43. Ah, Bahasaku Terlalu Intelek

19 5 0
                                    

"Sudah bergabung. Tapi karena ribut sekali, aku matikan notifikasinya dan aku tidak mengeceknya lagi sampai sekarang."

"Eh, kenapa? Seru lo."

"Bisa ceritakan bagaimana kronologinya? Aku ingin tahu."

"Kronologi?" Tanya perempuan tersebut menaikkan alis.

Ah, bahasaku terlalu intelek.

"Maaf. Maksudku, ceritakan dari awal."

"Oh. Jadi ..." perempuan ini berusaha mengingat-ngingat. "grup pesan gaduh sekali sampai puncaknya tadi malam akibat sorenya itu, ada anggota laki-laki yang bertanya. Dia ingin tahu siapa-siapa saja orang yang kami pilih untuk dijadikan foto orang terfavorit di tag nama kami masing-masing.",

"Ada yang menjawab kalau dia menjadikan artis ini sebagai foto orang terfavorit, ada juga yang menjadikan aktor itu sebagai orang terfavorit di tag namanya, ada bintang film luar negeri, penyanyi luar negeri, bintan k-pop, atlet sepakbola, hingga orang tua mereka."

"Lalu sampai ke sebuah ide konyol kalau laki-laki yang bertanya tadi, ingin menjadikan foto orang berperawakan gendut, yang tak lain adalah ketua panitia MOS barusan, sebagai foto orang terfavorit di tag nama dia. Dia taruh itu di grup, hasil foto yang sudah dia sunting agar terlihat bagaimana kira-kira tampaknya foto itu kalau ada di tag nama yang sudah jadi."

"Astaga."

"Fakta menariknya. Orang yang menyunting foto itu adalah orang yang sama dengan orang yang ditemukan oleh kakak panitia, yang menjumpai pertama kali foto panitia gendut tadi ada di tag namanya."

"Eh? Ahahaha." Aku tertawa membayangkan apa yang ada dalam pikiran laki-laki itu.

"Bisa kebayangkan bagaimana perasaan laki-laki tersebut pada saat orang aslinya, yang fotonya ia edit, juga menemukan karya yang ia buat?"

"Iya, tapi dia berani sekali."

"Iya, berani sekali."

"Kak Aldi sebetulnya sudah melarang laki-laki itu untuk tidak melakukan hal tersebut karena bisa membahayakan distrik kita. Anggota perempuan juga sangat keras tidak mengizinkannya, namun laki-laki tersebut masih ngeyel. Kasihan sekali Kak Aldi semalam."

"Oh ..."

"Dan dia semakin percaya diri ketika kelompok laki-laki banyak yang mendukung ide laki-laki itu, bahkan Kak Fauzio juga ikut-ikutan. Kemudian mereka berperang begitu saja di grup. Kelompok yang mendukung dan yang tidak."

"Pasti seru sekali berarti." Jawabku dengan nada agak iri kenapa aku bisa ketinggalan keseruan tersebut.

"Kau tetap bisa melihat isi obrolan mereka di grup. Bacalah setelah pulang nanti. Keseruannya masih terasa di sana."

"Baiklah." Aku mengangguk-angguk pelan.

Begitu, ya. Untung saja bentuk keisengan tersebut tidak berakhir menjadi bencana. Kalau itu terjadi bisa kena getahnya juga kami.

"Eh, lihat. Acara pembukaannya sudah mau mulai." Ingat gadis di sebelahku tadi sambil mengubah pandangan ke arah panggung.

Di sana kulihat beberapa guru, lusinan kakak panitia laki-laki dan perempuan. Mereka tampak sudah mengisi semua tempat duduk yang ada di dekat meja panjang di atas panggung sana.

"Semuanya tenang. Acara pembukaan MOS sebentar lagi akan segera dimulai."

Perbuatan anggota laki-laki distrik kami tadi lakukan masih menjadi bahan perbincangan kakak-kakak pembimbing dan peserta MOS lainnya dan karena itu mereka ditegur panitia tadi.

"..."

Ketua panitia tidak lama kemudian memulai acara pembukaan MOS dengan memberikan sambutan-sambutan. Setelah selesai, beliau memindahkan mik yang ia gunakan pada saat dia memberikan sambutan tadi kepada salah seorang guru wanita di dekat beliau.

Di awal memberikan sambutan dan setelah memperkenalkan diri, guru itu bilang kalau dia tengah mewakilkan Kepala Sekolah yang saat ini sedang berhalangan hadir. Kemudian ibu itu menyampaikan sambutannya dan setelah selesai memberi sambutan. Mik tersebut dipindah-tangankan lagi dan kali ini adalah ke kakak panitia yang lain.

Kakak panitia yang diberikan mik bangkit dari kursi, lalu memperkenalkan identitas, turut memberi sambutan, lalu ia memperkenalkan satu persatu nama, jabatan panitia dan kelas dari kakak-kakak panitia yang lain. Saat dia menyebutkan nama-nama para kakak panitia tersebut, kakak panitia yang dipanggil namanya satu-persatu bangkit dari kursi.

Setelah empat sampai lima kakak panitia selesai diperkenalkan, kakak yang memegang mik tadi selanjutnya mengoper mik tersebut ke kakak panita lain di sebelah dia lagi.

"Untuk penjelasan tentang MOS dan fungsi MOS di sekolah, akan diterangkan oleh kakak ..."

"..."

"ESEMKAA?"

"BISSAAA!"

"ESEMKAA?"

"BIISSAAAA!"

Kau tahu, setiap kali kakak panitia atau guru mendapat giliran, mereka selalu mengawali sambutan mereka dengan meneriakkan "SMK!" lalu peserta MOS kami diminta untuk membalas itu dengan berteriak "BISA!"

Jujur, barisan distrik kami sangat terganggu sekali dengan suara tersebut.

Bayangkan distrikku itu, 'kan duduknya di tengah dan panggung juga ada di tengah. Kami tepat berhadapan dengan pengeras suara bertumpuk, setinggi lemari yang diletakkan di depan panggung, yang kemungkinan besar, pengeras suara jenis itu juga digunakan untuk konser band-band musik yang hobi nge-gas. Sebab suara yang disemburkan oleh alat tersebut pada saat mereka berteriak SMK BISA! SMK BISA-nya, sangat bertenaga sekali, itu sangat memekikkan telinga

Beruntung mereka tidak melakukan hal tersebut dalam kurun waktu yang berdekatan, masih ada jeda antara sambutan dengan teriakan, yang membuat kami dapat beristirahat. Namun itu tetap saja masih membuat kepala kami tetap sakit.

Sambutan-sambutan dari para guru dan kakak panitia kemudian berakhir dan kegiatan MOS secara resmi dimulai. Mik tadi kembali lagi pada panitia gendut. Beliau sepertinya akan memberikan sedikit pengarahan pada kami.

"Hari ini kita bersih-bersih sekolah. Kotor, 'kan? Lihat. Segala daun dan sampah ada. Terakhir, sekolah ini melakukan gotong royong sekitar 1 bulan yang lalu. Sebelum kakak kelas kalian ujian. Mereka sibuk ujian, kemudian menunggu pengumuman kelulusan sambil mencari tempat kuliah dan seterusnya, jadi sekolah ini tidak terawat dengan benar. Apa yang kita lakukan ini juga untuk meringankan beban petugas kebersihan sekolah."

Beliau menghela napas.

"Jadi mari kita mulai bersih-bersihnya."

Panitia gendut kemudian menurunkan mikrofon lalu beliau menyerahkan mik itu ke salah satu kakak panitia MOS yang ada di dekatnya kemudian kembali duduk.

Namun panitia gendut mendadak bangkit lagi, terus meminta panitia yang menerima mik barusan, mengembalikan mik yang ia baru saja kembalikan. Kelihatannya ada yang tertinggal.

"Kakak pembimbing distrik kalian nanti juga akan memimpin area-area sekolah yang akan dibersihkan. Tiap distrik, wilayahnya sudah dipilih. Itu saja."

Beliau menyerahkan mik ke kakak panitia tadi lagi kemudian kembali duduk. Sementara kakak-kakak pembimbing distrik memberi aba-aba ke peserta MOS untuk kembali ke kelas untuk mengambil alat bersih-bersih.

***

Adiknja (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang