9. Apa Ada Yang Sudah Bisa Menebak (Bagian 3)

86 54 2
                                    

Ya, di kelasku itu aku yang terpilih sebagai yang tidak ditandai asal kau tahu. Aku sering menerima pandangan tajam teman-teman kelas yang kena tanda tersebut, mereka tidak rela aku dan perempuan di kelas lainnya ada yang tidak didatangi padahal sama-sama penyuka Erza.

Merasa tidak tahan dengan situasi tidak mengenakkan seperti itu. Aku bersama dengan teman-teman lain yang tidak didatangi berkumpul untuk mendiskusikan perkara tersebut. Singkat cerita, kami setuju untuk mencoba menghentikan perselisihan ini dengan menjelaskan pada mereka tentang situasi kami, yang sangat mungkin masih belum disadari oleh mereka.

Kami terus melakukan hal tersebut walaupun usaha kami banyak yang diabaikan. Tapi kami percaya, mereka tidak benar-benar serius dalam mengabaikan. Mereka tetap mendengar dan memproses apa yang kami katakan di otak mereka. Dan pada saat kami merasa mereka mulai membuka diri. Kami segera memanfaatkan itu dengan menjelaskan semampunya, menurut pandangan kami, alasan paling mungkin kenapa ada yang ditandai dan ada yang tidak ditandai dan di bawah ini adalah intisari dari apa yang kami sampaikan ke mereka.

"Orang-orang Elisha itu sengaja membuat keadaan kita saling berseberangan. Mereka mau memecah-belah kita. Kami yang tidak didatangi dan ditandai ini hanya kebetulan mendapatkan peran tersebut, sebagai orang-orang yang disalahkan. Bisa saja kalau kalian yang beruntung, kalian yang mendapatkan peran ini, bukan kami."

Setelah itu syukurlah secara berangsur-angsur, mereka bisa menerima serta mengerti situasi kami dan masalahnya kemudian selesai tanpa terlalu berlarut-larut.

Namun, sejak kejadian ini. Perempuan-perempuan penyuka Erza tidak lagi banyak melakukan usaha mendekati Erza sesering seperti yang mereka lakukan dahulu-dahulu. Bahkan pernah suatu hari hampir tidak ada sama sekali yang melakukan pendekatan karena keberadaan orang-orang Elisha tadi. Sebagian besar dari mereka memilih untuk merelakan Erza dan mencari laki-laki lain yang sesuai dengan selera mereka yang sebelumnya menyukai Erza itu karena apanya.

Akan tetapi aku tidak mau melakukan hal putus asa seperti yang mereka lakukan. Aku masih tetap ingin lanjut, namun aku memilih untuk diam saja pada mereka, tidak cerita atau menyerukan ke semuanya untuk jangan menyerah, sebab aku tidak mau ambil risiko mengganggu hajat hidup orang banyak atas tindak-tandukku.

Karena mungkin saja, 'kan kalau ada dari kami yang turut melakukan hal yang sama seperti yang kulakukan, tapi dipendamnya sendiri dihati tanpa bercerita, sebab harus menimbang-nimbang banyak hal terlebih dahulu? Semacam ketakutan menimbulkan masalah yang baru lagi diantara para penyuka Erza, contohnya seperti memunculkan kembali kejadian memecah-belah jilid dua, atau takut ada yang tersinggung atau terluka hatinya, atau barangkali mesti mengutamakan suatu hal yang lebih penting dari hanya mendapatkan satu laki-laki, seperti mulai mempersiapkan masa depan masing-masing? Sederhananya, aku menghormati keputusan atas diamnya mereka dan aku tidak mau menjadi pengganggu kelancaran hidup seseorang dengan menjadi tidak diam.

Meskipun aku tidak mengetahui siapa-siapa saja orangnya serta sejauh apa usaha yang mereka perbuat sampai sekarang, terus apakah mereka juga mengetahui tentang Elisha dengan perencanaannya mau ke mana melanjutkan sekolah.

Oh ya mengenai masalah di mana Elisha mau meneruskan sekolah tersebut. Ada teori lawas yang sudah hampir dilupakan di antara penyuka Erza, yakni ke mana Erza akan melanjutkan sekolah setelah ia lulus SMP ini dan jawaban paling sederhana yang kami sangat percayai bisa menjawab pertanyaan itu adalah Erza akan satu sekolah lagi dengan Elisha.

Ketika mereka mendiskusikan hal tersebut pada waktu itu, banyak yang bilang kalau semuanya sudah berniat untuk melanjutkan sekolah ke sekolah yang sama seperti yang Elisha pilih saat si Elisha lulus nanti, meski mereka dan aku sendiri belum tahu Elisha mau ke mana melanjutkan pendidikannya saat itu. Tapi sekarang aku tidak mempersoalkan mereka tahu atau tidak tahu Elisha kemana mau menyambung sekolah, yang penting diriku sendiri sudah tahu dulu Elisha akan lanjut ke sekolah mana.

Aku akan sedikit kembali ke beberapa hari ke belakang, untuk menceritakan apa yang kudengar pada hari aku mengetahui sekolah tujuan Elisha selanjutnya tersebut. Ini terjadi sebelum kasus masker berwarna merah.

Sekitar beberapa hari setelah perpisahan siswa-siswi SMP tahun ketiga di sekolahku. Masih dalam suasana liburan bagi siswa tahun ketiga yang baru lulus, namun tidak bagi tahun pertama dan kedua seperti aku dan Erza. Kami masih persiapan untuk ujian kenaikan kelas yang tersisa beberapa hitungan hari lagi.

Sebenarnya sebagian dari keluargaku itu adalah guru-guru yang mengajar di sekolah SMP yang sama tempat aku, Elisha dan Erza bersekolah, loh.

Nah pada waktu yang beberapa hitungan hari lagi tersebut, keluargaku sedang mengadakan acara kumpul-kumpul di rumah.

Pada saat itu aku keluar dari kamar seusai baru saja teringat akan camilan kopi yang kubeli di hari sebelumnya untuk menemaniku belajar hari ini, yang kusimpan di dalam lemari pendingin, kemungkinan bisa diketahui, dimakan dan dihabiskan oleh anak-anak dari keluargaku tadi.

Dan di saat yang bersamaan aku tengah sibuk menyelamatkan camilan tersebut dari kekuasaan anak-anak, secara tidak sengaja aku juga mendengar pembicaraan para keluarga itu, yang tengah membahas soal masa depan Elisha.

Sebelum aku keluar dari kamar, podcast para orang-orang dewasa tersebut pada mulanya adalah tentang keluhan kenakalan anak-anak mereka serta anak-anak didik mereka yang ada di rumah dan yang ada di sekolah. Namun secara mendadak, tema mereka tiba-tiba berubah haluan ke Elisha.

Elisha selalu memberikan kontribusi pada sekolah yang ia masuki dan dalam satu tahun terakhir ini dia banyak sekali menyumbangkan prestasinya. Mayoritas guru-guru di sekolah mengenalnya dengan reputasi yang baik dan mereka kerap membanding-bandingkannya dengan siswa/i lain yang reputasinya berkebalikan sebagai contoh waktu menasehati mereka.

Mungkin untuk menjaga hal itu atau karena itu, atau lagi untuk menjaga apa, Elisha dikecualikan untuk mendapat teguran atau hukuman kalau dia ada berbuat salah, karena dikhawatirkan itu akan berdampak pada prestasi belajarnya.

Tapi aku tidak mau karena cuma alasan itu yang menjawab kenapa dia kebal sekali terhadap persoalan yang terjadi di sekolah, yang sebenarnya itu adalah hasil dari perbuatan dia sendiri, seperti kasus kelas 7 B yang seisi kelasnya nyaris hampir dipanggil semua ke ruang BP, yang sangat nyata sekali Elisha yang jadi pemicunya, namun dia tidak diikutkan.

Dan- ... oh, ya maaf. Bukan itu yang ingin kubahas.

Baik kulanjutkan. Jadi saat itu aku menangkap beberapa informasi mengenai Elisha dari obrolan mereka di ruang keluarga yang juga ditengah-tengahnya turut terjadi interaksi sosial pada anak-anak mereka yang kecil-kecil dan juga aku dalam memperebutkan camilan. Para orang-orang tua mengatakan kalau Elisha berencana memilih sekolah kejuruan atau SMK sebagai sekolah lanjutannya dia dan kata mereka lagi, sekolah yang Elisha inginkan itu ada di luar daerah.

Aku kaget ketika mendengar bagian 'luar daerah'-nya dari mulut mereka. 'Erza mau dibawa kemana?' ucapku dalam hati.

Walau aku mendapat prasangka lain saat itu dalam waktu yang bersamaan, terus percaya dengan prasangka tersebut lalu kemudian meyakinkan diri kalau ada potensi Erza akan berjuang agar ia dan masa mudanya bisa terselamatkan dengan pengecualian tidak satu sekolah kembali dengan kakaknya, si Elisha, apapun yang terjadi.

Namun itu masih belum menutup kemungkinan kalau Elisha akan satu sekolah lagi dengan Erza walau Erza tidak mau satu sekolah yang sama dengan kakaknya nanti. Elisha bisa saja tiba-tiba pindah ke sekolah yang sama dengan sekolah yang Erza pilih untuk melanjutkan pendidikannya.

Dalam keadaan masih tidak percaya atas apa yang aku dengar, aku berusaha bertahan mendengarkan sisa pembicaraan mereka sampai selesai. Tidak lama setelah itu, aku kemudian memperoleh nama sekolah Elisha tersebut.

Dan sekolah yang Elisha inginkan benar-benar ada di luar daerah seusai aku mencari nama sekolah itu di internet. Elisha benar-benar bersungguh-sungguh. Menurut informasi tambahan yang kudengar lagi dari obrolan keluargaku, saat ini Elisha sudah berada di daerah tersebut sekarang.

Dasar Elisha!!

Yang mesti aku lakukan sampai kelulusanku tiba adalah memastikan kalau aku harus lulus terlebih dahulu. Maksudku aku harus belajar dengan giat dulu agar aku bisa lulus. Memperbaharui informasi mengenai Erza, dan apakah dia akan melanjutkan sekolah yang sama dengan kakaknya atau tidak, supaya aku bisa satu sekolah dengan Erza lagi, tidak akan menjadi kenyataan meskipun aku mengumpulkannya sampai segunung, karena yang satu itu, yakni belajar, disepelekan.

***

Adiknja (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang