79. Serangan Balasan

11 1 0
                                    

Dari reaksi yang keluar dari para peserta MOS sekarang, mereka sepertinya mengharapkan kelompok distrik putih untuk melakukan serangan balasan untuk menjawab ejekan dari kelompok distrik merah. Tapi apakah distrik putih bisa mengantisipasi itu? Ini penampilan berkelompok, loh ya, 'kan? Akan sulit mengganti penampilan yang sudah disiapkan dari lama lalu mengubahnya hanya untuk menanggapi suatu sindiran belaka.

Tapi barangkali kelompok distrik putih tidak merasa terlalu terganggu oleh situasi itu. Itu tergambar jelas di ekspresi wajah-wajah mereka. Mereka kelihatan tampak begitu tenang dan percaya diri atau malah makin tambah percaya diri?

Ya, benar. Lebih Percaya diri. Kalau membandingkan keadaan sebelum dengan sesudah kelompok distrik merah tadi tampil, kepedean kelompok distrik putih makin lebih terlihat saja kurasa.

Namun hal tersebut saja tidak cukup untuk bisa mengatakan mereka tenang seperti itu, apakah masih punya hidden card yang tersembunyi di saku mereka atau mereka cuma berusaha tenang, itu masih tidak jelas. 

Mari kita lihat saja nanti apa yang akan mereka tunjukkan. 

"Aldi. Aldi ..."

Aku mendengar suara Kak Fauzio yang sepertinya dari belakang, mengulang beberapa kali nama Kak Aldi dan itu overlapping/tumpang tindih sama suara keributan yang peserta MOS buat.

Segera kulirik ke situ dan kulihat sekilas Kak Aldi tampak begitu fokus memperhatikan barisan paling depan kelompok distrik putih yang di sana sedang ada kakak pembimbing distrik putih tengah mengomando distrik tersebut. Dia tak bergeming saat Kak Fauzio memanggilnya dan ia baru sadar setelah Kak Fauzio menyenggolnya badan dia sedikit.

Kak Aldi cepat menoleh, ia mendapati Kak Fauzio berdiri di sampingnya lalu ia mendengarkan apa yang Fauzio katakan seusai ia berpaling, Kak Aldi tampak manggut-manggut terus tidak lama setelah itu Kak Fauzio meninggalkan Kak Aldi lalu pergi ke suatu tempat.

Kak Aldi lalu mengembalikan pandangannya seperti semula, menyambung kembali melihat bagian barisan depan kelompok distrik putih, yang sekarang sudah hampir selesai melakukan persiapan dan kelihatannya sebentar lagi mereka akan memulai yel-yel mereka.

Para peserta MOS laki-laki tiba-tiba mulai bergemuruh lagi.

Aku cepat mengembalikan pandanganku ke depan terus melihat keadaan sekitarku.

"Nah, ini dia."

"Wow, lihat!"

"Gila ..."

Kudapati para peserta MOS laki-laki dari semua kelompok distrik, termasuk kelompok laki-laki kami, banyak yang mengingatkan rekan-rekan mereka yang lain yang tadi mengobrol, untuk melihat kembali ke depan, ke distrik putih, melihat perempuan yang bercekcok kemarin dengan perempuan distrik merah. Saat ini kelompok distrik putih tersebut mulai beranjak dari barisan mereka dan sedang berjalan ke tengah, hanya jalan biasa. Sepertinya distrik mereka juga tidak melakukan yel-yel mereka sambil jalan.

"Arghh! Aku tidak bisa melihat wajah manisnya dengan jelas dari sini"

"Posisi kelompok distrik saat menampilkan yel-yel selalu berada di tengah dan berhadapan dengan distrik kita. Sabarlah sedikit, kita bisa melihat itu sebentar lagi."

Dasar laki-laki. Perempuan itu sedang memasang tatapan kesal karena perbuatan gadis distrik merah tadi, mereka bilang manis. Apa mereka sudah tidak waras?

Sekarang perempuan tersebut dan kelompoknya sudah berada di tengah lapangan.

"..."

Ugh, kalau dilihat-lihat kembali. Dia memang layak sih dibilang begitu.

Adiknja (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang