60. Sekedar Rumor atau Semacamnya

17 3 0
                                    

Aku kemudian memandangi keadaan yang lain di sekitarku, melihat ke arah kelompok-kelompok MOS yang ada di belakang kelompok kami dan sebaliknya. Keadaan kelompok laki-laki mereka juga banyak yang mengobrol, bahkan kelompok perempuannya juga melakukan hal tersebut walaupun sama-sama masih dengan volume suara yang cukup rendah.

Oh, iya. Benar. Distrik putih.

Aku lalu melihat ke arah sekitarku yang lain, mencari barisan kelompok distrik putih berada, melihat keadaan si perempuan tersebut.

Aku kemudian mendapati kelompoknya, tapi-

Mmm ....

Ia tidak bisa dilihat dari sini. Barisan kelompoknya terlalu di belakang.

Menanggapi kejadian kemarin, aku memuji cara perempuan distrik putih itu menegaskan eksistensi dirinya dan berkat perempuan tersebut juga aku sekarang jadi lebih waspada dalam beberapa hal.

Namun apa tujuannya memulai gara-gara di awal-awal? Bahkan menurutku, posisi kita semua sekarang ini belum sampai pada tingkatan ... maksudku kita semua belum menjadi siswa-siswi resmi di sekolah ini, kita baru peserta MOS, namun dia sudah begitu berani melakukan sesuatu yang begitu berisiko. Apa dia tidak takut dikeluarkan?

Eh, dikeluarkan? Serius, kmau? Jangan main-main kalau sudah soal itu, Frida.

Apa sudah kuberitahu soal itu? Belum, ya? Nah sekarang sudah kuberitahu kau tentang hal tersebut.

Ya ... ini cuma rumor, sih. Aku tidak tahu itu benar atau tidak, tapi ada desas-desus yang sempat kudengar di kalangan para peserta MOS dan anggota distrikku, yang kata mereka ada seorang siswa yang mendaftar di sini beberapa tahun lalu, terus ada kejadian gitu yang kebetulan menimpa dia pas MOS, kemudian karena dia melanggar suatu aturan, dia langsung dikeluarkan.

Melanggar aturan karena kesalahan apa dan kemasuk-akalannya dia di tendang keluar pas MOS, aku tidak menanyakannya lebih jauh, tapi intinya itu.

Walaupun hal tersebut cuma sekedar rumor atau semacamnya, tapi hal tersebut sudah terasa sekali nyatanya bagiku, dan tak jarang juga kulihat para peserta MOS pernah kudapati mengingatkan temannya yang melakukan suatu hal yang sepertinya berlebihan atau melampaui batas, aku sudah sering menemui hal itu di sudut-sudut sekolah.

Tapi dia melakukannya! Perempuan dari distrik putih tersebut melakukannya secara gamblang!

Apa itu cuma bentuk spontanitas? Apa itu normal? Apa itu memang sifatnya? Apa nantinya dia akan bersinggungan juga denganku?

Dasar.

Namun dari itu semua, aku merasa bersyukur pemateri-pemateri kemarin, dua orang, dua kali berturut-turut, lupa menanyakan nama atau jurusan yang kupilih. Aku baru menyadari hal tersebut sehabis pulang sekolah kemarin. Ketika mengetahui aku lolos dari suatu hal yang akan membuat identitasku tersebar ke sana ke mari, karena menjadi penyebab awal pembuat kegaduhan, aku merasa ... woah, gimana gitu. Tidak cukup diungkapkan hanya dengan kata-kata. Setiap kali mengingat kejadian kemarin aku selalu tersenyum karena aku bisa terhindar sendiri dari masalah tersebut.

Misalnya saja hal itu kualami sekarang. Barangkali untuk saat ini tidak ada efek yang berarti yang bisa membuatku terganggu. Akan tetapi untuk jangka panjangnya, beberapa pihak yang kekurangan pekerjaan sangat mungkin untuk menggali kembali siapa dalang yang memulai insiden MOS hari pertama. Mereka akan mendapatkan namaku cepat atau lambat bahkan mungkin tanpa perlu ada skenario ditanyai atau tidaknya namaku tadi oleh pemateri.

Sekali lagi aku merasa beruntung mimpi indah tersebut bisa terhindar dengan sendirinya sebelum diriku sadar.

Sebab kebanyakan kasus, kalau manusia itu sudah menyadari sesuatu kalau dia ternyata berada di situasi yang genting. Manusia tersebut bisa saja panik menyikapi situasi yang tengah mereka alami dan setelah itu akan kacau-balau karena mereka akan sulit bertindak rasional dalam menyelesaikannya, mengingat beban psikologis yang menyertai.

Seperti yang terjadi pada diriku ketika SMP. Pernah waktu itu aku terlalu gegabah mengambil keputusan dan itu nyaris membuatku memulai perkara dengan Elisha.

Untungnya tidak terjadi apa-apa setelah itu, barangkali orang yang bersangkutan lupa atau sedang malas membalas aku juga tidak terlalu mengerti.

Dan ... oh ya, maaf. Aku baru ingat sekarang adalah giliran bercerita soal Elisha ke kalian. 

Namun bagaimana aku memberitahu kabar terbaru tentang dia kalau Elisha-nya saja sama sekali tidak ada di sekolah? 

***

Adiknja (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang