33. Sebelum MOS

25 10 0
                                    

Aku sedang dalam perjalanan menuju ke sekolah. Kunjungan pada sore hari ini kulakukan dengan tujuan agar aku mengetahui apakah aku masuk ke tim yang sama dengan Erza saat MOS nanti atau tidak demikian, sebab pengumuman pembagian kelompok MOS-nya sudah keluar.

Tidak banyak calon siswa/i yang kulihat datang ke sekolah untuk melihat pemberitahuan ini ketika aku sampai.

Sebab terus terang, kami juga bisa melihat pengumuman ini secara daring, online di situs web sekolah. Aku sendiri mengetahui adanya pengumuman pembagian kelompok lewat situs web itu.

Lalu kenapa aku masih pergi ke sini?

Kan sudah aku bilang aku ke sini itu untuk mengetahui apakah aku berada di kelompok MOS yang sama dengan Erza atau tidak.

Tapi bisa, 'kan mencari namanya langsung di situs web tadi? Memang benar aku bisa saja mencari nama Erza di sana dengan mengetik empat huruf namanya dengan mudah dan cepat memakai bantuan komputer notebook-ku, Namun ada alasan terpisah kenapa aku masih tetap datang ke sini.

Mengetahuinya secara manual lebih menantang.

"..."

Ah ketemu! Apakah yang ini?

Aku mendapati sebuah papan pengumuman di halaman depan sekolah, dan setelah kuperhatikan baik-baik, di situ tertempel selembaran pemberitahuan pembagian kelompok MOS.

"..."

Erza ... Erza ... mana ya namanya. Hanya memikirkannya saja sudah membuatku bersemangat.

Terus apa alasan kuat pengumuman pembagian kelompok berupa kertas ini masih ditempel pada papan pengumuman sementara di halaman web sekolah juga ada? Untuk berjaga-jaga kalau sewaktu-waktu hal buruk terjadi lagi barangkali, misalnya server sekolah down seperti yang dialami sebelumnya ketika pengumuman hasil seleksi kemarin-kemarin

"..."

Nama Erza sekarang tengah kusisir satu persatu pada kolom-kolom nama anggota kelompok yang mataku lebih dahulu kulihat. Kelompok itu adalah distrik putih. Pada pengumuman ini, tiap tabel kelompok di sana diberi juga informasi mengenai nama kelompok (contoh: distrik putih), nama orang yang menjadi kakak pembimbing kelompok serta nama-nama anggota kelompok MOS itu sendiri.

Kalau kelompok yang ini, distrik putih, kakak pembimbingnya adalah Rudy dengan Fatahilla ... dan nama anggota mereka, apa ada Erza di sini ... (jariku dari atas ke bawah menunjuk ke kolom mencari nama Erza) Romi, Nadira, Maryani, Sonia ... (kupercepat jariku mencari ke bawah dan sekarang sudah berada di bagian terbawah anggota kelompok distrik putih).

Lewati, Erza tidak ada di sini.

Dan juga namaku.

Kita pindah ke kelompok distrik abu-abu. Nama kakak pembimbing, Fikri dan satunya ... langsung saja ke nama anggota mereka: Britta, Cahyono, Rika, Andine, Natalena, Waridi, Erza!!?

Ah ...

Ini Erfan. Aku lanjut menghabiskan nama-nama yang tersisa sampai ke bawah. Kelompok ini sama, tidak ada nama Erza dan juga namaku.

Ke kelompok distrik biru.

Nama anggota: Satria, Regina, Khadija, Yuamida, Adnan, Rahmi ... Oh!? Erza! benarkah ini Erza!!

Tunggu. Bukan, mataku kembali salah melihat.

Itu Mirza.

Serius, Frida. Ok. Di kelompok distrik biru juga tidak ada nama Erza. Kita ke kelompok distrik hijau, nama anggota: Ehwal, Ricky, Lisna, Nazarul, Galeh, Anida, Zunaidi, Hafid, Erza!? Ya benar ini ...

Anzar ...

Kenapa makin parah! Apa yang salah dengan penglihatanku!? Itu bahkan tak mirip sama sekali dengan namanya!

Cck! Dasar! Tolong serius diriku. Kurangi menciptakan delusi nama Erza pada nama yang jelas-jelas bukan nama dia. Baik. Kali ini distrik ungu, nama anggotanya: Jose, Adesandra, Rifani, Ghea, Rino, Seftia, Delise, Haidir ... Erza.

Erza ..?

***

Adiknja (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang