Mendapati kami berharap banyak pada Lydia. Lydia tampak berusaha untuk tidak mengecewakan kami, kemudian Lydia Alta segera mengambil inisiatif dengan memberikan bahasa tubuh "Apa maksudnya ini?" lengkap dengan gesture tangan ke arah kakak panitia yang bertugas mengurus musik di sebelah lalu terjalin komunikasi di antara mereka setelah itu.

Dan komunikasi mereka cukup alot, ya ampun. Sampai-sampai turun dari panggung, terus mendekati itu kakak, si Lydia-nya.

Itu membuat kami hampir salah tingkah di atas sini, dasar. Para peserta MOS terus memperhatikan kami, barangkali mereka tidak lama lagi meletuskan suara-suara yang membuat kami seperti mengalami mimpi buruk itu lagi, huu-huuu-an itu, dan malah sekarang sudah mulai terdengar ada suara huuu-huuuu-an di antara mulut mereka.

Tidak lama setelah itu, Lydia lalu berpaling ke arah kami terus menjelaskan ke aku serta ke teman-teman lain yang berada di dekatnya kalau ....

"Aku akan memberikan sinyalnya. Kalian siap-siap." Jelas dia terengah-engah.

Kami gemetaran menunggu. Perasaan tidak nyaman yang baru saja kami terima, yakni, "huuu-huuan" dari para peserta MOS karena kami gagal yel-yel sebelumnya masih fresh di ingatan kami, terus ditambah dengan tekanan di atas panggung ini sekarang. Ini sudah terlalu banyak! Belum lagi tatapan mengganggu dari para peserta MOS yang melihat kami sekarang tidak melakukan apa-apa di atas panggung padahal latar musik terus berdentum-dentum pada speaker di belakang. Itu menjengkelkan!

Musik lalu masuk ke bagian vokal kembali.

Kami kemudian bersiap untuk bernyanyi, namun mendadak Lydia memberi isyarat dengan tangannya untuk tahan dulu. Waktunya belum tiba, ucapnya, sambil berbisik.

Beruntung kami melihat gesture tangannya saat menyuruh itu, jadi kami tidak sempat keluar jalur. Lydia tampak memberikan semacam isyarat menggunakan tangannya lagi. Tapi kami tidak mengerti apa maksud dia. Alma yang paling dekat dengan Lydia berulang-ulang berbisik menanyakan itu apa.

Lydia terlihat kesal karena kami tidak ada yang memahami hal tersebut.

"Kertas liriknya! Apa kalian sudah hafal semua jadi tidak ada yang membuka itu?" Bisik Lydia cukup keras.

Oh, benar! Ya ampun kenapa kami sampai tidak ingat. Aku, Alma, Arillia dan rekan-rekan lain yang berada di dekat Lydia yang mendengar dan menyadari itu segera mengeluarkan kertas lirik dari saku celana kami lalu membukanya sambil me-relay suruhan Lydia tadi ke anggota yang lain yang tidak mendengar dan masih belum sadar untuk melakukan itu.

Sekarang kulihat rekan-rekan di belakang sudah mengeluarkan semua kertas lirik mereka dan mulai membukanya.

Lydia terlihat berkomunikasi lagi dengan kakak panitia pengurus musik di sebelah, terus Lydia bilang ke kami, kalau musik yang kita nantikan untuk bernyanyi sebentar lagi akan keluar. Kami lalu menunggu itu dan beberapa saat kemudian musik terdengar berubah dan berpindah tempo lalu Lydia tampak memberikan hitungan mundur memakai jari tangannya yang ia tempatkan di belakang badannya. Rekan-rekanku memperhatikan itu sambil menyadarkan sesama anggota yang tidak konsentrasi dan tidak memperhatikan, agar bersiap.

3 .... 2 ... 1

Musik untuk vokalnya kemudian masuk.

***

Author note:

Halo readers, bagaimana cerita adiknja sejauh ini? Masih seru? Bagiin juga ya cerita ini ke teman-teman kamu. Biar yang lain bisa tau dan juga bisa mengikuti cerita ini. Thanks :) 

Adiknja (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang